Wanita itu baru saja keluar dari kantor bersama dengan rekan kerjanya, mereka semua akan menuju sebuah restoran untuk makan siang. Pasalnya hari itu atasan mereka sedang berulang tahun sehingga makan siang kali ini mereka akan di traktir oleh atasan mereka.
“ Mereka siapa? Sejak tadi pagi selalu berkeliaran di sekitaran kantor.”
“ Aku juga penasaran. Apa jangan-jangan mereka mata-mata.?”
Sabrina baru saja tertarik dengan percakapan rekan kerjanya, dia juga melihat beberapa pria dengan seragam hitam sejak dari rumah sampai di kantor dia sudah memperhatikan orang-orang itu.
Jarak restoran dengan kantor hanya berjarak lima meter dan mereka sudah sampai, namun saat itu Sabrina belum masuk ke dalam. Dia meminta izin untuk menelpon seseorang terlebih dulu.
Sabrina menuju satu tempat di bagian samping restoran yang memiliki gang kecil tempat pembuangan sampah, kemudian dia meraih ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang.
Pandangan Sabrina tertuju pada dua pria yang sedang memperhatikannya dari jarak jauh, dia tahu bahwa mereka bukan orang jahat itu sebabnya dia ingin memastikannya kepada Razel.
“ Halo, Razel.”
“ Sabrina? Ada apa.?”
“ Ada beberapa pria yang sejak tadi mengikutiku dari rumah dan sekarang mereka berada di sekitar kantor, apa kau mengetahui soal ini.?”
“ Benarkah? Syukurlah, mereka adalah orang-orang suruhan Felix. Kau aman sekarang.”
“ Tapi aku tidak nyaman melihat mereka berada di sekitar kantor, rekan kerjaku mengira bahwa mereka orang aneh. Ku pikir tidak perlu berlebihan seperti ini, aku yakin akan baik-baik saja.”
“ Biarkan saja, ini semua demi keselamatanmu. Percaya padaku.”
“ Tapi Razel.”
“ Sudah dulu ya, Elaine sedang mengajakku bermain disini.”
Panggilan di akhiri secara sepihak oleh Razel di seberang sana, dan sekarang Sabrina hanya dapat pasrah menatap layar ponselnya. Sebelum dia masuk ke dalam restoran, tatapannya tertuju kepada mereka lagi dengan tatapan tajam yang membuat mereka terkejut.
**
Elaine baru saja mengeluarkan sesuatu dari dalam box yang berada di bawah tempat tidurnya, dia menyuruh Razel membuka box tersebut. Karena penasaran Razel pun segera membukanya, dia terkejut melihat isi dari box tersebut merupakan mainan yang di simpan Elaine karena dia sangat menyayangi semua mainan itu.
“ Apa ini.?” Razel tertarik pada sebuah benda kotak yang ternyata adalah sebuah album foto.
Rasa penasaran Razel kembali muncul setelah mengetahui bahwa itu adalah sebuah album foto. Tanpa ragu dia membuka halaman album foto yang menampilkan foto-foto Elaine sewaktu dia masih bayi.
Razel terpesona melihat wajah imut Elaine ketika bayi, tidak jauh berbeda dengan sekarang yang tampak seperti putri kecil yang sangat cantik. Setelah melihat halaman depan, dia di buat tersenyum ketika melihat terdapat foto Elaine bersama Felix.
Felix terlihat sangat tampan di foto itu dengan wajah yang bersih tanpa brewokan di wajahnya, dan wajah Felix tampak terlihat lebih muda dari yang sekarang.
“ Papa dan Elaine.” Ujar Elaine sambil menunjuk foto dia dan Felix semasa Elaine masih berusia satu tiga bulan.
“ Elaine sangat cantik, wajahnya persis seperti papa Felix.” Gumam Razel.
Kemudian di halaman berikutnya dia bisa melihat foto Elaine dari waktu ke waktu hingga saat ini, dan terakhir merupakan sebuah foto para anggota black dragon ketika Elaine berusia tiga tahun.
Dari semua foto yang ada di album tersebut Razel benar-benar tidak menemukan satu foto wanita pun disana, dia jadi penasaran seperti apa wajah ibu kandung Elaine sebenarnya.
Razel mendengar suara seseorang yang menyebut bahwa Felix baru saja kembali, Razel melirik jam yang masih menunjukkan pukul 4:00 sore padahal biasanya Felix pulang tepat setelah jam makan malam usai.
“ Apa yang kalian lakukan? Bukannya ingin ke taman hiburan.?” Sahut Felix yang baru saja masuk ke dalam kamar Elaine.
“ Tiba-tiba? Kau bahkan tidak memberitahuku sebelumnya.” Sahut Razel kaget setelah dia menyimpan kembali album itu ke dalam box.
“ Ku beri waktu sepuluh menit untuk bersiap, lewat dari itu aku akan membatalkannya.” Lontar Felix sontak membuat Razel segera bergerak cepat dalam merapihkan rambut dan memilihkan Elaine baju yang bagus.
Kurang lebih tujuh menit Razel berhasil melakukannya, dia sangat senang bahwa Felix akan membawa Elaine ke taman hiburan. Bahkan saat ini Elaine terlihat begitu antusias dia sudah tidak sabar melihat seperti apa dunia hiburan yang di jelaskan oleh Razel kemarin.
Razel membawa Elaine ke hadapan Felix dimana gadis kecil itu sudah tampil cantik dengan menggunakan dress berwarna merah muda dan rambut yang di kuncir dua menggunakan pita dengan warna yang senada seperti dressnya.
“ Kenapa kau tidak siap-siap.?” Lontar Felix.
“ Siapa? Aku.?”
“ Tentu saja, kita bertiga akan ke taman hiburan sore ini.”
“ Tapi aku,”
“ Tidak ada tapi-tapian, sekarang juga ambil tasmu dan kita pergi dengan penampilanmu yang seperti itu saja.”
**
Taman hiburan yang di maksud oleh Razel adalah Disneyland Paris yang terletak di Marne la Valle, dari mansion jaraknya tidak begitu jauh sehingga mereka tiba disana hanya dalam tiga puluh menit saja.
Sebelum turun dari mobil, Elaine di peringatkan untuk tidak boleh kemana-mana sendirian. Para anggota lain akan terus memantaunya sementara Felix akan menunggu di dalam mobil sampai mereka selesai.
“ Kenapa kau tidak ikut bersama kami? Biarkan Elaine bisa bersenang-senang dengan papanya juga.” Sahut Razel.
“ Iya papa harus ikut, aku mau ada papa dan juga mama bersama aku.” Seru Elaine yang sudah tidak sabar untuk masuk ke dalam.
“ Papa akan tetap disini.” Balas Felix dingin seperti biasa.
“ Dasar tidak berperasaan.” Celetuk Razel.
“ Kau bilang apa barusan.?” Tanya Felix menatapnya tajam.
“ Tidak bilang apa-apa, ayo sayang kita masuk dan bermain.” Ajak Razel kepada Elaine.
Felix menatap kepergian Razel dan Elaine yang sudah masuk menuju gerbang, sebelumnya Eddie sudah memesan tiket masuk sehingga mereka hanya perlu masuk dan menyerahkan tiket yang mereka punya.
“ Tuan, kau mau kemana.?” Sahut supir pribadi Felix yang bingung melihat Felix baru saja turun dari mobil.
“ Tetap disana, aku akan masuk.” Balasnya cuek.
Beberapa pengawal yang berada di sana tertawa melihat Felix yang pada akhirnya ikut masuk ke dalam, padahal sebelumnya dia menolak dengan cara yang sok keren.
**
“ Apa-apaan ini.?” Benak Razel terkejut dengan apa yang dia saksikan setelah dia dan Elaine masuk ke taman hiburan tersebut.
“ Ada apa mama.?” Tanya Elaine yang polos dan hanya dapat menatap Razel dengan wajah yang sangat terkejut.
“ Sejak kapan taman hiburan terbesar di Paris menjadi sepi seperti ini? bahkan hanya ada beberapa yang terlihat dan itu pun anggota Felix yang sengaja menyamar sebagai pengunjung? Ini bukan taman hiburan namanya.” Razel mencari keberadaan Eddie di belakangnya dan segera menghampiri pria itu.
“ Ini pasti ulah Felix kan? Jangan-jangan dia menyewa tempat ini untuk bisa di gunakan oleh Elaine? “ Ucap Razel menatapnya dengan kesal.
“ Sesuai permintaan, tuan Felix sudah membawa kalian ke taman hiburan kan.” Jawab Eddie dengan santai.
“ Tapi bukan seperti ini, yang aku maksud itu taman hiburan dimana ada banyak orang yang datang bersenang-senang dan bukan hanya aku, Elaine, dan beberapa anak buah yang menyamar.”
“ Sudah nikmati saja, tuan Felix sudah mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk menyewa tempat ini selama lima jam.”
“ Yang benar saja, kalian semua tidak tahu caranya bersenang-senang.” Razel kembali kepada Elaine dan mau tidak mau dia akan tetap mengajak Elaine menikmati permainan yang di sediakan disana.
Seperti dugaan Razel sebelum dia mencoba naik wahana anak-anak, meskipun Elaine tampak senang dengan wahana yang dia mainkan. Namun tidak membuat Razel puas di buatnya, hal ini justru seperti menipu Elaine bahwa dunia hiburan itu tempat yang sunyi tidak ada teriakan kegembiraan anak-anak, tidak ada musik, tidak ada teman untuk bermain agar lebih seru.
Justru yang terlihat lebih bahagia saat bermain adalah para anggota itu, teriakan mereka cukup terdengar sampai di tempat Razel dan Elaine berada. Usia mereka sudah tua tapi kelakuan mereka di tempat itu hampir mengalahkan anak-anak berusia lima tahun.
“ Ini sama sekali tidak menyenangkan.” Batin Razel merasa begitu putus asa.
**
Tanpa terasa hari sudah mulai gelap, namun tempat itu sudah di hiasi oleh lampu yang menerangi semua tempat tanpa terkecuali. Meskipun tadi sore terasa sangat membosankan, namun mala mini sedikit lebih menyenangkan dengan keindanhan Disneyland yang membuat Razel mengingat masa-masa kecilnya.
Razel ingat bagaimana dia dan orang tuanya dulu pernah datang ke taman hiburan, saat itu lokasi mereka berada di Italia dan pergi kesana bersama orang tuanya adalah kenangan yang sulit untuk di lupakan.
“ Mama, aku ingin naik itu.” Tunjuk Elaine pada sebuah wahana kincir angin.
“ Boleh, ayo kita naik.” Ajak Razel dan mungkin itu wahan terakhir yang akan mereka nikmati sebelum akhirnya pulang ke rumah.
Kini Razel dan Elaine sudah naik wahana kincir angin, dan saat ini mereka sudah ada di puncak. Saat itu Elaine merasa takut berada di ketinggian, namun Razel mencoba memberanikan anak itu dengan berkata bahwa berada di ketinggian dapat membuatnya bisa melihat sesuatu yang tidak bisa di lihat dari bawah.
Perlahan namun pasti akhirnya Elaine memberanikan diri untuk membuka mata, dan dia bisa melihat keindahan kota Paris dari atas sana. Rasa takutnya berubah menjadi kesenangan, dia senang bisa melihat keindahan yang belum pernah dia lihat sebelumnya bersama seorang wanita yang sangat dia sayangi.
Sekitar lima menit menikmati wahana itu, dan saat wahana berhenti rupanya Elaine sudah tertidur di pangkuan Razel. Ketika hendak bangun, Eddie muncul membuka pintu dan mengambil Elaine dari tangannya.
Setelah Eddie keluar dan Razel juga ingin segera turun dari sana, tiba-tiba saja dia di tahan oleh Felix. Pria itu muncul tiba-tiba dan memerintahkan orang diluar sana untuk kembali menjalankan wahana tersebut.
Razel pun kembali duduk di tempatnya dan Felix duduk di hadapannya, wahana pun kembali bergerak. Saat ini Razel sedang melirik ke arah kanan sedangkan Felix ke arah kiri. Keduanya diam tanpa kata, hanya suara mesin kincir angina dan semilir angin saja yang terdengar saat ini.