Bab 3

897 Kata
Di pagi hari yang cerah itu, terlihat matahari yang bergerak perlahan untuk mulai melaksanakan tugasnya menyinari bumi. Argina Mawardi, putri bungsu dari Andiguna Mawardi dan Putri Rahmawati terlihat begitu nyaman berbaring di atas ranjang dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Di tengah kenyamanan Gina saat ini cahaya matahari mulai masuk melalui sela-sela jendela dan mengenai wajahnya sehingga memberikan rasa silau yang membuat tidak nyaman pada matanya yang terpejam. Perlahan kesadaran Gina yang tengah terlelap mulai datang, kelopak matanya bergerak perlahan berusaha untuk terbuka. Di tengah usaha Gina yang hendak membuka matanya, ia tiba-tiba merasakan sebuah tangan yang bergerak pelan di area kulit perutnya dan memeluknya erat. Tangan tersebut juga bergerak perlahan menarik tubuhnya ke belakang, hingga ia mulai menyadari bahwa kulit punggungnya menempel dengan sebuah kulit lain di belakang tubuhnya. Gina yang masih setengah sadar berpikir bahwa saat ini ia masih berada di alam mimpi. Namun, ketika ia bergerak pelan untuk mundur, tanpa sengaja ia merasakan sebuah benda keras yang menodong belakang tubuhnya. Saat itu juga mata Gina langsung refleks terbuka lebar dengan kesadaran yang sudah muncul sepenuhnya. Tanpa menunggu lama, ia segera berbalik untuk melihat benda apa yang berada di belakang tubuhnya saat ini. Begitu membalikkan badannya, Gina langsung refleks menutup mulutnya dengan kedua tangan untuk menahan teriakannya. Ia kemudian menunduk dan menarik selimut untuk melihat kondisi tubuhnya yang berada di balik selimut. Betapa terkejutnya Gina saat menyadari bahwa dirinya tidak mengenakan apapun, yang artinya tubuh telanjangnya hanya ditutupi oleh selimut saat ini. “Ginaaa, hal bodoh apa yang udah kamu lakuin,” gumam gadis itu merutuki kebodohannya yang dengan begitu mudahnya terjebak dalam tragedi yang menimpanya saat ini. Di samping Gina saat ini terbaring seorang pria yang kondisi tubuhnya juga tidak jauh berbeda dengan Gina. Di balik selimut yang menutupi pria itu, tubuhnya tidak mengenakan sehelai kain pun. Kejadian semalam kembali berputar di kepala Gina. Ia masih ingat saat dimana kakaknya Bagas menyuruh dirinya untuk mengantarkan Dokter Rafael yang sudah begitu mabuk untuk beristirahat di kamar. Namun, siapa sangka perintah sepele kakaknya malam itu malah membuat dirinya berakhir kehilangan keperaw4nannya. Gina kembali menatap ke arah pria yang berbaring di sampingnya saat ini. Pria yang mengambil keperawan4nnya semalam adalah Rafael Erwani, pria yang diam-diam mencintai kakak iparnya sendiri Chilla Maharani. Rafael Erwani masih nampak begitu nyenyak terlelap. Pengaruh alkohol yang dikonsumsinya semalam membuatnya benar-benar belum sadarkan diri hingga saat ini. Namun, entah mimpi apa yang dialami pria itu, tangannya kembali bergerak menarik pinggang Chilla hingga tubuh telanjang keduanya kembali menempel sempurna. Gina berusaha menahan jeritan di tengah rasa terkejutnya saat ini. Jantungnya berdegup kencang merasakan kulit tubuh Rafael yang bergesekan dengan kulit tubuhnya, ditambah pria itu memeluknya cukup erat hingga dad4 mereka menempel sempurna. Dengan gerakan sepelan mungkin Gina berusaha bergerak mundur untuk menjauhi tubuh Rafael. Namun, hal itu malah membuat Rafael yang masih terlelap tidur semakin menarik tubuh Gina ke arahnya. Pergerakan Rafael kali ini membuat tubuh Gina menegang kaku saat merasakan area intim di bawah tubuhnya bergesekan dengan sebuah benda keras dan menonjol, dimana Gina tentu saja tahu benda apa itu. Gina tidak ingin semakin lama berada dalam posisi memalukan ini, ditambah lagi posisi ini memberikan sensasi aneh pada tubuhnya. Dengan pergerakan sepelan mungkin, Gina kembali berusaha untuk melepaskan dirinya dari pelukan Rafael. Salah satu tangannya dengan perlahan mengangkat tangan Rafael yang berada di pinggangnya, setelah itu barulah ia bergerak mundur menjauhi Rafael yang masih terlelap. Gina bernafas lega setelah berhasil melepaskan diri dari pelukan pria itu. Tanpa menunggu lama ia langsung turun dari ranjang dan mengenakan pakaian miliknya dengan terburu-buru. Setelah mengenakan pakaiannya, ia langsung berjalan keluar dari kamar hotel tersebut sambil menahan rasa nyeri di bagian intimnya. ***** Rafael Erwani terlihat meregangkan badannya sambil mengerang di tengah tidurnya. Begitu kesadarannya mulai datang, ia langsung meringis sambil memegangi kepalanya yang terasa begitu pusing saat ini. Dengan perlahan pria itu mulai membuka kelopak matanya dan menyesuaikan cahaya yang masuk. Begitu matanya terbuka sempurna, hal pertama yang dilihatnya adalah pemandangan sebuah kamar yang nampak begitu asing baginya. “Dimana ini?” gumam Rafael kebingungan. Rafael kemudian mulai melotot karena terkejut mendapati bahwa tubuhnya saat ini tidak mengenakan apapun. “Apa yang sebenarnya terjadi,” gumam Rafael yang kali ini mulai panik. Dengan susah payah Rafael mulai berusaha untuk mengingat apa yang sebenarnya terjadi semalam. Bayangan kejadian di malam resepsi pernikahan Chilla mulai berputar kembali di dalam kepalanya saat ini. Malam itu dirinya minum cukup banyak hingga akhirnya ia mulai sempoyongan karena mabuk. Namun, walau sudah mabuk dirinya masih mengingat saat Bagas Mawardi menyuruh adiknya Gina untuk mengantarkan dirinya ke kamar agar bisa beristirahat. “BODOH,” decak Rafael memaki dirinya sendiri sambil meremas kuat rambutnya karena frustasi. Ia akhirnya mulai mengingat kejadian bodoh yang dirinya lakukan semalam. Dengan gerakan cepat Rafael segera turun dari ranjang dan meraih celananya yang tergeletak di lantai dan memakainya dengan terburu-buru. Ia kemudian mulai mengelilingi area kamar hotel tersebut, mencari di kamar mandi serta balkon untuk menemukan keberadaan Gina Mawardi yang ternyata sudah tidak ada di sana. Menyadari bahwa dirinya perlu berbicara dengan gadis itu membuat Rafael segera meraih bajunya. Ia bergerak dengan terburu-buru untuk mengenakan kembali pakaiannya. Pergerakan Rafael tiba-tiba terhenti saat pandangan matanya tertuju pada sebuah noda yang ada di atas ranjang tempatnya berbaring tadi. Kepalanya seakan seperti dihantam batu dengan berat berton-ton saat ia menyadari bahwa noda yang ada di atas ranjang tersebut adalah sebuah bercak dar4h. “Dia masih peraw4n,” gumam Rafael yang nampak begitu syok.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN