Raffa mengerutkan kening memandang Frans di depannya. Sialnya penampilan Raffa tersebut justru membuat pria muda matang itu terlihat semakin tampan yang membuat hati Frans menjadi masam.
“Bisnis utamamu adalah onderdil ‘kan? Berapa banyak yang biasa kau hasilkan?” tanya Frans, kembali menyandarkan punggung ke sandaran sofa dan melipat satu kakinya di tumpukan ke pahanya yang lain, seakan dirinya adalah bos besar di dalam ruangan itu.
Raffa mendengkuskan napas kasar keluar dari rongga hidungnya, “Apa aku harus menunjukkan pembukuan dari hasil bisnisku pada orang seperti mu?” Dia sudah bisa membaca apa kiranya yang diinginkan oleh Frans, "Aku pikir itu bukan urusanmu, Frans!” tambahnya tegas dengan sorot mata dalam memandang pria yang pernah menjadi sahabatnya itu tetapi menikungnya dengan sangat licik.
Untuk apa percaya lagi pada orang seperti itu?
Hanya manusia bodoh yang akan terjatuh untuk ditikung oleh orang yang sama kedua kalinya. Raffa paling tidak suka dengan tipe manusia seperti Frans Shaka. Baik untuk berhubungan dalam bisnis ataupun menjalin persahabatan mereka kembali.
“Aku bisa membuat penghasilanmu lebih, meraih keuntungan berkali-kali lipat dari yang semestinya kau dapat.” Frans menyeringai menaik-turunkan alisnya seakan Raffa masih pria sama yang pernah bersahabat dengannya dahulu.
Frans memandang Raffa lekat-lekat yang juga tidak memalingkan tatapan tajamnya, “Bagaimana jika kita berdua berkerjasama?” tambahnya yang langsung membuat Raffa tertawa kecil menyeringai dan memicingkan kelopak matanya.
Belajar dari pengalaman, Raffa sangat membenci orang yang banyak tingkah dan banyak bicara, apalagi yang seperti seperti Frans Shaka.
“Di dunia hitam ada banyak uang yang bisa kau hasilkan, Raffasya,” kata Frans yang masih terus melanjutkan. “Onderdil milikmu juga banyak dibutuhkan untuk—”
“Sepertinya kau salah orang, Frans!” Raffa menukas tegas.
Ekspresi wajah Raffa terlihat serius juga sangat dingin, menunjukkan jika pria itu tidak mau menerima bantahan bahkan hanya satu kata.
“Aku tidak tertarik sama sekali untuk bekerja sama dengan orang licik sepertimu!" tambah Raffa mempertegas penolakannya.
“Dua kali,” Frans bergumam.
Tampaknya pria itu marah sampai menghitung berapa kali Raffa memotong ucapannya di tengah jalan. “Harusnya kamu mendengar ucapanku sampai selesai sebelum berani memotongnya.”
“Aku tidak melakukan transaksi ilegal!” tegas Raffa kembali dengan nada yang dingin yang tidak berubah sejak awal pembicaraannya dengan Frans.
Frans mengerutkan kening sesaat, lalu tertawa kemudian. “Kenapa kau tidak mencobanya? Orang sepertimu pasti akan sukses besar di dunia ini.”
“Aku tidak tertarik, terutama jika itu berhubungan denganmu!” Raffa bangkit berdiri dari duduknya dan berbalik menuju meja kerjanya, “Cepatlah pergi selagi aku masih berbicara sopan padamu!”
“Sebaiknya kamu memikirkan tawaranku.” Frans juga turut berdiri dan tersenyum, berusaha mengalahkan egonya untuk membujuk Raffa agar mau bekerjasama dengannya.
Namun, begitu Frans mengangkat kepala berjalan mendekat ke arah Raffa, pria yang pernah menjadi sahabatnya itu telah mengacungkan pistol ke arahnya.
Senyum manis pura-pura di wajah Frans langsung menghilang begitu tahu bahwa dia benar-benar sudah ditolak.
“Apa aku harus mengulangi ucapanku? Jangan biarkan aku menyela perkataanmu untuk yang ketiga kalinya. Lebih baik pergilah sebelum aku hilang kesabaran dan memancing keributan yang tidak berguna denganmu. Anggap saja aku tidak pernah mendengar tawaran gilamu itu!”
Pandangan Frans menajam dan garis wajahnya sudah mengeras. Pria itu akhirnya berjalan mundur ke arah pintu ruangan.
Sebelum menarik handel pintu, Frans kembali melirik ke arah Raffa sekali lagi.
“Kau akan menyesali apa yang baru saja kau lakukan padaku, Raffa. Lihat saja nanti, kau akan menyesal sudah menolak tawaranku.”
Raffa menekan tombol pada sisi meja kerjanya dan pintu di depan Frans langsung terbuka lebar.
“Cukup sekali aku pernah kau bodohi! Tidak akan ada kedua dan ketiga kalinya. Cepatlah pergi dan jangan pernah injakkan kakimu lagi di perusahaanku!”
Raffa segera menekan tombol pada sisi meja kerjanya kembali begitu Frans telah melangkah kakinya dua langkah keluar dari ruangannya, sehingga daun pintu tebal di belakang punggung Frans langsung berdebum menutup rapat dengan sangat sempurna.
“Pastikan Frans dan semua anak buahnya angkat kaki dari perusahaan. Lalu bawakan aku kopi.” Raffa berbicara melalui interkom pada Elmyra yang langsung patuh menuruti perkataan bos tampannya itu.
Tidak lama, kopi pesanan Raffa pun datang yang dibawakan langsung oleh sang sekretaris.
Dengan anggukan kecil Raffa cukup sebagai tanda ucapan pria itu berterimakasih pada yang membawakan. Tahu kode yang bossnya berikan Emlyra membalas dengan anggukan juga.
“Hubungi Charles, aku membutuhkan keputusan dari tawaranku tempo hari secepatnya," titah Raffa setelah dia menyeruput kopinya.
***
Frans keluar dari perusahaan Raffa dengan langkah lebar dan langsung masuk ke dalam mobilnya yang sudah menunggunya di depan lobi perusahaan.
Frans sangat marah juga kesal, karena dirinya bukan hanya ditolak mentah-mentah, tetapi Raffa juga mengacungkan pistol padanya.
Rahang Frans menegang dan giginya bergemelatukan mengingat Raffa yang sangat arogan itu tak menanggapi dengan baik tawaran bagus darinya.
Kalau saja bukan karena permintaan dari klien, Frans juga tidak akan merendahkan diri mendatangi Raffa untuk mengajaknya bekerja sama, sehingga mendapatkan penolakan yang bagi seorang Frans Shaka tidak lebih seperti penghinaan.
Tidak ada yang bisa menolak keinginan Frans, tapi Raffa telah memulainya.
Perusahaan Raffa memproduksi suku cadang mobil mewah paling bagus dan nomor satu saat ini. Banyak orang tertarik ingin bekerja sama dengannya, apalagi meskipun Raffa sangat irit bicara, tetapi pria muda mapan itu sangat kompeten dan berkomitmen dalam kerjasama.
Akan tetapi, Raffa menolak begitu saja tawaran dari Frans yang mengajaknya bermain di dunia hitam. Dunia yang bisa memberikan keuntungan ratusan kali lipat keuntungan bagi Raffa selaku pemilik bisnis perusahaan suku cadang.
Frans hanya tidak mengetahui jika nama Raffa sudah sangat dikenal di dunia gelap dan pria itu sangat disegani, bahkan oleh Charles yang tidak bisa menunda keputusan penawaran dari Raffa.
Charles yang di kenal dengan sebutan Black Dragon di kelompok Triad Hongkong, sangat mengagumi dan tunduk pada Raffa yang bahkan bisa memerintahkan pria itu untuk melakukan apa saja. Pria berdarah Tionghoa itu juga memiliki bisnis di dunia gelap di beberapa Negara Asia selain Hongkong. Beberapa kali berhubungan dengan Raffa yang namanya sudah sangat di kenal serta di segani pada dunia bawah China, Hongkong, Singapore, Malaysia dan di Jakarta.
“Jadi, bagaimana sekarang, Tuan? Apa yang harus kita lakukan setelah Anda ditolak?” Jek, anggota kelompok mafia yang tunduk pada Frans bertanya dari balik setir kemudi.
“Tidak ada cara lain lagi,” Frans berkata pelan. Pria itu melihat ke luar jendela pada jalanan sore yang mulai padat karena sebentar lagi jam bubaran karyawan perkantoran.
“Kita lihat, sebaik apa pria sombong itu bisa bertahan!”
“Apa saya harus menyiapkan anggota?” Jek melirik sekejap ke bangku belakang.
“Siapkan sebanyak yang bisa disiapkan! Selidiki transaksi terbesar yang saat ini sedang dilakukan oleh Raffa. Cegat mereka di jalan, lalu curi semua barang bawaannya. Bunuh mereka yang melawan!” Frans memberikan perintah sambil menyipitkan mata dengan kesal.
Kalau Raffa tidak mau melakukannya baik-baik, Frans bisa menggunakan cara lain yang lebih ekstrim. Transaksi yang saling menguntungkan tidak berhasil, maka rampok saja semua bawaannya. Kemudian biarkan Raffa menanggung akibat dari kerugian yang pria itu alami.
Tidak sulit membuat cacat nama seseorang. Apalagi hanya Ghaisan Raffasya Fahrian.
“Baik,” Jek mengangguk sembari mengemudikan mobil lebih cepat menuju apartement tempat tinggal Frans. “Akan saya lakukan!”