14. Accident

1114 Kata
Orchidia memejamkan mata selama beberapa detik diikuti dengan helaan napasnya yang terdengar berat. Ya, semuanya terasa berat. Entah setan apa yang merasuki dirinya hingga secara terang-terangan mengajak Lucas untuk bercinta. Hanya karena rasa kasihan yang muncul di dalam dirinya, Orchidia rela memberikan tubuhnya kepada Lucas. Ah, harusnya hari itu ia tidak perlu melakukannya hanya untuk menghibur Lucas yang sedang tidak baik-baik saja. “Ada masalah?” tanya seseorang. Orchidia mengalihkan tatapan pada wanita yang menjadi rekan kerjanya. Tiga hari setelah kejadian itu, Orchidia memiliki jadwal terbang lagi untuk pertama kalinya. “Tidak ada.” Orchidia tersenyum tipis. Wanita itu balas tersenyum. “Sepertinya kau sedang memikirkan sesuatu,” ucapnya. Pesawat sedang take off, jadi semua cabin crew duduk di kursinya masing-masing. “Tidak ada. Aku hanya senang karena bisa kembali terbang,” ucap Orchidia seraya tersenyum lagi pada wanita berparas asia itu. Orchidia senang bisa kembali terbang, tentu saja. Tapi entah kenapa ia tidak begitu menikmatinya kali ini. Semua gara-gara insiden tiga hari yang lalu. Kenapa juga ia harus menyenangkan Lucas saat itu? Tapi Orchidia bisa melihat rona bahagia yang ditunjukkan Lucas setelah mereka bercinta. Ah, mengingat semua itu membuat wajahnya merona. Orchidia menghela napas panjang sebelum beranjak untuk melayani penumpang ketika pesawat sudah berada di ketinggian sempurna. *** Orchidia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang empuk hotel yang akan dihuninya malam ini. Besok pagi-pagi sekali, sekitar pukul lima pagi ia harus terbang kembali ke New York. Orchidia mengaktifkan ponselnya. Beberapa notifikasi pesan masuk dan salah satunya dari pria yang sedari tadi bersarang di pikirannya. Lucas Sialan : Gishla merindukanmu. Pesan itu dikirimkan setengah jam yang lalu. Ah, Orchidia juga merindukan gadis kecil itu. Kemarin saat Orchidia pamit untuk pergi kerja, Gishla merengek dan memintanya agar tidak pergi. Padahal hari-hari sebelumnya gadis kecil itu masih ngambek soal adik yang tak kunjung usai. Orchidia Ashlee : Aku juga merindukannya. Orchidia melepas semua pakaian yang menempel di tubuhnya. Tak lama, Lucas kembali membalas pesannya. Lucas Sialan : Kau sudah sampai? Sepertinya Orchidia harus segera mengganti nama Lucas di kontak ponselnya dengan benar sebelum pria itu mengetahuinya. Sebelum membalas, Orchidia mengubahnya terlebih dahulu. Orchidia Ashlee : Hmm, ya, baru saja. Gishla sedang apa? Aku ingin berbicara dengannya. Lucas Franklin : Aku masih di kantor. Orchidia Ashlee : Ini sudah waktunya pulang, aku tau itu. Lucas Franklin : Ya. Aku akan menghubungimu begitu aku sampai mansion. Selanjutnya Orchidia tidak lagi membalas pesan Lucas. Wanita itu lebih memilih untuk mandi dan menyegarkan tubuhnya. Setengah jam kemudian, Orchidia telah selesai dengan kegiatannya, bersamaan dengan ponselnya yang berbunyi. Video call dari Lucas. Orchidia segera mengangkatnya. Itu pasti Gishla. “MOMMY!” Benar saja. Suara cempreng bocah itu langsung terdengar, membuat Orchidia tertawa lantaran merasa terhibur. “Mommy, i miss you so much. Maafkan aku karena beberapa hari telah mengabaikanmu. Aku sangat kesal karena kau tidak mau menuruti keinginanku.” Orchidia tertawa lagi. “Tidak apa, Baby Girl, Mommy tau perasaanmu. Dan soal keinginanmu itu, tidak sekarang ya, Sayang, Mommy, kan, sedang bekerja.” “Untuk apa Mommy bekerja? Daddy sudah memiliki banyak uang.” Gishla terlihat cemberut di seberang sana. Bocah kecil itu bergerak untuk naik ke atas sofa. Ada juga Lucas sedang duduk di balik meja kerjanya, mengerjakan sesuatu di laptop dengan sesekali melirik kertas. “Mommy hanya sebentar, Sayang. Besok Mommy kembali ke mansion ya.” “Benarkah?” Orchidia mengangguk. “Selama Mommy tidak ada, apa kau nakal, Sayang? Gishla tampak menggeleng. “Daddy dan Aunty Deb mengajakku bermain. Bahkan tadi sore Daddy mengajakku mandi bersama.” Orchidia ingin sekali tertawa. Lucas, pria itu mandi bersama Gishla? Sulit dipercaya. “Benarkah? Ah sayang sekali Mommy tidak ada,” ucap Orchidia sambil menunjukkan ekspresi sedihnya. “Mommy, kita bisa mandi bersama saat Mommy kembali. Aku, Mommy, dan Daddy. Kita mandi bertiga! Ah, mungkin lebih menyenangkan lagi jika berenang.” Gishla menunjukkan cengirannya. Orchidia tersenyum lantas mengangguk. “Baiklah.” Tiba-tiba Lucas berjalan mendekati Gishla, meraih bocah itu, dan mendudukkan di pangkuannya. “Kau sudah makan?”’ Suara berat dan seksi milik Lucas terdengar, membuat Orchidia menelan salivanya dengan gugup. Tiba-tiba saja suara desahan Lucas malam itu terngiang-ngiang di kepalanya. Suara lenguhan dan umpatan Lucas saat ia mendapatkan puncaknya yang pertama setelah hampir satu jam bermain. Sial! Singkirkan pikiran itu, Orchidia! “Mommy? Kau baik-baik saja?” Orchidia tersentak. “Hah?” “Kau sakit? Aku akan menjemputmu sekarang,” ujar Lucas tiba-tiba, membuat Orchidia lantas menggelengkan kepalanya dengan cepat. “Aku tidak apa-apa. Hanya saja di sini cukup dingin. Aku lupa menyalakan pemanas,” elaknya. Udara malam ini yang memang terasa dingin membuat Orchidia berhasil dalam mengelak. Padahal, udara di kamarnya sangat hangat. “Mommy, kau membuat kami khawatir,” ucap Gishla. “Ah, maafkan Mommy, Sayang.” Orchidia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Istirahatlah. Kau pasti capek setelah perjalanan tadi. Kau juga harus bangun pagi-pagi sekali,” ujar Lucas dengan penuh pengertian. Jangan tanyakan kenapa Lucas mengetahui jadwal Orchidia. Pria itu benar-benar! *** Orchidia sudah bangun dan bersiap-siap sejak pukul dua pagi lantaran jadwal terbangnya jatuh pada jam lima pagi. Sekitar pukul tiga, Orchidia sudah berada di Miami International Airport. Melakukan briefing dan sebagainya. Orchidia melakukan pekerjaannya seperti biasa. Memeriksa keadaan kabin, tempat duduk penumpang yang ia pastikan nyaman dan bersih, keadaan toilet, kemudian memanaskan makanan. “Selamat ya atas pernikahanmu,” ucap seseorang yang berada di samping Orchidia. Orchidia menoleh dan tersenyum. “Terima kasih.” Wanita yang merupakan salah satu awak kabin satu tahun lebih lama darinya itu tersenyum. “Aku tidak menyangka Tuan Lucas akan menikahi salah satu pramugari maskapainya.” Orchidia hanya tersenyum. Mereka saling berbincang sebentar sebelum akhirnya Orchidia beranjak dan memberikan announcement kepada penumpang bahwa pesawat sebentar lagi akan melakukan take off untuk kembali ke New York. Menyuruh para penumpang untuk diam di kursi masing-masing dan mengenakan sabuk pengaman. Orchidia kembali ke kursinya setelah selesai memberikan announcement tersebut. Sejurus kemudian pesawat langsung bergerak untuk take off. “Tumben sekali terbangmu dekat,” ucap wanita tadi. “Sedang dapat yang dekat,” ucap Orchidia sambil tersenyum. Orchidia tersentak saat tiba-tiba saja pesawat terguncang, ditambah pekikan panik dari para penumpang. “Ada apa ini?” tanya wanita itu. Orchidia menggeleng. Tak lama, suara pilot terdengar dan mengatakan bahwa mesin pesawat di sayap kanan mengalamai masalah sehingga terbakar. “Kita akan kembali ke Bandara Miami!” Orchidia langsung beranjak dari kursinya untuk menenangkan para penumpang agar tidak panik. Lampu tanda bahaya langsung berbunyi, bahkan pesawat ini belum terbang terlalu tinggi, mungkin baru 6.000 kaki. “TETAP DI KURSI MASING-MASING DAN ERATKAN SABUK PENGAMAN KALIAN!” Riuh teriakan para penumpang tidak berhenti hingga akhirnya pesawat mendarat dan kembali berguncang hebat saat ban menyentuh landasan, diikuti suara ledakan kecil dari mesin pesawat di sayap kanan. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN