BAB 8 - Melayani David part 2

1767 Kata
Olivia lega sekali dia sudah sampai di lantai enam puluh empat. David tersenyum melihat wajah olivia yang sangat lega. David juga berjalan keluar dari dalam lift. Dia mendekati olivia. "Yuk." kata david mengajak olivia bergegas dari sana. Dia sudah menggandeng tangan olivia. Olivia ingin melangkah. Tapi kakinya kaku. Efek tadi di lift masih takut. "Yuk." kata david lagi karena olivia tak mau bergerak. Dia menahan tangan david. "Gak bisa gerak. Masih takut karena tadi." olivia refleks saja menangis ketakutan kepada david. David malah tertawa gemas melihat wanita sewaannya. Kenapa dia sangat manis sikapnya berhadapan david. David sangat suka kepada wanita sewaannya itu. "Ya terus gimana? Coba deh jalan." kata david berdiri berhadapan olivia. Dia meraih kedua tangan olivia. Seperti orang tua yang sedang mengabari anaknya yang baru belajar jalan. "Coba melangkah." kata david pada olivia. Olivia mengangguk. Dia akan mencoba melangkah. Tapi tak bisa. Kaki olivia benar-benar kaku. Olivia menggeleng ketakutan menatap david. "Gak bisa." "Masak gak bisa sih?" david tak percaya. "Kamu gak lagi ngerjain saya kan?" "Enggak. Serius. Sumpah." olivia sampai menangis menjawab. David malah semakin suka. David tersenyum puas melihat olivia menangis. Dia seperti sedang mengejek anak kecil. Olivia sangat lucu. "Ya udah, ya udah. Saya gendong ke kamar gimana?" tanya david pada olivia. "Iya." olivia pasrah. Kakinya benar-benar seperti menjadi batu. Sangat kaku. Padahal dia bisa lari dari dalan lift. Satu tangan david ada diantara kaki indah olivia. Lalu satunya ada diantara lengan olivia. Olivia melingkarkan tangannya memeluk leger david. David mengangkat tubuh ramping dan untuk david terasa ringan tubuh olivia. Dia menggendong olivia ala bridal style menuju ke kamar dimana olivia akan melayani david. David ingin membuka kamar hotelnya. Dia menyimpan kartu hotel disaku celananya. David tak bisa mengambilnya karena dia menggendong olivia. David melirik olivia. Sejak tadi olivia terpesona menatap paras tampan david yang dia lihat sangat dekat. Dengan sedikit rambut yang muncul dijanggutnya. Makin mempesona. "Vi," panggil david pada olivia. Vi? Olivia tak pernah dipanggil seperti itu. Telinganya terasa asing dengan panggilan itu. Tapi terdengar sangat manis dan lebih berbeda, istimewa dari yang lain. Panggilan sayang kah? Panggilan khusus? "Vi." "Hah? Iya?" Olivia melamun. Karena wajah david ditambah panggilan dari david. Baru dari panggilan kedua kali oliv menyahut. "Iya kenapa?" "Ambilkan kartu hotelnya di kantong celana saya bisa gak? Atau kamu mau turun?" "Ambilkan." Olivia tak tau kenapa dia memilih melakukan itu. Olivia menggerakkan tangannya mencari saku celana david. Mencari kartu hotel didalam sana. Baru kena saja, david sudah ingin lebih. "Ini." Olivia mendapatkan kartunya setelah cukup lama dan susah payah olivia melakukannya. Mencari kartu hotel di kantung celana david. Olivia memberikannya pada david. Menunjukannya tepat di muka tampan david. "Arahin ke pintu." David tak mungkin mengambilnya. Nanti olivia bisa jatuh? Olivia sendiri yang meminta david untuk tidak melepaskan gendongannya secara tidak langsung. Dia meminta olivia untuk mengarahkannya ke pintu kamar hotel. Olivia seperti orang bodoh yang hanya mengangguk. Olivia juga baru sadar kalau david mengambil kartunya dia akan jatuh. "Lebih dekat ke pintu lagi." kata olivia pada david. David pun melangkah dengan kokoh, dengan kuat masih menahan tubuh olivia digendongnya. Lebih mendekat ke pintu. Olivia mengarahkan kartu hotelnya ke pintu kamar. Klikk ... Kunci pintu kamar hotel itu dengan otomatis terbuka. Olivia membuka pintunya. David menahan pintunya dengan badannya. Dia menggendong olivia masuk. Lalu olivia menutup pintunya itu kembali. David menggendong olivia langsung ke kamar. Olivia sedikit gugup karena dibawa ke kamar. David menurunkan olivia perlahan diatas ranjang. Olivia terduduk disana. "Kalau seperti ini apa kamu bisa melayani saya?" tanya david yang berjongkok didepan olivia. Madam bilang jangan pernah menolak apapun perintah david. "Emm, bisa. Beri saya beberapa menit. Sedikit waktu saja." pinta olivia pada david. "Ok. Saya juga akan mandi dan mengganti baju." Huft. Olivia lega dengan jawaban david. David masuk ke kamar mandi. Mandi dengan rileks dan santai didalam sana. Sementara olivia, gugup bukan main. Dia tak henti meyakinkan dirinya sendiri kalau dia bisa melakukannya. 