Part 13. Dalam Bahaya

1559 Kata
Felix masuk kedalam kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul dua pahi dan memang dia masih belum mengantuk itulah mengapa Felix lebih memilih untuk berdiam di ruang pribadinya. Matanya menangkap surat kabar yang datang hari ini namun baru bisa dia lihat sekarang, Felix membuka halaman demi halaman untuk mencari berita yang penting sampai dia mendapat satu artikel yang menyebutkan tentang sekelompok gangster di ibu kota yang akhir-akhir ini mulai menunjukkan batang hidungnya. “ Sisilia.” Gumam Felix sambil meremuk surat kabar itu dan melemparnya ke segala arah. Karena merindukan sosok putrinya, Felix pun bangkit dari kamar menuju kamar yang ada di sayap utara. Ketika dia membuka pintu dia menangkap sosok wanita sedang memeluk putrinya yang sedang tertidur. Felix diam sejenak menatang mereka berdua yang jika di perhatikan lebih sering membuat keduanya seperti ibu dan anak. Hal ini kembali membuat Felix teringat dengan masa lalu Elaine, bagaimana sampai sekarang dia belum pernah melihat wajah asli dari ibu kandung Elaine meskipun kabarnya ibu kandung Elaine telah meninggal dunia. Kemudian Felix tersadar, keberadaan Razel untuk Elaine ke depannya akan seperti apa? Dia tidak bisa membiarkan wanita itu terus menerus bertemu dengan Elaine, bagaimana pun juga dia tidak bisa percaya 100 % terhadap wanita. Setelah selesai melihat Elaine, pria itu pun keluar dan mendatangi kamar Eddie. Rupanya Eddie masih belum tidur, dia begadang untuk menyaksikan pertandingan sepak bola bersama para anggota lainnya. “ Lakukan sesuatu untukku.” Lontar Felix sontak membuat mereka semua terkejut dan langsung menoleh ke arah Felix. “ Melakukan apa tuan.?” ** Keesokan harinya Razel sudah kembali melanjutkan aktivitasnya sebagai seorang guru, pada hari itu Elaine juga sudah masuk kelas lagi begitu kondisinya sudah membaik. Kelas berjalan dengan sangat baik, Razel tidak pernah merasa sesenang ini ketika mengajar mereka. Dan sikap anak-anak terhadapnya juga semakin manis, mereka selalu mendengar apa kata Razel dengan baik. Namun semua itu berakhir buruk setelah kelas berakhir, Razel yang telah selesai mengantar semua murid kepada orang tuanya masing-masing tiba-tiba di panggil oleh madam Charlotte. “ Kau di pecat.” Kata-kata itu keluar dari mulut madam Charlotte tepat didepan Razel yang saat ini terkejut mendengarnya. “ Tapi kenapa? apa salahku sehingga aku di pecat dari sekolah.?” Tanya Razel mencoba untuk mencari kebenaran atas dirinya. “ Kami sudah tidak membutuhkan dirimu lagi, sebagai gantinya besok akan ada guru lain yang mengisi kelasmu.” Ungkap madam Charlotte tanpa menatap wajah Razel. “ Madam, sebenarnya apa yang terjadi? aku tidak melakukan kesalahan selama ini tapi kenapa aku di pecat.?” “ Kau bisa pergi membawa barang-barangmu sekarang.” “ Tunggu, izinkan aku mengajar anak-anak untuk terakhir kalinya besok.” Pinta Razel. “ Tidak, kau sudah tidak boleh mengajar atau bertemu dengan mereka lagi.” Balas madam Charlotte. “ Kenapa aku tidak bisa.?” Bahkan pertanyaan Razel barusan tidak di gubris sama sekali, dia semakin penasaran kenapa dirinya tiba-tiba di pecat begitu saja. Madam Charlotte hanya memberikan gaji pertama dan terakhir Razel tanpa memotongnya dari perjanjian awal, kemudian wanita setengah baya itu meninggalkan Razel di ruangannya sendiri. Razel merasa tidak ada gunanya lagi dia berada di ruangan itu, dia pun beranjak menarik tasnya dan keluar. Melihat