Orchidia membawa matcha tea dari dapur menuju ke ruang utama. Lucas benar-benar menyingkirkan barang-barang wanita yang ada di walk in closet. Pagi ini, belasan orang hilir mudik untuk mengeluarkan semua barang-barang tersebut dan menggantinya dengan yang baru. Orchidia tidak tahu semua barang itu akan dibawa ke mana dan akan diapakan nantinya.
“Nona Orchidia, apa semua itu sesuai dengan keinginan Anda?” tanya Bailey.
“Eh?” Orchidia mengerjap bingung. “Apa?”
Pria itu terlihat tersenyum. “Semua barang-barang baru itu, apa Nona menyukainya?”
“Mengapa kau menanyakannya padaku?”
“Karena semua ini untuk Nona. Tuan Lucas menyuruh saya untuk menanyakan apa yang Nona suka. Apakah semua ini sesuai? Jika tidak akan saya ganti lagi.”
“Untukku? Semuanya?” tanya Orchidia.
Bailey mengangguk. “Saya akan menggantinya bila Nona tidak menyukainya.”
“Tidak perlu!” ucap Orchidia saat Bailey hendak pergi, “semua barang-barang lama kau apakan?”
“Saya singkirkan atas perintah Tuan Lucas.”
“Kau bilang semua itu baru?” Bailey mengangguk.
“Jadi bukan milik mantan istrinya?”
Bailey mengangguk lagi. “Tuan Lucas tidak pernah mengizinkan Nona Rebecca menyimpan barang-barang di kamar maupun walk in closet. Setelah Nona Rebecca meninggalkan mansion, semua yang berhubungan dengannya telah disingkirkan.”
Wow! Agak mengejutkan prihal Lucas yang melarang mantan istrinya untuk menyimpan barang di kamar pria itu atau pun di walk in closet. Seharusnya kala sudah menikah, Lucas harus mau berbagi. Seperti sekarang, pria itu menyimpan barang-barang yang akan menjadi miliknya.
“Maksudmu? Apa mereka tidak sekamar?” tanya Orchidia lagi.
“Tidak, Nona.”
“Tapi kenapa? Bukannya mereka telah menikah?” tanya Orchidia yang benar-benar penasaran tentang kehidupan Lucas dengan mantan istrinya dulu.
“Saya tidak berhak untuk menjawabnya. Nona bisa menanyakannya sendiri pada Tuan Lucas,” ucap Bailey dengan sopan, “Permisi, Nona.”
Setelah Bailey pergi, Orchidia masih berdiri di tempatnya. Semua yang ia dengar mengenai Lucas dan sang mantan istri membuatnya bingung dan penasaran.
***
“Sombong sekali kau jarang kemari mentang-mentang akan menikah dengan pria tampan itu,” gerutu Luna⸺teman dekat Orchidia selain Glen.
Wanita itu adalah barista di salah satu coffee shop dekat Bandara John F. Kennedy.
“Kau jangan membahas dia. Aku sangat membencinya.” Orchidia mendengkus.
“Kalau aku jadi kau, aku akan mencintainya bukan malah membencinya. Dia tampan dan kaya raya. Bahkan dia tidak terlihat seperti seorang duda.”
“Kau tidak mengerti, Luna. Dia itu menyebalkan sekali asal kau tau,” kata Orchidia sambil menikmati coffee latte dan cheese cake yang dipesannya. “Dia itu sangat-sangat menyebalkan! Jika aku bisa, aku sudah membatalkan semuanya.”
“Duh, Lucas itu menyebalkan dari mananya? Dia itu perfect sekali ....”
“Kau bicara seperti itu karena kau tidak tau saja.” Orchidia mendengkus. Percuma ia mengatakan di depan banyak orang bahwa Lucas itu orang yang sangat menyebalkan, tidak akan ada yang memercayainya.
“Glen bilang, Lucas posesif, ya? Kau bertemu dengan Glen lalu Lucas datang membawamu pulang?” tanya Luna yang sepertinya sudah mendengar cerita ini dari Glen.
“Menyebalkan, bukan?”
“Itu sangat keren!” pekik Luna.
“Kau ini kenapa selalu membelanya?! Sahabatmu itu aku, bukan pria itu!” kesal Orchidia.
Luna tersenyum menggoda. “Ya, terserah apa katamu. Nanti jika kau menikah, kau harus mengundangku menjadi tamu VIP.”
Orchidia memutar bola matanya dengan malas. “Terserah!”
***
Orchidia terpaksa pulang setelah Bailey menjemputnya atas perintah Lucas. Tadi ia sedang asyik-asyiknya mengobrol dengan Luna dan Glen, tapi terpaksa pulang karena Bailey tiba-tiba datang.
Setibanya di rumah, Orchidia dikejutkan dengan adanya tiga model gaun mewah yang harus untuk pernikahannya saat pemberkatan dan tiga gaun mewah untuk resepsi yang harus ia pilih. Ini semua pasti ulah Lucas!
“Nona, Anda bisa memilih sendiri mana yang Anda suka. Ukurannya sudah pas dengan tubuh anda,” ujar sang desainer ternama⸺Bowl Kim.
Orchidia menghela napas. “Apa kau ke sini karena disuruh Lucas?”
“Betul, Nona,” jawab Bowl seraya tersenyum.
Sekali lagi, Orchidia menghela napas. “Ini dan ini saja.” Orchidia menunjuk dua dress dengan asal. Semua gaun itu sangat mewah dan bagus, jadi memilih yang mana pun sama saja.
“Kau ingin mencobanya?”
“Kau bilang ini sama dengan ukuran tubuhku, kan? Jadi aku tidak ingin mencobanya.” Orchidia mendengkus. “Jika telah selesai, silakan bereskan semuanya.”
Orchidia langsung beranjak menuju kamar, bukan kamar Lucas tentunya. Ia menempati salah satu kamar kosong yang ada di lantai satu. Semua barang-barangnya sudah ada di sini dan Merry-lah yang telah mengirimkannya. Tega sekali memang, Orchidia merasa diusir dari rumahnya sendiri.
Orchidia masuk ke dalam jacuzzi yang sudah diberi shower gel vanilla kesukaannya. Sore ini, ia memilih berendam di dalam jacuzzi sambil menikmati segelas white wine untuk mengusir rasa jengkelnya pada Lucas.
Untuk pertama kalinya, Orchidia tidak menikmati hidupnya. Ini bukan hidupnya sama sekali. Menikah, tinggal persama Lucas, dan mempunyai anak; itu bukan hidupnya.
Orchidia suka hidup bebas. Menjadi flight attendant, traveling, bertemu banyak orang-orang baru dari berbagai negara, dan hidup sendirian di apartemen; itu baru hidupnya. Bukan seperti ini! Terkurung di mansion mewah bersama makhluk sialan bernama Lucas Franklin itu!
Orchidia bahkan sudah merencanakan untuk cuti dan pergi liburan ke Malta saat musim panas nanti. Namun semuanya hancur gara-gara Lucas! Ini mimpi buruknya. Mengenal Lucas adalah bencana baginya.
Mungkin, jika Orchidia dari awal tidak bekerja untuk Franklin Airlines, ini semua tidak akan terjadi. Mungkin.
“Kenapa juga harus dijodohkan. Lagi pula dia seorang duda. Sangat memalukan sakali.” Orchidia berbicara pada dirinya sendiri.
“Begitukah?”
Orchidia terkejut dan refleks menoleh. Ia mendapati Lucas yang berdiri di ambang pintu toilet dengan kedua tangan tenggelam dalam saku celana dan tatapannya yang datar.
“Sejak kapan kau di situ?” tanya Orchidia demgan galak, “kau mengintipku, ya?!”
“Sejak kau berbicara sendiri?”
“Kau masuk ke kamarku tanpa izin!” geram Orchidia.
“Ini mansion-ku.” Orchidia bungkam seketika.
“Kau sudah memilih gaunmu?” tanya Lucas seraya berjalan mendekat ke arahnya.
“Ya,” jawab Orchidia singkat sambil mengalihkan pandangannya keluar jendela.
“Selesaikan mandimu. Kita harus pergi memilih cincin pernikahan kita,” ujar Lucas.
“Kau saja sendiri. Aku tidak mau!”
“Kau berani melawanku?”
Mendengar suara Lucas yang terdengar berbeda membuat Orchidia menciut. Tapi ia tidak boleh terlihat lemah, Lucas akan tertawa karena berhasil menaklukannya.
“Kalau begitu keluarlah kau! Aku akan menyelesaikan mandiku!” Orchidia menatap Lucas dengan tajam.
Tanpa menyahut lagi, pria itu langsung pergi.
Orchidia menghela napas, dadanya berdebar menatap Lucas tadi. Sialan! Ini tidak boleh terjadi lagi, untuk apa ia berdebar hanya karena pria sialan itu?!
Orchidia langsung membasuh tubuhnya. Untung saja pakaian miliknya sudah ada dan berada di kamar ini. Jadi ia tidak perlu ke walk in closet milik pria itu dan beradu mulut dengannya seperti yang sudah-sudah.
Sangat melelahkan bertengkar dengannya. Ujung-ujungnya, Lucas selalu menyentuh dan menciumnya dengan gila.
***