Orchidia mematut dirinya di depan cermin. Penampilannya kali ini sangat cantik sekali dan mampu menghipnotis siapa saja yang melihatnya. Dress panjang berwarna putih ini nampak pas di tubuh proposionalnya. Rambut panjangnya ditata sedemikian rupa dan memperlihatkan leher jenjangnya.
Ya, hari ini adalah hari pertunangannya dengan Lucas.
Entah Orchidia harus senang atau justru sebaliknya. Lucas memang idaman semua wanita di seluruh negeri ini, Orchidia tahu itu. Dan sekarang, dirinya akan dikenali diseluruh dunia sebagai Mrs. Lucas Franklin, bukan lagi sebagai Orchidia Ashlee si pramugari Franklin Airlines.
“Sayang?” Merry memanggilnya. “Ayo berangkat.”
Orchidia menoleh kemudian menghela napas. “Mom, apa ini tidak apa-apa?”
“Apa maksudmu, Di?” tanya Merry dengan heran.
“Maksudku, kalau aku bertunangan dengan Lucas dan menikah dengannya, maka aku akan menjadi bagian dari Franklin. Apa tidak apa-apa? Kenapa juga harus aku yang merupakan salah satu pekerja Franklin.”
“Mommy tidak mengerti apa yang kau risaukan, Di.” Merry mengelus sisi lengan Orchidia. “Tidak apa-apa, Sayang. Mengenai alasan kenapa kami menjodohkanmu dengan Lucas, kau akan tau sendiri nanti.”
“Mom ....”
“Sudahlah, Di, ayo. Jangan buat semua orang menunggu. Kakakmu sudah kembali.” Orchidia menghela napas sambil berjalan mengikuti mommy-nya keluar.
Pertunangan mereka berlangsung di sebuah taman kota. Katanya, keluarga Franklin menginginkan konsep outdoor dan sengaja menyewa taman kota itu khusus untuk acara pertunangannya ini.
“Dia, oh my good, My little sister, you're so beautiful.” Kakak laki-lakinya menyambut Orchidia dengan sebuah pelukan kala wanita itu sampai di depan rumah.
“Pres, kapan kau sampai?” tanya Orchidia.
“Tadi pagi sekitar jam tiga. Kau tau, saat Mommy memberi kabar kalau kau akan bertunangan dengan Lucas Franklin, aku langsung meninggalkan Paris,” jelas Prescott Chaiden⸺kakak laki-laki Orchidia yang kemarin tengah berlibur di Paris.
“Benarkah?” Orchidia merespons begitu mereka masuk ke dalam limousine berwarna putih milik keluarganya.
“Tentu saja. Betapa senangnya aku saat kau akan menikah dengan Lucas. Dia pria yang baik, Di, dia temanku saat kuliah.”
Orchidia menoleh. “Benarkah?” Orchidia tidak pernah tahu bahwa Lucas dan Prescott adalah teman semasa kuliah.
“Ya, kau tidak pernah tau soal itu,” ucap Presscot, “kau harus bahagia bersamanya, Di.”
“Mana ada perjodohan yang bahagia!” Orchidia mendengkus.
“Kau akan merasakannya, Di.” Prescott tersenyum lembut kepada adiknya itu.
***
Lucas memeluk pinggang Orchidia dengan posesif kala para wartawan merekam dan memotret mereka tanpa henti sejak acara berlangsung satu jam yang lalu.
“Tolong wawancaranya sebentar, Mister,” ucap seorang wartawan yang menghampiri mereka berdua diikuti oleh wartawan yang lain.
“Apa benar kalian akan menikah karena sebuah perjodohan?”
“Tidak. Aku dan Orchidia telah berpacaran selama satu tahun terakhir ini. Karena seperti yang kalian tau bahwa dia adalah pramugari yang bekerja untuk Airlines kami, jadi dia menginginkan hubungan ini tidak tercium oleh publik,” jelas Lucas yang mengucapkan kebohongan dengan begitu lancar.
Orchidia tersenyum semanis mungkin di depan mereka semua, walau sebenarnya dalam hati ia ingin sekali mencabik-cabik wajah tampan Lucas.
“Apa tanggal pernikahannya sudah ditentukan?”
“Hal itu akan menyusul tiga hari dari sekarang.’
“Nona, bisa Anda jelaskan bagaimana pertemuan anda dengan Mr. Lucas sampai akhirnya kalian berkencan?”
Orchidia melirik ke arah Lucas. “Kami bertemu tidak sengaja di bandara. Ya, setelah itu kami berkenalan dan hubungan kami terjadi begitu saja.”
"Apa putri Anda setuju jika anda menikah lagi?”
“Tentu saja, dia sangat menyukai Orchidia,” jawab Lucas.
“Tuan, bisakah Anda berpose lebih mesra lagi? Kalian terlihat sangat serasi.”
Lucas menyunggingkan senyum kecil. Pria itu semakin merapatkan tubuh dengan Orchidia. Namun tiba-tiba saja⸺tanpa Orchidia duga⸺pria itu malah mencium bibirnya. Wartawan langsung berlomba-lomba untuk mengabadikan momen itu. Sedangkan Lucas berusaha menahan tengkuk Orchidia seraya menyecap bibir wanita itu agar semakin dalam lagi.
***
Orchidia menyusuri bibirnya dengan tangan sambil menatap pantulan dirinya di cermin toilet. Apa yang terjadi barusan? Mengapa hal itu membuat dadanya berdebar? Bahkan Orchidia masih merasakan dengan jelas bibir Lucas berada di atas bibirnya, membelai lidahnya, dan mengulum bibir bawahnya. Itu semua terasa ....
“Tadi itu hebat.” Orchidia menoleh dan mendapati seorang perempuan yang terlihat lebih muda darinya.
“Kau harus segera menikah dengannya,” ucap perempuan itu lagi. Ia Debora⸺adik perempuan Lucas.
“Itu tadi hanya untuk mengelabuhi wartawan saja,” ucap Orchidia dengan kikuk.
Debora mengambil tisu setelah mencuci tangannya, perempuan itu lantas menggeleng. “Lebih dari itu, aku bisa melihat mata pria itu. Cih, dasar Lucas.”
Orchidia hanya menggeleng-gelengkan kepalanya. “Ayo kembali.”
Debora mengangguk, lalu menggandeng tangan Orchidia untuk kembali ke tengah acara. Sama seperti Gishla, perempuan itu juga menyukai Orchidia.
“Mommy!” Gishla langsung berlari menghampiri Orchidia. Bocah kecil itu mengenakan gaun berwarna putih dengan rambut yang juga ditata sepertinya.
“Ada apa, Sayang?” tanya Orchidia setelah berjongkok di depan Gishla.
“Ayo. Kata Daddy, kita akan berfoto bersama,” kata Gishla sambil menarik Orchidia agar mengikutinya.
Orchidia terkekeh. Ia menoleh pada Debora yang berjalan di belakangnya, sebab ia sudah berjalan cepat karena Gishla menariknya. Orchidia duduk di samping Lucas dan Gishla berdiri di antara keduanya dengan memegang buket bunga berwarna putih. Beberapa fotografer tampak memotret mereka dari berbagai sisi.
Setelah menghabiskan waktu setengah jam untuk berfoto, acara dilanjutkan dengan dansa bersama.
“Apa kau menyukainya?” tanya Lucas ketika mereka sedang berdansa bersama.
“Aku? Menyukai apa? Gaunku? Aku suka gaun pilihanku,” balas Orchidia.
Lucas menaikkan satu alisnya. “Acara ini?”
“Tidak ada orang yang menyukai perjodohan.” Orchidia memutar bola matanya malas.
“Benarkah?”
“Tentu saja!” balas Orchidia dengan garang. “Dan kau, kembalikan jam terbangku!”
“Untuk apa? Tidak ada suami yang menyukai kalau harus jauh dari istrinya.” Lucas tersenyum kecil.
“Aku bukan istrimu, jadi kembalikanlah!”
“Ah iya, kau calon istriku. Akan kuulangi ucapanku, tidak ada calon suami yang menyukai calon istrinya berpergian jauh.”
“Kau ....”
“Kau akan tetap terbang, Orchidia, hanya saja tidak sekarang. Kau akan terbang lagi setelah kita menikah, karena aku tidak ingin hal-hal buruk terjadi sebelum kita menikah,” jelas Lucas. “Aku akan mengembalikan jam terbangmu nanti setelah kita menikah, tapi tidak semua.”
“Tidak semua?”
Lucas mengangguk kecil. “Aku akan mengurangi jadwal terbangmu menjadi⸺”
“Jangan kau katakan menjadi dua kali dalam satu bulan. Ayolah, Lucas, kau tidak bisa melakukan itu padaku!” Orchidia memotong ucapan Lucas.
“Apa kau mau Gishla menangis karena kau meninggalkannya seperti kemarin?”
“Tentu tidak! Tapi ... oh ayolah, kau tidak serius dengan ucapanmu, kan?”
“Akan kupertimbangkan, but on one condition.”
“What is that?”
“Kiss me?” Lucas menarik sudut bibirnya.
Orchidia membulatkan matanya. “Are you crazy?”
“Why?”
“Aku tidak mau!”
Cukup sekali saja ia dipermalukan karena Lucas menciumnya tanpa izin. Orchidia tidak ingin mempermalukan dirinya sendiri untuk yang kedua kalinya hanya karena mencium Lucas.
“Terserah, aku tidak rugi.”
Kedua alis Orchidia menekuk tajam. “Menyebalkan sekali kau ini!”
***