suasana sekolah yang sudah sepi dan sekarang dia harus meninggalkan sekolah itu untuk selama-lamanya. Sebelum benar-benar pergi, Razel ingin memberikan satu video ucapan permintaan maaf untuk semua murid kelasnya karena dia tidak bisa melakukan perpisahan dengan baik. Rekaman video itu di buat di ruang kelas, kemudian di kirim kepada Ms Hwang untuk di putar besok saat anak-anak datang. Tangis Razel pun pecah, dia tidak bisa menahan kesedihannya mengingat perjuangan dirinya untuk dekat dengan anak-anak sampai akhirnya dia menyayangi mereka semua dan secara tega di keluarkan tanpa alasan yang jelas. “ Maafkan bu guru, ibu sayang sama kalian semua.” Isak Razel hanya dapat menatap ruang kelas sebelum akhirnya dia pergi. Dua orang wanita muncul dari balik ruangan menyaksikan Razel pergi dengan langkah kaki yang berat, suara dering ponsel baru saja bunyi pada ponsel salah satu di antaranya yang berisi pesan dan rekaman video. “ Ms Hwang, tolong putarkan video ini kepada anak-anak besok pagi. Kumohon, biarkan mereka melihat video ini untuk terakhir kalinya.” “ Madam, lihat.” Ms Hwang memperlihatkan isi pesan yang barusan di kirim oleh Razel kepada madam Charlotte. “ Dia anak yang baik dan sangat tulus, tapi kita tidak bisa mempertahankannya untuk tetap mengajar disini.” Ucap Madam Charlotte dengan berat hati. ** Langit di sore itu begitu gelap. Awan hitam berarak menutupinya, satu persatu rintikan hujan menghujani bumi dan mengeluarkan hawa dingin yang sangat mencekam. Seorang wanita dengan seragam merah mudanya berjalan tanpa lelah di bawah guyuran hujan. Hampir setengah jam dia berjalan kaki meninggalkan sekolah yang bukan lagi tempatnya bekerja. Sesak bercampur dengan kemarahan menjadi kemelut dalam hatinya. Ia merasa tidak adil dengan perlakuan yang di dapatnya hari ini, bagaimana bisa dia bekerja dengan sangat baik sebelumnya dan tiba-tiba di pecat secara sepihak. Meskipun di tangannya sekarang ada uang yang cukup banyak dan bisa membiayai kehidupannya selama dua bulan, hal itu tidak membuat perasannya senang. Kini Razel hanya bisa terisak, ditemani tetesan air hujan yang membuat seluruh tubuhnya basah kuyup. Suara tangisnya bahkan lenyap disapu oleh gemericik hujan yang semakin nyaring. Sampai lelahnya tibam dan akhirnya dua pun sadar dari lamunan panjangnya sendiri. Perlahan ia mengangkat kepalanya dan mengedarkan pandangannya di sekeliling. “ Dimana aku.?” Razel baru saja sadar kalau dirinya tiba di tempat yang dia sendiri baru datang ke tempat itu. Saat ini dia berdiri di sebuah trotoar kecil yang sepi tanpa seseorang pun terlihat di sekitarnya. Seperti sebuah kota tak berpenghuni, hanya ada bangunan-bangunan tua tak terawatt dan kosong berderet di sisi-sisi jalan. Kemudian di tengah guyuran hujan yang semakin deras, suasana berubah menjadi semakin menakutkan bagi Razel. Akhirnya dia memutuskan untuk berteduh sejenak di salah satu bangunan tua itu. Sambil memeluk tubuhnya sendiri yang sedang mengigil hebat. Suara tembakan baru saja terdengar jelas di telinga Razel, wanita itu menoleh ke belakang dan menyadari bahwa ada sekumpulan pria bersergam di dalam sana yang sedang berkumpul. Dan asal dari suara tembakan barusan membuatnya takut sekaligus penasaran. Razel mencoba untuk mendekat dan melihat ke dalam sana, rasa penasarannya membuat dia mencoba untuk memberanikan diri. Di dalam ruangan di gedung itu terlihat sekumpulan pria sedang mengelilingi dua orang yang tersungkur di