Part 1
Pria itu baru saja memasuki sebuah mobil hitam ketika ia meninggalkan markas, wajahnya terlihat lelah setelah kemarin menangani tugasnya semalaman. Felix Felice, merupakan anak pertama dari seeorang ketua mafia terkenal di Paris yaitu Maurice Felice.
Saat ini jabatan Felix tak lain adalah tangan kanan sang ayah, tugasnya memantau bawahan menyelesaikan tugas-tugas yang di berikan oleh ketua. Dan kebetulan hari ini tugas Felix selesai, ia bisa kembali ke rumah dan istirahat engan tenang.
Felix sadar kalau supirnya saat in terlihat berbeda, ia bahkan tak mengantar Felix di jalan yang biasa di lewatinya. Felix tidak bodoh dan langsung mengayunkan pistol di kepala supir yang ternyata bukan supir pribadinya, alhasil mobil berhenti dan menepih namun supir itu tak berkutik sama sekali.
“ Siapa kau dan mau apa kau denganku.?” Tanya Felix dingin.
Felix merasa ada yang aneh dengan dirinya, saat itu kepalanya mulai pusing dan ia baru sadar kalau di mobil itu ada obat bius yang membuatnya tak sadarkan diri begitu pun dengan pria yang menyamar sebagai supir pribadinya.
**
Perlahan tapi pasti Felix mulai membuka kedua matanya, tubuhnya di ikat dengan tali dan juga rantai yang sangat kuat hingga ia tidak bisa membukanya dengan kekuatannya sekali pun.
“ Felix Felice.” Suara yang di sertai tepukan tangan terdengar tepat di depan Felix.
Samar-samar sosok itu muncul dari balik kegelapan, hanya bagian kakinya yang terlihat dan suara yang terdengar tidak asing.
“ Apa yang kau inginkan.?” Tanya Felix masih terlihat tenang seperti biasanya.
“ Yang ku inginkan? Apa kau akan mengabulkannya.?” Balas pria itu di akhiri tawa yang sangat menjengkelkan di pendengaran Felix.
“ Lepaskan aku sebelum kau menyesalinya.”
“ Hahahahahahah.”
“ Melepaskan buruan yang sangat berharga katamu? Itu tidak akan terjadi kecuali kau mati di tanganku.”
Satu pukulan keras berhasil menghantam kepala Felix, darah segar mulai mengalir melalui keningnya dan ia merasa sangat pusing saat ini.
“ Pengecut, kau hanya berani melakukan ini dengan aku yang terikat.” Lontar Felix berniat memprovokasi pria itu.
Tapi sayangnya pria itu tidak mendengarkan, ia menendang tubuh Felix hingga terjungkal kebelakang. Wajah dari pria itu hampir terlihat jika bukan karea sinar lampu yang tepat berada di atas kepalanya, sekali lagi pria itu menendang dan memukul Felix dengan kejam.
Felix tidak mengerti kenapa dirinya di perlakukan seperti itu, mungkin pria ini adalah salah satu musuh ayahnya yang melampiaskan kemarahannya dengan menyiksa Felix seperti ini.
Setelah cukup babak belur dan tak berdaya, akhirnya pria itu dan anak buahnya meninggalkan Felix di sebuah rumah tua tak berpenghuni. Pria itu sengaja meninggalkannya di sana karena ia tahu tidak ada yang akan menyelamatkan Felix di sana, semua barang Felix di buang di tempat yang jauh agar tidak bisa di lacak.
Felix masih sadarkan diri, sebentar lagi kesadaran itu akan menghilang tapi ia berusaha untuk melepaskan diri dari ikatan tersebut. Nyatanya Felix tak berdaya, tubuhnya mati rasa dan rasa sakit yang ia rasakan sekarang membuatnya seperti akan mati.
“ Sepertinya ini akhir dari hidupku.” Benaknya sambil menutup mata.
**
“ Papa.” Seru gadis kecil itu menghampiri Felix dengan riang gembira.
“ Hey little princess.” Felix meraih anak perempuan itu ke pangkuannya dan menatap wajahnya denga penuh kelembutan.
“ Aku mencintaimu.” Ucap gadis kecil itu dengan gemas.
“ Papa juga.”
“ Ellaine sangat menyayangi papa, jadi cepatlah bangun.”
Felix tersadar dari koma setelah tertidur selama satu minggu, ia menyentuh kepalanya yang terasa pusing kemudian mengingat apa yang telah terjadi pada dirinya dan juga mimpi aneh yang baru saja di alaminya itu.
“ Tuan sudah sadar, tolong segera panggil dokter aku akan menghubungi ketua.” Ujar salah seorang pengawal yang menjaga Felix di rumah sakit.
Setelah dokter datang dan melihat kondisi Felix, beberapa saat kemudian ayahnya pun datang dengan wajah penuh kecemasan melihat putranya yang akahirya berhasil siuman.
Dokter menjelaskan keadaan Felix di hadapan semua orang yang ada di ruangan itu, dan sebuah keajaiban Felix bisa selamat dari komanya. Kondisi Felix masih belum pulih, ia mengalami patah tangan dan rusuk akibat orang-oramg itu, dan setelah Felix menceritakan kejadiannya ayahnya pun langsung turun tangan untuk mencari pelakunya.
**
Malam ini Felix terlihat melamun melihat keluar jendela, bulan di luar terlihat sangat indah dan entah kenapa mengingatkannya pada seseorang yang selalu menghantuinya selama ini. Tiba-tiba saja pintu terkuak, asisten pribadi Felix yang bernama Eddie masuk dengan membawa pesanan Felix yaitu pie kacang.
“ Terima kasih Eddie.”
“ Tuan, kau beruntung seorang bayi telah menyelamat hidup mu.” Seru Eddie yang membuat Felix langsung meliriknya heran.
“ Bayi? Apa maksud mu Eddie.?”
“ Saat itu anak buah yang lain sedang mencari tuan, seseorang mendengar tangisan bayi di tempat tuan berada, dan secara kebetuan ia langsung memanggil salah satu dari kami yang kebetulan berada di dekat lokasi tersebut.”
“ Jika bukan karena tangisan bayi itu, kita tidak akan tahu di mana tuan berada.” Lanjut Eddie kemudian.
“ Di mana bayi itu sekarang.?”
“ Kondisinya tidak memungkinkan saat pertama kali di temukan, tapi dua hari yang lalu dia sudah sehat dan berada di rumah sakit yang sama dengan tuan.”
“ Aku ingin melihatnya.”
Felix terkejut mendengarnya, ia tak menyangka Felix yang terkesan cuek dan dingin itu peduli pada seorang bayi. Alhasil Eddie segera pergi untuk menemui perawat yang menangani bayi itu, dan beberapa saat kemudian Eddie kembali bersama perawat yang menggendong bayi tersebut.
Perawat itu memperlihatkan wajah si bayi pada Felix, usianya sekitar satu bulan lebih jelas perawat dan wajahnya terlihat sangat damai membuat Felix ingin menggendongnya jika saja tangannya tidak sakit.
“ Kau bisa mengembalikannya.” Titah Felix pada perawat dan segera di laksanakan.
“ Bagaimana dengan orang tua bayi itu.?” Tanya Felix pada Eddie.
“ Kami sudah berusaha mencari informasi tentang orang tua si bayi, tapi sepertinya dia sudah di buang oleh kedua orang tuanya sendiri.” Jelas Eddie kemudian.
**
Butuh waktu lama agar Felix dapat sembuh total, pencarian pelaku yang membuat Felix seperti masih belum di temukan meski sudah di cari ke seluruh penjuru kota bahkan di luar kota sekali pun.
Selama Felix di rumah sakit, ia dan bayi yang menyelamatkannya selalu menghabiskan waktu bersama. Entah kenapa melihat bayi itu selalu membuat Felix merasa damai, ia seperti melihat wajah ibunya di bayi itu yang mengingatkannya pada mendiang ibunya setiap melihat bayi itu.
“ Tuan, ketua datang untuk menemui anda.” Eddie muncul dengan nada yang sopan begitu ketua alias Ayah Felix masuk ke dalam ruangan tersebut.
“ Bagaimana keadaanmu.?” Tanya beliau dengan nada yang tegas namun masih khawatir.
“ Sudah lebih baik, aku bisa berjalan normal sekarang.” Jawab Felix kemudian.
Tatapan Maurice tertuju pada bayi yang sedang tertidur di box bayi yang membuat beliau memperhatikannya dengan lekat, Maurice pun merasakan hal yang sama dengan yang di rasakan oleh Felix. Bayi itu persis seperti mendiang istrinya dan juga Felix ketika bayi, tanpa sadar ia menyentuh jemari bayi itu sehingga membuat si bayi tiba-tiba menangis.
Felix terheran melihat tingkah ayahnya saat ini, Eddie segera memanggil perawat untuk menenagkan si bayi dan menjauhkannya dari Maurice dengan cepat. Maurice terlihat kebingungan, padahal ia hanya menyentuh jari bayi itu dan membuatnya menangis seperti telah di cubit.
“ Bayinya tidak suka padamu, Ayah.” Sahut Felix membuat pengawal berusaha menahan tawa begitupun dengan Eddie.
“ Soal orang tua bayi ini, apa kau sudah menemukan mereka.?” Tanya Maurice penasaran.
“ Belum, sampai sekarang detektif Nick belum memberi kabar soal hal itu.”
“ Bagaimana jika ternyata orang tuanya sudah meninggal, kau akan membiarkannya di panti asuhan.?”
“ Menurut ayah, apa yang harus ku lakukan.?”
“ Terserah padamu saja, bagaimana pun juga bayi itu sudah membuat kami berhasil menemukan mu.”
**
Sekitar satu bulan melakukan pemulihan total, kini Felix sudah di perbolehkan pulang ke rumah. Karena informasi orang tua tentang bayi itu belum juga di ketahui, akahirnya membuat Felix membawa si bayi ke rumahnya sampai informasi mengenai kedua orang tuanya di ketahui.
Tugas mengasuh si bayi tentu saja di berikan pada Eddie, di rumah Felix yang cukup besar memang banyak orang namun semua adalah laki-laki. Mereka tak lain adalah supir pribadi, pengawal, pembantu rumah tangga, dan terakhir Eddie yang menjadi orang terdekat Felix selama ini.
“ Mana anak manis paman ingin lihat.. cilukbaaa.”
“ Huaaaaaaa.” Tangisan bayi itu semakin keras setelah Eddie berusaha untuk membuatnya tertawa.
“ Kau tidak pantas menjadi seorang ayah Ed.” Sahut Stefano salah satu pengawal Felix yang kebetulan lewat.
“ Diam kau, dia hanya tidak terbiasa dengan wajah tampan ku.”
Tangisan bayi itu semakin membesar, Eddie kebingungan mendiamkannya. Tangisannya bahkan terdengar sampai di kamar Felix yang ada di lantai dua. Mendengar suara tangisan itu ia pun segera keluar dan menghampiri kamar si bayi yang dekat dari kamar Eddie.
“ Ada apa.?” Tanya Felix yang baru saja masuk ke dalam kamar itu.
“ Dia terus menangis, aku tidak tahu harus berbuat apa lagi.” Keluh Eddie dengan wajah super memelasnya.
“ Berikan padaku.” Felix meminta bayi itu pada Eddie dan segera di berikan dengan sangat hati-hati.
Anehnya bayi itu langsung diam setelah ia berada di gendongan Felix, semua orang tercengang melihatnya. Mereka seakan melihat si bayi yang menangis dan merindukan ayahnya lalu ayahnya datang dan menggendongnya sehingga membuat si bayi tenang.
“ Tuan, kau terlihat seperti seorang ayah muda sekarang.” Sahut salah satu dari mereka.
“ Diam kalian, pergi sana.” Usir Eddie pada mereka yang penasaran dengan pemandangan itu.
“ Apa benar aku terlihat seperti itu.?” Tanya Felix pada Eddie.
“ Te-tentu saja tidak, usia mu masih sangat muda kau bahkan tidak cocok punya anak sekarang.” Balas Eddie tak ingin membuat perasaan Felix hancur.
Tiba-tiba saja Felix merasa ada yang lembab pada lengannya dan ada sedikit aroma tidak sedap yang ia cium, Felix menuduh aroma itu muncul dari Eddie namun pria itu langsung menggeleng tidak.
Ketika Felix memutar tubuhnya Eddie langsung melihat bercak kuning menempel di baju Felix, hal itu sontak membuatnya panik dan menyuruh Felix untuk meletakkan bayi itu kembali.
“ Ada apa? Kenapa kau sangat panik seperti itu.?” Tanya Felix penasaran.
“ Di baju mu, bayi itu sepertinya buang air.” Jawab Eddie sontak membuat Felix sangat terkejut.
**
Wajah memelas pria itu terlihat sangat jelas ketika ia sudah berada di sebuah toko perlengkapan bayi, ia di temani oleh salah satu pengawal Felix. Setelah insiden bayi itu yang buang air di tangan Felix, Eddie langsung di perintahkan untuk membeli segala keperluan si bayi.
Karena tidak ada yang tahu soal bayi dan belum ada yang memiliki anak mereka tidak tahu menahu soal popok, hari ini mereka tidak memasangkan popok pada bayi itu sehingga ketika Felix menggendong tepat saat si bayi akan buang air.
“ Ada yang bisa kami bantu tuan.?” Tanya penjaga toko ketika Eddie terlihat bingung harus memilih yang mana.
“ Tolong kau bungkuskan semua perlengkapan bayi beruumur dua bulan yang ada di toko ini.” Titah Eddie yang tidak tahu harus melakukan apa lagi.
“ Maaf, apa anda yakin.?”
“ Tentu saja, kami punya uangnya.” Eddie kemudian menunjukkan black card milik Felix pada penjaga toko itu.
“ Bukan begitu tuan, kami hanya ingin memastikan apa anda akan memesan semua itu tanpa memilihnya terlebih dulu.?”
“ Tidak perlu, kami serahkan semua padamu.”
“ Kalau boleh tau anaknya perempuan atau laki-laki.”
“ Perempuan.”
Penjaga toko itu akhirnya memilih beberapa perlengkapan bayi yang di anggapnya cocok untuk bayi perempuan berumur dua bulan. Tak lupa Eddie juga meminta penjaga toko untuk memilih s**u formula yang terbaik untuk bayi itu.
**
Bayi itu terus menangis saat ini, bahkan ia sudah tidak tenang ketika Felix yang menggendongnya. Karena Felix tiba-tiba merasa pusing akhirnya ia meminta pengawal yang menggantikannya sampai Eddie kembali.
“ Tuan, apa tidak sebaiknya kita memberi nama pada bayi ini.?” Tanya Stefano melirik Felix yang tampak memikirkan hal serupa.
“ Aku tidak tahu harus memberi nama apa padanya.”
“ Kau saja yang memberi nama.” Lanjut Felix kemudian.
“ Menurut ku tuan lebih cocok memberi nama bayi ini.”
Felix terdiam kemudian ia teringat akan mimpi yang di alaminya sebelum ia siuman, anak perempuan yang di lihatnya yang memanggilnya papa saat itu berusia sekitar lima tahun dan sangat cantik. Entah mengapa hal itu membuat Felix sampai teringat padanya, kemudian melirik bayi itu dengan nama yang sudah ada di kepalanya.
“ Ellaine.., mulai hari ini namanya adalah Ellaine.” Ucap Felix yang lagi-lagi membuat si bayi diam.
Kemudian Eddie kembali dengan barang bawaan yang sangat banyak, Felix sampai tak percaya melihat barang-barang itu hampir memenuhi seisi ruang tamu. Felix kemudian meminta Eddie untuk mengurus Ellaine sselagi ia ingin beristirahat.
“ Kau tau, tuan telah memberikan nama untuk bayi ini.” Ujar Stefano seketika membuat Eddie terkejut.
“ Benarkah? Siapa namanya.?”
“ Dia menyebutnya Ellaine.”
“ Ellaine ya.” Ucap Eddie sambil menatap bayi itu dengan senyuman.
**
Selama dua bulan pencarian mengenai orang tua Ellaine, detektif suruhan Felix menyampaikan kabar bahwa kedua orang tuanya mungkin sudah meninggal dunia dan meninggalkan Ellaine sendirian. Seiring berjalannya waktu Ellaine akan semakin tumbuh besar, dan Felix tidak ingin melihat anak itu tumbuh tanpa orang tua.
Felix pun memutuskan akan mengangkat Ellaine menjadi anaknya, ia bahkan sudah menyuruh seseorang untuk membuat akte kelahiran Ellaine atas namanya dan semua dokumen data diri tentang Ellaine akan di atas namakan oleh Felix sebagai orang tua tunggal.
“ Tuan Felix mengangkat anak itu menjadai anaknya.”
“ Sungguh berita yang sangat mengejutkan, seorang tuan Felix sampai merepotkan dirinya untuk mengasuh anak itu.”
“ Bahkan dia yang terkenal tidak suka anak kecil bahkan adiknya sendiri sampai melakukan hal ini.”
Eddie berdeham pelan membuat para pengawal yang bergosip seketika terdiam, kemudian Eddie memperingatkan mereka untuk tidak menyebarkan hal itu pada dunia luar saol Felix yang mengangkat anak agar keamanan Felix dan anak itu tetap aman.
**
Saat ini Felix sedang bersama Ellaine di kamarnya, usia Ellaine sudah menginjak lima bulan dan dia sudah bisa bermain dengan Felix. Ellaine sangat senang berada di dekat Felix seperti sudah menganggap Felix sebagai ayah kandungnya sendiri. Bahkan selama ini tidak ada yang dapat menangani Ellaine dengan baik selain Felix seorang.
“ Maafkan aku karena tidak bisa menemukan orang tuamu, sebagai gantinya aku akan menjadi ayah untukmu.” Gumam Felix sambil menyentuh tangan mungil Ellaine.
“ Gugugu.” Ellaine menggenggam jemari Felix dengan senyum yang menggemaskan.
Tok..tok..tok..
“ Tuan, di luar ada ketua dan nyonya besar datang menemui anda.” Suara Eddie dari luar kamar membuat Felix lantas memasang wajah datar.
Felix akhrinya keluar dan menitipkan Ellaine pada Eddie, saat Felix turun dari anak tangga tatapannya tertuju pada ayah dan ibu tirinya yang sedang memperhatikannya turun.
“ Ada apa kalian kemari.?” Tanya Felix setelah menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.
“ Ayah ingin bicara hal serius denganmu.”
“ Tapi sebelum itu, boleh ibu melihat Ellaine.?” Sahut Sheenaz menatap Felix penuh harap.
“ Dia sedang tidur.” Balasnya datar.
“ Felix, dia ibumu, bicara yang sopan.”
“ Aku anak seorang ketua mafia, bukannya bersikap dingin adalah hal yang wajib di lakukan.?” Balas Felix menatap Ayah dan ibu tirinya serius.
“ Kalau begitu ibu akan keluar mencari udara segar sehingga kalian bisa bicara dengan santai.” Lanjutnya dan berlalu meninggalkan ruangan itu.
Hubungan Felix dan ibu tirinya memang tidak berjalan baik, ketika ibu kandung Felix meninggal dua puluh tahun yang lalu, ayahnya lalu menikah dan memiliki anak dari wanita yang bernama Sheenaz itu. Meski Felix memiliki seorang adik, ia tidak dekat dengan adiknya itu dan cenderung menjauhinya jika mereka bertemu.
“ Apa yang ayah ingin bicarakan denganku.?” Tanya Felix kemudian.
“ Ayah akan menyerahkan jabatan ayah padamu, kau akan menjadi ketua Black Dragon berikutnya.”
**
Felix akhirnya resmi menjadi ketua Black Dragon menggantikan ayahnya, semenjak Felix memimpin organisasi itu semakin kuat terlebih lagi banyak musuh yang telah di kalahkan di bawah kendali Felix sendiri.
Pelaku yang dulu menyekapnya dan menyiksa Felix pun kini telah di tangkap, Felix membalaskan dendamnya lansgung pada pria itu. Tapi sayangnya ketika ia bertanya maksud dan tujuannya melakukan hal itu, tiba-tiba saja ia menusuk tubuhnya dengan pisau yang entah sejak kapan di simpannya.
Karena hal itu Felix jadi tidak tahu alasannya melakukan semua itu padanya, meski begitu Felix merasa cukup lega karena pelakunya sudah tiada. Selama menjadi ketua mafia, tugas Felix sangat padat dan hampir tidak pernah ada di rumah kecuali malam hari.
Selama Felix pergi yang mengurus Ellaine tentu saja orang-orang yang tinggal di rumahnya, Eddie terkadang membantu jika Felix tidak membutuhkan Eddie untuk ikut bertugas.
Orang-orang di rumah yang mengurus Ellaine sedikit kesusahan, Ellaine yang kini sudah bisa berjalan selalu melarikan diri dari kejaran orang suruhan Felix. Ellaine hanya ingin Felix dan Eddie yang menjaganya, hingga akhirnya Felix menyuruh Eddie untuk menjadi pengasuh Ellaine untuk sementara waktu.
“ Bukankah lebih baik jika tuan Felix menyewa baby sitter wanita agar bisa melakukannya dengan baik.” Gumam Stefano yang khusus menemani Eddie mengasuh Ellaine.
“ Kau tau kan dia tidak suka wanita menginjakkan kaki di rumahnya, tuan Felix hanya menyukai ibunya dan tidak pernah tertarik dengan seorang wanita.”
“ Kau benar, ku harap dia masih normal memperkerjakan pria di rumah sebesar ini tanpa ada wanita satu pun membuatku cukup khawatir.”
“ Begitupun denganku, bahkan jika itu wanita paruh baya pun aku akan sangat bersyukur.”
Ellaine memperhatikan wajah Eddie dengan heran, mereka berdua membicarakan Felix di depan Ellaine yang saat ini mengamati mereka dengan tatapan layaknya sebuah kamera pengintai.
“ Kenapa? Kau ingin melaporkannya pada ayahmu.?” Seloroh Eddie sambil menyeringai.
Ellaine memukul Eddie dengan mainan yang ada di tangannya, Stefano tertawa terbahak-bahak melihatnya. Ia tertawa karena Ellaine seakan membela Felix, tak sampai di situ Ellaine kembali melemparkan mainannya pada mereka berdua yang membuat keduanya kewalahan dengan sikap Ellaine.
“ Ada apa ini.?” Suara Felix membuat mereka menoleh dengan kompak ke arahnya.
“ d**a~” Ellaine berlari kepelukan Felix yang di sambut hangat oleh pria itu.
“ Tuan kenapa anda pulang cepat hari ini.?” Tanya Stefano sambil mengusap wajahnya yang sakit akibat lemparan yang mengenai wajahnya tadi.
“ Bukan urusanmu, cepat siapkan makanan, aku akan pergi mandi bersama Ellaine.” Ucap Felix dan berlalu meninggalkan ruangan itu.
**
Ellaine menangis semalaman, semua orang di buat terbangun di buatnya. Eddie segera menghampiri kamarnya dan mengecek anak itu, saat Eddie menyentuh tubuhnya yang panas sontak kedua matanya langsung membulat sempurna. Yang tadinya ia merasa sangat mengantuk kini tidak, Eddie segera keluar dan membangunkan para pengawal untuk membantunya mengatasi Ellaine.
“ Sepertinya dia demam.”
“ Kita kasih obat saja.”
“ Tapi dia masih satu tahun, kita tidak tahu obat apa yang cocok untuknya.”
“ Kita bangunkan tuan Felix.”
“ Jangan.”
“ Kita telpon dokter, aku yakin dokter tuan Felix masih terjaga malam ini.”
Malam itu Eddie benar-benar mendatangkan dokter khusus keluarga Felice tanpa sepengetahuan Felix, pertama Eddie tidak ingin mengganggu waktu istirahat Felix dan kedua ia tidak ingin mendapat omelan dari pria itu karena tidak becus merawat putrinya.
“ Tenang saja, dia hanya demam biasa, aku sudah memberikan obat pereda demam.” Ujar dokter sukses membuat semuanya merasa tenang.
Setelah dokter selesai merawat Ellaine, mereka bergantian mengawasi Ellaine sampai pagi. Mereka benar-benar memastikan Ellaine tidak demam sampai besok pagi ketika Felix datang untuk melihatnya.