Kini, Orchidia berhadapan langsung dengan Lucas. Setelah kesepakatan yang terjadi di antara kedua keluarga, satu minggu lagi acara pertunangan mereka akan dilangsungkan. Pria bermata biru itu menatapnya tenang, dengan kedua tangan tenggelam dalam saku celana. Aroma maskulinnya begitu menenangkan saat Orchidia menghirupnya.
“Apa yang membuatmu menerima perjodohan ini?” Orchidia memulai pembicaraan.
“Tidak ada,” jawabnya dengan singkat.
Orchidia melepaskan scraft yang melilit di lehernya. Scraft berwarna merah dengan tulisan ‘Franklin Airlines’ itu ia genggam dengan erat. “Kalo begitu batalkan.”
“Tidak bisa.”
Orchidia mencebik kesal. “Maumu apa sebenarnya? Tidak terus jawabanmu.”
“Menikah?”
Kalimat itu terdengar seperti pertanyaan. Orchidia melipat tangannya di depan d**a. “Dengar ya, jadwal flight-ku padat dan tidak bisa terus ada di New York setiap harinya,” ujarnya, “jadi, aku tidak mungkin menerima perjodohan ini, apalagi menikah dengamu.”
Pria itu mengalihkan tatapannya ke depan. “Akan aku kurangi jadwalmu.”
“Tidak bisa begitu!”
“Dengarkan Orchidia, setelah kita menikah, kau akan tinggal bersamaku. Dan aku akan mengurangi jadwal terbangmu menjadi dua kali dalam satu bulan,” tandas Lucas lalu pergi meninggalkan Orchidia yang melongo dengan mulut menganga.
Dua kali dalam satu bulan? Yang benar saja!
Orchidia mengerjapkan mata, jantungnya berdegup saat pria itu menyebut namanya. Ini gila! Ia menghela napas kasar lalu kembali ke ruang keluarga. Ternyata keluarga Franklin masih di sana namun Lucas sudah tidak ada.
“Di, sini duduk sebentar.” Merry memanggilnya.
Orchidia duduk di samping mommy-nya dengan malas.
“Besok kau akan pergi ke butik bersama Lucas untuk memilih gaun. Maafkan Lucas, dia harus pergi terlebih dulu karena harus menjemput Gishla,” jelas mommy Lucas.
Orchidia hanya diam. Ia tidak mengerti, Gishla itu siapa? Lagi pula Orchidia tidak peduli. Besok ia ada jadwal flight.
“Maaf, besok aku tidak bisa. Aku ada jadwal flight ke Florida,” kata Orchidia.
“Aku akan membatalkan jadwalmu besok.” Suara berat dan tegas itu berasal dari Tuan Jonas Franklin, membuat Orchidia menelan salivanya dengan susah payah.
“Tapi⸺”
“Hanya sampai pertunangan kalian selesai dilaksanakan, Orchidia, setelah itu jadwal flight-mu seperti biasa, hanya saja akan dikurangi.” Tomy menambahkan.
“Daddy ....” Orchidia menatap ayahnya dengan memelas.
Merry mengelus sisi lengan Orchidia. “Sudahlah, kau pergi istirahat sana.”
Dengan wajah ditekuk kesal, Orchidia berjalan menuju kamar sambil menyeret koper kerjanya. Begitu sampai kamar, Orchidia langsung meletakkan koper itu secara sembarang. Orchidia sangat kesal. Baru saja kemarin ia bersenang-senang di Beijing, sekarang ia dibuat kesal karena masalah perjodohan yang tiba-tiba.
Ayolah, Lucas memang tampan, bahkan sangat tampan, tapi pria seorang duda. Bagaimana ceritanya ia menikah dengan seorang duda?
***
Di sinilah Orchidia berada, di dalam sebuah butik ternama bersama pria dingin bermata biru itu dan merelakan jadwal terbangnya yang seharusnya ia lakukan satu jam yang lalu.
“Mrs. Ashlee, kau ingin gaun yang seperti apa?” tanya pemilik butik sambil tersenyum ramah padanya.
Orchidia melirik Lucas terlebih dahulu, namun pria itu hanya diam dengan tatapan lurus pada ponselnya. Menyebalkan.
“Terserah. Aku ingin model terbaik di butik ini.”
Wanita itu mengangguk dan pergi untuk mengambilkan sebuah gaun yang diminta Orchidia. Tak lama, wanita itu kembali lagi dengan dua gaun berbeda warna di tangannya.
“Ini adalah rancangan terbaru kami. Belum diluncurkan dan persediaannya akan terbatas. Jika kau ingin memakai gaun ini, maka kau adalah orang pertama yang memakai dan memilikinya.”
Orchidia melirik Lucas yang masih berkutat dengan gadget. “Lucas, lihat gaun ini, menurutmu bagus yang mana?” tanya Orchidia.
“Terserah,” sahut Lucas dengan singkat dan tanpa menoleh.
Orchidia memutar bola matanya jengah. “Aku akan mencoba keduanya.”
Kedua gaun itu sama-sama indah dan mewah. Hanya berbeda warna dan model bagian depan. Orchidia mencoba keduanya. Gaun pertama berwarna putih tulang dengan panjang semata kaki, terlihat sangat cantik dan elegan. Gaun kedua berwarna soft pink, sama-sama panjang hanya saja gaun ini terbuka di bagian punggungnya.
Karena Lucas tidak peduli dengan apa pun pilihannya, Orchidia memutuskan untuk memilih gaun pertama untuk acara pertunangan sialannya nanti.
“Apa kau tidak ingin menunjukkannya pada Mr. Franklin?” tanya pemilik butik itu.
“Tidak perlu. Dia akan menyukai apa pun pilihanku.” Orchidia sebenarnya tidak yakin jika Lucas akan menyukainya. Tapi Orchidia tidak peduli. Toh, pria itu sepertinya tidak tertarik untuk memilihkan gaun mana yang pas untuk ia kenakan
“Ayo kita pergi,” kata Orchidia sambil melewati Lucas begitu saja.
Hari ini ia sangat kesal. Jadwal terbangnya dibatalkan, pergi ke butik bersama Lucas, nanti apa lagi? Benar-benar sangat menyebalkan. Si pria dingin ini bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun kepadanya sejak mereka bertemu dua jam yang lalu.
“Hey! Kau akan membawaku ke mana?” pekik Orchidia saat ia menyadari bahwa Lucas tidak membawanya kembali ke mansion.
“Aku harus menjemput putriku. Ah, seharusnya aku menurunkanmu di halte tadi.”
Apa katanya?!
Belum sempat Orchidia mengeluarkan makiannya untuk pria itu, Lucas sudah menghentikan mobilnya di depan sebuah taman kanak-kanak. Pria itu segera keluar dan menghampiri seorang anak kecil berambut pirang.
“Daddy, apa dia yang akan menjadi Mommy-ku?”
Orchidia mengerjapkan matanya saat menyadari bahwa Lucas sudah duduk kembali di balik kemudi dengan seorang gadis kecil itu duduk di jok belakang. Pria itu kembali melajukan mobilnya meninggalkan taman kanak-kanak tersebut.
“Siapa namamu gadis kecil?” tanya Orchidia pada gadis pirang bermata biru itu.
“Gishla. Apa kau yang akan menjadi Mommy-ku?”
Wanita itu menyunggingkan senyum kecil. “Namaku Orchidia. Dan, kau mendengar dari mana kalau aku akan menjadi mommy-mu?”
“Grandma bilang bahwa aku akan memiliki mommy baru yang akan menyayangiku, menemaniku tidur, dan mengantarkanku sekolah.”
Orchidia dapat melihat kesedihan di mata biru Gilsha saat mengatakan itu, tidak ada yang pernah menemaninya tidur dan tidak ada yang mengantarkan gadis kecil itu ke sekolah selain pengasuhnya. Hati Orchidia sedikit bergetar. Ia ingin melakukan itu semua untuk Gishla. Tapi berarti ia harus menjadi Nyonya Lucas Franklin? Huft!
“Baby Girl, Daddy akan mengantarkanmu ke rumah Grandma. Daddy masih banyak pekerjaan.” Suara berat Lucas terdengar … emm ... seksi?
“No! Aku ingin bersama Mommy Dia,” katanya sambil menunjuk Orchidia dengan jari mungilnya.
“Gishla ....”
“Tidak apa-apa. Toh, aku sudah tidak ada jadwal terbang, kan? Kalian membatalkannya.” Orchidia mendengkus pelan.
Gishla mencondongkan tubuhnya ke depan. “Mommy bisa terbang? Apa Mommy mau mengajariku?”
***
Sebenarnya Orchidia sangat penasaran tentang ibu kandung Gishla. Di mana wanita itu sekarang? Saat melihat betapa senangnya Gishla kala tahu bahwa ia akan menjadi Mommy-nya, Orchidia menyimpulkan bahwa Gishla tidak pernah mendapat kasih sayang dari ibu kandungnya. Namun Orchidia enggan bertanya, lagi pula ia tidak punya hak untuk bertanya apa pun.
“Nah, anak manis, sekarang apa maumu setelah kau menolak daddy-mu yang akan mengantarkanmu pada Grandma?”
“Aku hanya ingin bermain dengan Mommy.”
Orchidia terkekeh geli mendengar ucapan polos Gishla. “Maksudmu, kau ingin bermain masak-masakan dengan Mommy, right?”
Gishla mengangguk. Gadis kecil itu menyusun mainannya di atas karpet tebal yang sedang ia dan Orchidia duduki. “Mommy, aku sangat suka bermain masak-masakan. Daddy tidak pernah mau menemaniku. Dia selalu menolak saat aku mengajaknya bermain masak-masakan.”
Orchidia menahan tawanya. Mana mungkin pria berwajah datar itu mau bermain masak-masakan walau hanya untuk menemani anaknya sendiri.
“Daddy tidak asik. Aku ingin tidur bersamanya saja, dia tidak mau. Menyebalkan sekali,” gerutu Gishla lagi.
“Tenang saja, Mommy akan tidur denganmu nanti.”
Mata Gishla nampak berbinar. “Benarkah? Mommy mau tidur bersamaku?”
“Tentu saja!”
“Asik!” Gishla bersorak gembira. “Aku harus mengatakan ini pada Daddy. Daddy selalu berkata tidak ada yang mau tidur denganku karena aku cengeng.”
Ah, Gishla ingin menyombongkan ini pada daddy-nya.
“Tentu saja harus. Kita buat daddy-mu menyesal karena tidak mau tidur bersamamu.” Orchidia terkekeh.
Gishla menatap Orchidia dengan mata birunya yang berbinar. “Jadi, Mommy akan tinggal di rumah ini sekarang?”
Orchidia menggaruk tengkuknya dengan kikuk. “Tidak sekarang, Sayang. Nanti setelah aku menikah dengan daddy-mu.”
“Menikah? Apa itu menikah? Dan, kapan kalian akan menikah?”
Orchidia terkekeh. “Kau bisa bertanya pada daddy-mu soal itu.”
***