lantai. Razel bisa melihat satu di antaranya sudah tewas akibat tembakan yang dia dengar barusan, kemudian salah satu pria yang memegang pistol kembali menembakkan peluru pada korban berikutnya hingga terdengar suara tembakan sebanyak dua kali. “ Mereka membunuh dua pria itu.?” Benak Razel mulai gemetar hebat di buatnya. Tanpa basa basi lagi Razel pun segera melarikan diri dari tempat itu sebelum dia ketahuan menyaksikan perbuatan yang sangat kejam oleh sekelompok penjahat yang di yakini adalah gangster. Razel sangat takut ketahuan, jika mereka menyadari keberadaannya mungkin dia akan menjadi korban berikutnya. Bersama pemikiran mengerikan yang terus mengantui derap langkahnya, wanita itu kembali menangis dan terus berlari tak peduli jika dirinya lelah sekalipun. Razel tidak menyadari seseorang sudah melihatnya berlari keluar dari gedung itu, pria berseragam merah maroon itu turun dari mobil dengan payung berwarna hitam yang dia pegang. Walaupun tidak jelas dengan wajah Razel, namun dia yakin bahwa Razel menyaksikan apa yang terjadi di dalam gedung itu dan secepat mungkin masuk ke dalam sana untuk melaporkan apa yang telah dia ketahui. “ Bos, kau sangat gegabah. Seorang wanita baru saja melihat apa yang kau lakukan di tempat ini.” Sahut pria itu ketika dia sudah berada di dalam gedung. “ Dimana dia sekarang? Kenapa kau tidak menangkapnya.?” Balas pemimpin dari kelompok itu. “ Dia berlari sangat kencang, aku baru saja turun dari mobil saat dia berlari sekencang itu.” “ Tapi kau jangan khawatir, aku menemukan id card miliknya. Sepertinya dia adalah seorang guru di taman kanak-kanak.” Lanjutnya sambil menatap id card milik Razel yang terjatuh di luar. “ Berikan padaku.” Pemimpin kelompok itu melihat id card yang terpampang nama Razel disana. Beruntung Razel tidak menaruh foto apapun karena waktu itu dia masih belum memperbaharui id cardnya. “ Cari tahu tentang wanita ini sekarang, dia tidak boleh memberitahu siapapun atas apa yang kita lakukan pada dua pria ini.” Titah nya yang membuat semua orang di ruangan itu berseru. ** Razel kembali ke rumah dalam keadaan basah kuyup dan jantung yang berdegup sangat kencang, baying-bayang kejadian di gedung tua barusan masih membuatnya takut sampai sekarang. Dia menjatuhkan tubuhnya di lantai tepat di depan pintu masuk untuk mengembalikan kondisinya seperti semula, saat ini Razel bingung apa yang harus dia lakukan? Dua pria mati di depan matanya dengan cara yang sadis, apa dia harus melapor kepada polisi? Tapi saat ini Razel tidk ingin berurusan dengan polisi, jika dia melapor dan dirinya ketahuan yang menjadi pelapor kemudian menjadi sasaran berikutnya akan jauh lebih menakutkan. “ Aku tidak mau mati sebelum memiliki keluarga.” Rengek Razel tepat saat Sabrina pulang dari kantor. “ Apa yang kau lakukan.?” Tanya Sabrina menatapnya heran. Razel memeluk Sabrina dalam keadaan basah sementara Sabrina tidak basah sama sekali, hal itu membuatnya berusaha melepaskan Razel namun gagal. “ Aku..aku, huaaa.” Isak Razel yang bingung menjelaskannya kepada Sabrina. “ Ada apa? Bicara yang jelas.” Protes Sabrina mulai kesal. Razel melepaskan pelukan Sabrina kemudian mencoba untuk lebih tenang, ketika dia baru saja akan menjelaskan semuanya tiba-tiba pintu terketuk dengan sangat keras yang membuat Razel takut hingga bersembunyi di balik tubuh Sabrina. “ Jangan di buka, mungkin itu mereka.” Ucap Razel sangat ketakutan.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN