Olivia sudah mandi dan siap-siap akan pergi, seperti permintaan madam, dia harus bertemu dengan David dan melayani David. Olivia bahkan tak sempat ikut sarapan. Madam bilang dia harud bertemu lebih dulu dengan Olivia untuk membicarakan beberapa hal. Jadi olivia tak bisa ikut sarapan dengan keluarganya.
"Ma, oliv langsung berangkat ya. Ada kerjaan pagi." kata oliv pamit pada mamanya di ruang makan. Ada juga kedua adiknya disana.
"Oh iya, nanti oliv ke rumah ibu pemilik kontrakan sekalian." kata oliv lagi, mengingatkan sang mama.
"Iya sayang. Nanti jangan lupa makan diluar ya."
"Iya."
"Hati-hati kak." kata kedua adiknya.
Lili mengantar olive sampai ke luar rumah. Sekalian oliv meminta mamanya untuk menjadi saksi kalau dia membayar uang kontrakan. Dia datang ke rumah ibu pemilik kontrakannya.
Tok tok ...
Itu masih cukup pagi di amerika. Sekitar jam tujuh pagi. Oliv mengetuk pintu rumah pemilik kontrakan. Tak lama dia membukakan pintu.
"Mana, udah ada kan uangnya?" kata pemilik kontrakan itu dengan ketus.
"Iya tante. Ini." oliv segera mengeluarkan uangnya dari tas dan memberikannya kepada pemilik kontrakan, yang dia panggil tante. "Sudah lunas ya tante. Itu juga ada buat satu bulan ke depan."
Sang pemilik kontrakan menghitung uangnya. Dia mengangguk mengiyakan ucapan oliv. Uangnya lebih untuk kontrakan satu bulan ke depan.
"Saya dan mama saya permisi kalau begitu." pamit oliv pada pemilik kontrakan itu.
"Silakan."
Dia menutup pintunya dengan keras. Olivia dan mamanya langsung pergi. Olivia langsung masuk kedalam taxi yang sudah dia pesan. Dia mencium pipi sang mama lalu pergi. Lili kembali ke rumahnya.
Daniel dan barbara yang sudah selesai sarapan pun keluar dan pamit pada lili. Mereka bergegas pergi. Daniel yang naik motor mengantar barbara ke sekolah karena dia juga tak terlalu terburu-buru. Setelah itu daniek baru ke cafe tempat dia bekerja. Siangan dia baru ke kampus.
***
Madam sudah menunggu kedatangan olivia sejak tadi. Dia sedikit cemas dan gugup. Masalahnya olivia belum terlalu mahir diatas ranjang, bisa-bisa dia di complain david dll. Madam ingin mengirim pengawal dan supirnya untuk menjemput oliv. Tapi oliv menolak, dia tak mau mama dan kedua adiknya tau. Ok, madam menghargai itu.
"Madam."
Dari belakang madam terdengar suara wanita yang sejak tadi dia tunggu. Olivia, siapa lagi? Olivia sudah sampai. Dia langsung menemui madam di ruangan.
"Sayang, udah madam tunggu. Yuk ikut madam ke ruangan sebentar."
"Iya madam."
Madam merangkul olivia untuk ikut dengannya ke ruangan khusus milik madam. Madam membicarakan banyak hal sebelum david datang. Sementara david sendiri menelfon dan memberi kabar kalau dia akan selesai meeting jam sembilan siang. Mungkin sampai di sana sekitar jam sepuluh siang. David ingin melihat wanitanya.
"Udah ngerti kan. Pokoknya jangan gugup. Kamu liat dan pelajari vidio-vidio itu." kata madam pada olivia.
Sejak malam, ketika madam memberitahu kalau david meminta melayaninya besok. Olivia juga terus melihat vidio-nya. Sampai dia tertidur pulas.
Olivia mengangguk dengan perintah madam. Madam meminta olivia untuk bersiap-siap menjelang david datang nanti. Satu jam sebelum david datang, mandi dan dandan. Pakai parfum mahal dan pakaian seksi yang sudah madam persiapankan untuknya.
*
David masih ada di kantor. Sedang meeting beberapa client. Dia keluar dengan kesal. David sudah sangat lelah. Dia ingin memanjakan dirinya.
"Tuan. Jadwal meeting anda selanjutnya."
David mengangkat tangan kepada angela. Meminta angela untuk menghentikan ucapannya. Dia sangat lelah.
"Kamu sudah atur jadwal ketemu wanita itu kan?" angela mengangguk.
"Batalkan semua jadwal hari ini. Saya ingin ambil libur satu hari. Saya akan kesana sendiri. Jangan ganggu atau telfon saya. Saya akan mengabari kalau saya sudah tidak capek."
"Baik tuan."
Angela memberikan kartu nama madam dan alamat tempat itu. David meninggalkan angela dan para pekerjanya yang lain, yang sejak tadi ada dibelakang david dam ikut meeting dengannya. Semua juga sudah tau, kebiasaan david.
"Pak, kunci mobil. Saya mau nyetir sendiri."
David hari ini datang dengan supirnya. Karena dia sangat lelah dengan pekerjaan juga hatinya yang rindu kepada michele. Tapi michele tak mau pulang ke amerika. David juga terlalu lelah mau terbang ke paris.
"Ini tuan." Supir david memberikan kunci mobilnya pada david.
"Kalau tanya saya kemana, bilang saja tidak tau dan tidak bisa diganggu ya." kata david pada sang supir sebelum pergi.
"Baik tuan."
Supirnya hanya membungkuk mengerti dengan perintah david. David mengendari mobilnya sendiri. Menyalakan GPS mobil dan mengikuti arahan dari GPS mobilnya. David menuju ke tempat madam.
Madam sudah memberitahu seluruh pengawal dan penjaga tempat itu. Termasuk sekertaris madam, untuk menyambut david. Tamu kehormatan mereka. Sampai madam bahkan sudah memberikan fotonya david. Agar mereka tak salah orang.
Sebuah mobil mewah berhenti didepan tempat madam. Penjaga yang ada didepan seperti biasa mendekati mobil para tamu dan membukakan pintunya. Dia tau kalau tamu yang kali ini david.
"Mau saya parkirkan mobilnya tuan?" tanya penjaga itu pada david. David memberikan kunci mobilnya pada orang itu.
"Selamat siang tuan. Silakan." penjaga yang lain datang dan mempersilakan David. Dia menunduk memberi hormat juga terhadap david.
"Silakan masuk. Saya akan mengantar anda ke ruangan madam." kata salah satu penjaga yang ada didalam.
"Silakan tuan." dia sekertaris madam. Dia mengantar david ke ruangan madam.
David mengikuti sekertaris madam. Mereka berhenti didepan pintu salah satu ruangan. Sekertaris madam itu mengetuk pintunya. Madam yang sudah menunggu tau tamu VVIPnya sudah datang. Madam berdiri dan akan menyambutnya langsung.
"Silakan masuk." Ada penjaga di ruangan madam juga yang membukakan pintu untuk david.
"Selamat datang tuan david." madan berdiri dan menyambut david dengan gembira.
"Saya ingin melihat wanita. Benar-benar belum pernah dipakai kan?" tanya david yang to the poin.
"Silakan duduk. Sekertaris saya akan memanggilkan."
David mengangguk. Madam memberi kode pada sekertarisnya untuk memanggil olivia. Dia keluar dan menunju ke kamar olivia.
Olivia masih ada di ruangannya. Dia sudah siap dengan make up yang cantik. Bibir merah merona dengan dres yang berwana sama dengan bibirnya. Dres yang ketat dan membentuk lekuk tubuhnya.
Sekertaris madam mengetuk pintu kamar olivia. Olivia tau dia siapa. Dia membuka pintunya.
"Sudah siap kan?" tanya sekertaris madam pada olivia.
"Iya tante."
"Ya udah yuk. Ke ruangannya."
"Baik tante."
Olivia keluar dari ruangannya. Dia mengikuti sekertaris madam menuju ke ruangan madam. Olivia masuk dengan gugup. Tapi melihat david langsung, dia sudah terkesan dengan paras dan postur yang david miliki. Dia sangat tampan dan gagah. Kenapa dia memilih mencari wanita untuk menghiburnya. Padahal olivia yakin, ada banyak wanita yang akan mau menjadi kekasihnya. Membahagiakan dia.
"Tuan, ini olivia." madam memperkenalkan olivia.
David menatap olivia dari atas sampai bawah. Dia tak kecelakaan dengan look dan body olivia. Dia mengangguk puas.
"Yakin kan kamu belum pernah melakukannya dengan laki-laki mana pun?" tanya david kepada olivia.
"Iya tuan. Saya belum pernah melakukannya."
"Kalau ketahuan nanti sudah. Mati kamu sama saya."
Olivia tak gentar dengan ancaman david. Karena dia belum pernah melakukannya dengan laki-laki lain.
"Saya langsung ajak dia. Sekertaris saya sudah mengurus pembayarannya kan?" tanya david pada madam.
"Iya tuan. Silakan."
David meraih tangan olivia dan menggandeng olivia ke tempat yang ingin dia kunjungi, untuk melakukannya dengan olivia. Madam membiarkannya pergi.
"Kenapa tidak di tempatnya madam saja tuan?"
Mereka sedang ada di perjalanan menuju tempat david. Olivia memberanikan diri untuk membuka percakapan di mobil david.
"Saya tidak suka tempat seperti itu. Kamarnya pasti sering dipakai untuk bergilir kan?" kata david pada olivia. Melirik olivia yang benar-benar cantik.
"Iya."
Olivia tak tau banyak. Tapi sepertinya mungkin iya. Setelah cukup lama di perjalanan akhirnya mereka sampai di hotel milik david. David meminta lantai enam puluh empat untuk dia gunakan. Kalau sampai olivia tak memuaskannya, david akan langsung menghukumnya.
David sudah sampai di hotelnya. Mobilnya berhenti tepat didepan pintu masuk hotelnya. Pekerja di hotel david tau benar kalau itu mobil david. Mereka membukakan pintu untuk david. Salah satunya membukakan pintu untuk olivia. Olivia baru kali ini diperlakukan seperti nyonya besar. Terasa sangat terhormat bagi olivia.
David mengambil kunci kamar hotelnya. Dia kembali menggandeng tangan olivia untuk naik ke lantai 64 baru kali ini olivia naik ke hotel setinggi ini. Dengan lift pribadi khusus untuk david. Lift dengan kaca kuat dan transparan. Olivia sedikit takut dengan ketinggian. Olivia tanpa sadar mengeratkan genggaman tangannya kepada david. David sedikit tersentak kaget dengan genggaman tangan olivia. Dia melirik olivia yang sedikit memejamkan matanya.
"Kamu takut ketinggian? Atau?" tanya david pada olivia.
"Sedikit tuan. Saya tidak pernah naik lift seperti ini, bisa melihat langsung kebawah dan ke lantai setinggi ini." olivia bahkan menjawab david tanpa memandangnya. Dia menunduk dan memejamkan mata.
Hal itu malah membuat david senang. Dia bahagia melihat olivia seperti itu. "Tidak apa-apa. Ini sangat aman." kata david untuk menenangkan olivia.
"Saya tau. Tapi saya memang penakut. Mau bagaimana?"
Glegg ...
Ada guncangan kecil didalam lift. Ketika lifnya naik keatas. Biasanya tak seperti itu. Olivia yang panik dan ketakutan langsung memeluk david. Memeluknya dengan erat. Bahkan tanpa izin pada david. David tertegun diam, sedikit syok, bukannya marah tapi suka. David suka pelukan ketakutan Olivia. Seperti dia sangat membutuhkan dan mengandalkan david. Seperti david itu sangat berharga hingga takut kehilangan david, pelukannya, pegangannya. Tak seperti michele. Wanita yang tangguh dan mandiri sekarang. Dulu michele memang manja kepada david. Tapi akhir-akhir ini sudah berubah.
"Maaf."
Olivia baru sadar dengan apa yang dia lakukan. Dia terlalu berani dan kurang ajar untuk melakukannya lebih dulu. Olivia berusaha untuk melepaskan pelukannya. Tapi dia juga tak mau. Dia sangat takut.
"Tuan, saya boleh minta izin seperti ini sampai lifnya berhenti kan. Saya mohon?" pinta olivia tak mau melepaskan pelukannya kepada david.
"Iya." singkat david yang membuat olivia lega.
Olivia makin mempererat pelukannya. Dia sangat takut, dia yakin dia sudah semakin naik tinggi. David membalas pelukannya. Tangannya merangkul pinggang Olivia, olivia juga sudah menjadi miliknya bukan. Jadi david bebas menyentuhnya dimana saja. David menaruh satu tangannya memeluk erat pinggang ramping olivia. Olivia sama sekali tak terganggu dengan itu. Dia malah terasa dilindungi.
"Malah rencana saya ingin membuat proyek baru. Sebuah penthouse dengan seratus lantai." kata david mengobrol sampai menunggu lift berhenti di lantai enam puluh empat.
"Hah. Seratus lantai." olivia terkejut.
"Iya."
Dia makin takut mendengar jawaban david. Dia mengeratkan. Pelukannya kepada david. Melingkarkan tangannya memeluk leher david erat. Menyembunyikan wajahnya dibahunya david. Menunduk memejamkan mata. Sama sekali tak mau melihat kebawah dan keluar lift. Dari dalam lift, mereka bisa melihat pemandangan kota amerika dari atas.
Klingg ...
Itu bunyi lift yang akhirnya terbuka. Lift sudah berhenti di lantai enam puluh empat. Olivia lega sekali dia bergegas melepaskan pelukannya kepada david dan melangkah dengan cepat keluar dari dalam lift.
"Hah. Akhirnya sampai."
Olivia menghela nafas lega karena itu. David makin gemas dengan wanita cantik dan seksi didepannya. Bukannya seksi menggoda. Dia malah sangat menggemaskan. David geleng-geleng karena sikap manis olivia itu. Ada sensasi tersendiri di hatinya karena olivia.