7

1344 Kata

Gadis yang dipeluk sedemikian erat oleh Lovinta hanya bisa mematung di tempatnya. Otaknya masih mencoba untuk bekerja, namun sulit untuk mengingat siapa gadis yang sedang menangis di dalam pelukannya itu. “Zenna, nenek akan pulang dulu. kamu tidak …” Belum selesai Diah melanjutkan ucapannya wanita itu sudah dikejutkan dengan kehadiran Lovinta di sana. “Nenek.” Lovinta menatap wanita paruh baya di depannya dengan air mata yang berlinang. Gadis itu semakin mendekat, namun Diah semakin melangkah mundur untuk menjauh. “Zenna, ayo kita pulang sekarang!” Diah semakin membawa tubuh Zenna menjauh di kegelapan malam. Lovinta yang melihat dua tubuh perempuan yang dirindukannya semakin menjauh pun hanya bisa memangis tersedu-sedu. Dia tidak mungkin mengejarnya, karena hari sudah terlalu malam

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN