4. Dinner

1159 Kata
“Bagaimana, Baby Girl, apa kau menyukainya?” Gishla mengangguk semangat sebagai jawaban dari pertanyaan Lucas, membuat pria itu tersenyum kecil. “Habiskan makananmu. Kita akan mendarat lima belas menit lagi.” “Mengapa cepat sekali, Daddy? Aku masih ingin naik,” rajuk Gishla. “Tidak bisa, Sayang.” Orchidia menyela saat Lucas hendak menjawab. “Kita tidak bisa berlama-lama. Sebab, akan ada pesawat lain yang akan lewat. Jika pesawat ini masih terbang, bagaimana kalau pesawat itu menabrak pesawat kita? Kau tidak mau hal itu terjadi, bukan?” Gishla langsung bergidik takut. “Itu sangat menakutkan sekali, Mommy. Aku takut. Aku tidak mau.” Orchidia tersenyum, lalu mengelus rambut pirang anak kecil itu. “Nah, kalau begitu cepat habiskan makananmu. Nanti Daddy akan memakanmu seperti singa jika kau tidak cepat menghabiskannya.” Gishla menatap daddy-nya dengan ngeri. “Aku akan segera menghabiskan makananku.” Anak itu segera melanjutkan kegiatan makannya. Orchidia terkekeh melihat tingkah Gishla. Mengapa Gishla cepat sekali akrab dengannya? Padahal mereka baru bertemu tadi siang. Sepertinya Gishla memang merindukan sosok ibu dalam hidupnya, makanya Gishla begitu senang saat mendengar Orchidia yang akan menjadi mommy bagi bocah perempuan itu. Orchidia benar-benar penasaran di mana dan seperti apa sosok ibu kandung Gishla⸺mantan istri Lucas. Tapi Orchidia tidak tahu harus bertanya kepada siapa. Ia tidak mungkin bertanya langsung kepada pria bermata biru itu. “Mommy, ayo turun.” Orchidia tersentak saat tangannya ditarik-tarik oleh Gishla. Ia melihat keluar jendela, ternyata pesawat telah mendarat di bandara. Apa selama itu ia berpikir? “Ah iya, Sayang.” Orchidia langsung berdiri dengan Gishla yang meraih tangannya dan menggenggamnya, sedangkan tangan yang satunya lagi menggenggam tangan Lucas. Begitu keluar dan hendak turun, Orchidia melihat begitu banyak sekali wartawan dan paparazzi yang berada di landasan pacu dekat pesawat yang mereka naiki. “Tuan Lucas, apa benar wanita cantik itu adalah calon istri Anda?” “Apa benar dia adalah pramugari yang bekerja di maksapai milik keluarga Franklin?” "Bisa Anda jelaskan kapan dan di mana acara pernikahan kalian akan digelar?” “Nona, bisa Anda berbicara sedikit mengenai hubungan kalian?” Orchidia mendengar banyaknya pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan oleh para wartawan itu. Ia tersentak saat Lucas menggenggam tangannya dengan Gishla sudah berada di gendongan pria itu. Lucas menggandengnya menuju mobil, menghindari puluhan wartawan yang mengelilingi mereka dengan dibantu oleh bodyguard. “Daddy, mengapa mereka menghalangi jalan kita? Mengapa mereka menanyai kita? Dan, mengapa mereka memotret kita, Daddy?” tanya Gishla dengan polos saat mereka sudah berada di dalam mobil. “Tidak apa-apa, Sayang.” “Apa karena pesawat kita terlambat mendarat sehingga mereka marah pada kita, Daddy? Jika iya, maafkan aku karena aku terlambat menghabiskan makanku,” ujar Gishla dengan tatapan sedihnya. Lucas menoleh. “Tidak, Sayang. Mereka hanya wartawan yang ingin tau soal Daddy.” “Mengapa mereka ingin tau? Apa Daddy mengenalnya?” Lucas menggeleng. “Tidak, mereka hanya ingin tau kapan Daddy dan mommy-mu akan menikah." “Mommy Dia?” Lucas mengangguk. Gishla tersenyum lebar, menunjukkan sederetan gigi putihnya. “Aku juga ingin tau, Daddy. Katakan, kapan itu! Aku sangat tidak sabar ingin segera tidur dengan Mommy.” “Hmm, coba tanyakan pada mommy-mu.” Gishla kini menoleh ke arah Orchidia. “Kapan, Mommy?” Orchidia tertawa kikuk. “Mommy tidak tau, Sayang. Hanya daddy-mu yang tau.” “Ah, kalian ini bagaimana!” Gishla melipat tangannya di depan d**a dengan ekspresi cemberut. “Menyebalkan sekali.” *** “Sayang, Mommy pulang dulu, ya.” “Jangan, Mommy di sini saja denganku. Tidak boleh!” rengek Gishla sambil menahan tangan Orchidia agar wanita itu tidak pergi. “Sayang, kasihan Mommy pasti capek karena perjalanan kita tadi. Lagi pula ini sudah malam,” bujuk Lucas sambil menahan bahu Gishla. “Tidak boleh!” Gishla mulai menangis. “Mommy tidak boleh meninggalkanku lagi!” Orchidia berjongkok di depan Gishla. “Besok pagi Mommy kemari lagi, untuk mengantarkanmu ke sekolah. Bagaimana, hmm?” “Benarkah? Mommy tidak bohong?” “Tidak akan. Mommy berjanji besok akan mengantarmu ke sekolah.” “Berjanjilah.” Gishla mengulurkan kelingkingnya. Orchidia tersenyum sembari mengaitkan kelingkingnya pada kelingking kecil milik Gishla. “Mommy berjanji, Sayang.” Wanita itu mengecup kedua pipi Gishla. “Good night, Baby Girl.” Gishla mengangguk walau terasa berat untuk membiarkan Orchidia pergi. “Good night, Mommy!” katanya lalu beralih ke gendongan Dona. “Aku akan mengantarkanmu pulang,” ucap Lucas. Orchidia menggeleng. “Tidak perlu. Aku bisa pulang sendiri.” “Lalu aku akan mengizinkanmu? Tentu saja tidak!” Orchidia mendengkus sebal. “Aku tidak meminta izinmu.” “Kalau begitu, Bailey dan sopir pribadiku yang akan mengantarmu,” kata Lucas lalu menatap Bailey, “antarkan Orchidia. Pastikan dia masuk ke dalam rumahnya, bukan ke kafe apalagi ke rumah pria lain.” Orchidia memelotot mendengar perkataan Lucas. “Kau⸺” Belum selesai Orchidia berucap, Lucas sudah meninggalkannya begitu saja. Menyebalkan! “Mari, Nona.” *** “Kau ini dari mana saja, Orchidia?! Mengapa baru pulang sekarang?” Merry menyambut dengan pertanyaan begitu Orchidia masuk ke dalam rumahnya. Orchidia menghela napas panjang saat ia sudah duduk di samping Merry. “Hari ini begitu melelahkan, Mom.” “Jawablah dengan benar.” Merry memukul lengan Orchidia dengan majalah. “Kau dari mana saja?” “Oh iya, apa Mommy tau sesuatu tentang mantan istri Lucas?” “Mengapa kau menanyakan itu?” Merry menatapnya heran. “Mommy tidak tau banyak tentang mantan istri Lucas. Yang Mommy tau, mereka sudah berpisah sejak lama sekali, sejak tiga tahun yang lalu.” “Kalau soal itu aku juga tau. Maksudku, apa Mommy tau siapa orangnya dan mengapa mereka bercerai?” “Namanya Rebecca Calista, dan soal penyebabnya Mommy sendiri tidak tau. Lucas dan keluarga Franklin menutup rapat alasan perpisahan Lucas dan mantan istrinya. Bahkan banyak wartawan yang kesusahan mencari informasi tersebut, sehingga lama-lama mereka menyerah untuk mencarinya. Tapi, banyak yang mengatakan kalau Lucas sama sekali tidak pernah menikah dengan wanita bernama Rebecca itu. Mommy tidak tau mana yang benar.” “Benarkah? Jika mereka tidak pernah menikah, lalu kenapa berita membicarakan jika mereka bercerai?” Merry menghela napas pelan. “Mommy tidak tau, Di. Kau bisa tanya sendiri pada calon suamimu itu.” “Ih, untuk apa? Memalukan!” “Daripada kau mati penasaran.” Merry terkekeh. “Pemirsa, kabar terbaru mengenai pengusaha muda Lucas Franklin. Sekitar pukul 22.44 PM Lucas Franklin terlihat bersama putri dan juga seorang wanita yang diketahui kini sebagai calon istrinya, mereka keluar dari salah satu pesawat pribadi Franklin. Diketahui jika Lucas Franklin beserta putri dan calon istrinya tersebut baru saja melakukan makan malam bersama di atas pesawat. Saat ditanya mengenai kedekatan mereka, baik Lucas atau pun wanita yang sampai saat ini belum diketahui namanya tersebut enggan menjawab perihal kedekatan mereka.” “Kemarin saja menolak, sekarang sudah dinner bersama,” sindir Merry sambil melirik Orchidia. “Terpaksa, Mom.” Orchidia mendengkus kala mendengar berita tersebut. “Kau ini, bilang saja mau tapi malu,” goda Merry sambil terkekeh. Orchidia mendelik. “Tentu saja tidak!”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN