"Mual, Bu. Cukup!" Tangan Laksa melambai meminta kantong kresek lagi. Ia memuntahkan apa yang baru saja ia makan ke kantong tersebut, lagi dan lagi. Untuk kesekian kalinya. Bu Sukma membantu memijat tengkuk Laksa dengan tujuan semoga bisa mengurangi mual yang sedang melanda. Hingga Laksa berhenti muntah, Bu Sukma menepuk punggung Laksa keras. Amat ... sangat ... keras. "Aww! Kenapa dipukul? Laksa ini sakitt, Ibuku!" Bu Sukma terbahak di tengah raut marah. "Kamu ini polos atau bodoh sih, Sa? Jelas-jelas Ibu lihat Naya itu suka sama kamu. Malah seenaknya sok dilepaskan. Dia itu penurut. Kalau Maknya suruh dia nikah sama yang orang pesantren itu ... siapa itu namanya? Habi .. Habibi? Sibi?" "Hasbi." "Nah itu! Hasbi. Ya pasti Naya nurut lah, Sa, dinikahkan sama dia! Astaga!! Ibu pusing