'Bisa liv. Bisa!' 'Demi mama dan adik-adik.' Olivia memejamkan mata. Dalam hatinya terus meyakinkan diri. Dia memijat kakinya. Berharap kakinya juga sudah tidak terlalu kaku. Kakinya bisa digerakkan. Olivia perlahan mencoba berdiri dan melangkah. Jauh lebih baik. Olivia yakin dirinya sudah siap. David keluar dari kamar mandi. Dia melihat olivia yang sudah bisa berdiri. David mengenakan pakaian santai. Kaos oblong polos juga celana pendeknya. Seperti di rumahnya sendiri. Olivia membayangkan kalau david itu adalah suaminya, yang sangat mencintainya dan dia harus melayani david yang stres karena pekerjaan dengan sangat baik. Olivia siap. Dia berdiri dan memandang david dengan yakin. David sudah tak sabat untuk melakukannya. Dia juga sudah menggunakan pengaman ketika dia mandi dalam tadi. David langsung mendekati olivia dan memeluknya. Mulai dari mencium bibir olivia, hingga leher jenjang dan bahunya yang indah dan mulus. Keduanya melakukannya dengan posisi berdiri. Tangan olivia ada dileher david, melingkar dan menekan sedikit leger david, agar david yang lebih tinggi bisa sedikit menunduk dan meraih bibirnya. Menikmati bibir merah Olivia. Sampai david mendorong tubuh olivia hingga dia jatuh keatas tempat tidur. Serta kejadian kelanjutannya david sangat puas. * Olivia bangun menjelang sore. Keduanya melakukan ketika siang hingga dua jam lebih mungkin. Sangat melelahkan bagi olivia yang baru pertama kali melakukannya dan david sangat puas. David masih tertidur disampingnya. Tanpa bajunya. Body david juga sangat indah. Otot bispacknya, lengannya dan perutnya bahkan yang memliki eight pack. Olivia pernah membaca pada salah satu artikel, kalau sispack saja itu sudah memilikmya. Enan kotak-kotak di perut seorang laki-laki dan ini ada delapan. Sangat seksi. Melihat dan mempelajari banyak hal tentang berhubungan untuk mempersiapkan dirinya melayani david. Olivia merasa cukup puas untuk yang pertama dia mempraktekan langsung. Badan olivia terasa sangat pegal. Dia ingin menyegarkan badannya. Olivia meraih selimut dan melilitkannya menutupi tubuh cantiknya yang sudah tak mengenakan apapun. Dia menuju ke kamar mandi. Menyalakan shower air. Berdiri diatas shower air. Memutar shower air itu dengan volume yang paling kencang. "Ahh ..." Olivia mendesah lega. Dia seperti sedang dipijat. Tubuhnya sedikit lebih baik. Sampai akhirnya dia merasa capek berdiri. Dia berendam di bathub. Sampai olivia merasa sudah cukup. Olivia keluar dari kamar mandi. Dia hanya membawa satu gaun yang dia pakai dari barnya madam. Olivia ingin mengambilnya. Dia keluar hanya dengan memakai handuk dengan rambutnya yang basah. Ketika olivia ingin melangkah, mengambil disisi sebrang david. David terbangun. "Pakai dres didalam lemari aja. Ada kok banyak." kata david sekilas memandang olivia dengan santainya. Sementara olivia, dia gugup kepergok david hanya memakai handuk dan basah kuyup. David juga sudah melihat semua darinya. "Iya." Olivia berjalan ke lemari di kamar itu. Dia membuka lemarinya. Olivia terkejut karena banyak sekali dress indah disana. Bukannya hanya dres untuk pesta. Tapi untuk santai. Apa kamar ini selalu david gunakan untuk bermain dengan para wanitanya. Olivia tak sengaja menoleh dan melirik david. Ternyata david masih memperhatikannya diatas ranjang. "Kenapa?" tanya david memandang olivia. "Enggak apa-apa. Ini pakaian punya?" tanya olivia tak yakin pada david, dan atas pertanyaannya. Dia tidak diperbolehkan bertanya. Olivia lupa. "Itu punya kamu semua. Hadiah buah hari ini. Saya sengaja minta sama sekertaris saya untuk menyiapkannya. Mungkin ada yang cocok dan tidak untuk kamu, entah pas di badan kamu atau tidak, saya juga tidak tau pasti. Ambil saja yang menurut kamu, kamu suka. Saya mau kamu menemani saya sampai setidaknya besok. Besol saya harus kembali bekerja. Permainan tadi, indah. Saya suka dan puas dengan pekerjaannya kamu. Makannya saya mau kamu menemani saya malam ini. Sampai besok." kata david panjang lebar menjelaskan. Olivia hanya mengangguk. Olivia melihat-lihat yang ada didalam lemari itu. Dia memilih salah satunya. Lalu mengambilnya dan memakainya ke kamar mandi. Sebelum itu, olivia baru ingat. Dia harus bertanya pada david. "Ini, boleh?" tanya olivia menempelkan bajunya di badan olivia. David mengangguk. Olivia ke kamar mandi dan mengganti pakaiannya didalam. David meraih ponselnya di atas meja dan menyalakan ponselnya. Mengecek beberapa pesan dan jadwalnya besok. "Ngel, besok atur ulang jadwal meeting ya." david menelfon sekertarisnya. Setelah itu david pun mematikan telfonnya. Olivia keluar dari kamar mandi. Olivia yang tadi, yang memakai bahu merah, seksi, terlihat hot dan menggoda. Tapi ini, dia memilih baju putih s**u dengan bunga-bunga kecil yang lebih memberi kesan cantik dan lembut. "Selera kamu beda dari yang tadi. Apa madam yang meminta kamu memakai gaun itu?" david berdiri dan mendekati olivia. Dia bahkan mengelilingi tubuh olivia. Olivia bingung. Apa dia salah. David tak suka padanya. David sukanya wanita yang terlihat seksi. Olivia ketakutan, dia takut salah. "Apa tuan tidak menyukainya. Saya akan mengganti pakaian saya." Olivia bergegas pergi. Kembali ke lemari untuk memilih pakaian yang lain dan menggantinya ke kamar mandi. Tapi david menahan tangannya. "Tidak perlu. Saya suka. Tapi kesannya kamu bukan seperti wanita penghibur saya. Kamu malah seperti istri saya yang sangat manis dan baru mandi." "Apa saya salah tuan?" "Enggak. Saya lapar, kamu bisa memasak?" tanya david mengalihkan pembicaraan. David melihat sosok mamanya didalam diri olivia. Bagaiman dulu foto-foto mamanya yang suka sekali memakai motif bunga. Persis sekali dengan olivia sekarang. Dengan rambut panjang yang indah dan bergelombang. Hanya sedikit hitam. "Nanti saya minta kamu rubah warna rambut kamu jadi hitam pekat ya." pinta david tiba-tiba dibelakang olivia. "Iya tuan." Mamanya memiliki rambut hitam pekat. Tapi olivia, sedikit coklat. "Oh iya. Telfon pihak hotel saja. Pesan makanan untuk saya. Bilang saja seperti itu. Mereka juga akan tau. Saya ingin mandi dulu." kata david pada olivia. David yang hanya memakai celana pendek mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi. Olivia mengangguk mengerti. Dia keluar kamar. Ke ruang tengah dan mencari telfon di kamar itu. Dia menelfon pihak hotel, melihat di catatan didekat telfon yang ada di meja ruang tengah kamar itu, dan menelfon memesan makanan. "Untuk tuan david." "Baik nona." Kata olivia dengan singkat. Ketika dia menyebut nama tuan david. Olivia mematikan telfonnya. Dia tak tau harus apa sambil menunggu jadi olivia menyalakan tv dan menonton film. David sudah selesai mandi. Dia keluar untuk melihat olivia dan makanan yang dia pesan, apa sudah sampai. David tersenyum melihat olivia yang menonton tv dengan nyaman. Seperti nyonya david, nyonya besar di rumah yang sedang menunggu suaminya. David sebenarnya sudah ingin menikah. Tapi dengan michele. Wanita yang sangat dia cintai. Tapi dengan olivia, dia nyaman dan puas. 'Bukan untuk dinikahi david. Lo punya michele. Jangan jadi kayak papa. Gak setia dan sendiri sampai papa ikut mama tiada' davis membatin. David sedih. Dia benci rasa itu. Dia butuh pelampiasan. David mendekati olivia. Dia berdiri dibelakang olivia yang duduk di sofa dan sedang menikmati film dengan konsentrasi penuh. "Hai. I wanna kiss you." Bisik david tiba-tiba dibelakang telinga olivia. Olivia pasrah. David menciumi lehernya lagi. Bahunya lagi. Sampai dia melompat dan duduk disebelah olivia. Memalingkan wajah olivia untuk menatapnya dan david meraih bibir olivia. Olivia benar-benar pasrah. Tengg ... Hingga bel kamar mereka berbunyi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN