Lucas menghentikan kegiatannya saat mendengar suara gaduh di depan ruangan. Tak lama pintu dibuka secara paksa bersamaan suara Amberly yang menyela.
“Tuan Lucas sedang sibuk, Nona.”
Di detik pertama, Lucas terkejut namun dengan cepat mengubah raut wajahnya menjadi biasa saja. Wanita itu kembali muncul di depannya setelah tiga tahun ia menendangnya dan mereka tak pernah bertemu lagi.
“Maaf, Sir, Nona Rebecca memaksa masuk,” ucap Amberly⸺sekretarisnya.
Lucas menggerakkan tangannya, mengisyaratkan pada Amberly agar keluar. Pria itu menatap Rebecca tanpa ekspresi. “Sudah memiliki nyali?” Lucas menaikan sebelah alisnya dan menatap Rebecca dengan tenang.
“Aku ingin bertemu dengan Gishla!” ucap Rebecca secara langsung.
Lucas dapat melihat guratan emosi dan amarah di wajah Rebecca. Wanita itu tetap sama seperti dulu, pemarah.
“Apa hakmu?”
“Aku ibu kandungnya!”
“Anakku tidak memerlukan ibu sepertimu.”
Rebecca berjalan mendekati meja kerja Lucas. “Tapi aku ibu kandungnya. Sampai kapan pun kau tidak akan bisa mengubah takdir itu, bahkan saat kau mengganti posisiku dengan w************n itu!”
Tatapan mata Lucas menajam. Ia tahu siapa yang dimaksud oleh Rebecca. “Siapa yang kau maksud w************n? Dirimu? Kau membicarakan dirimu sendiri?”
Kabut amarah semakin menyelimuti Rebecca. “Aku akan mengambil Gishla darimu! Karena sejak awal, Gishla memang seharusnya bersamaku!”
“Kau sudah menukar Gishla dengan uang seratus juta dollar kalau kau lupa.” Lucas menyunggingkan senyum miring. “Kau bahkan lebih memilih kertas-kertas itu dibanding darah dagingmu sendiri.”
Rebecca bungkam. Ucapan Lucas membuatnya kehilangan kata-kata.
“Pergilah sebelum aku mengusirmu dengan kasar.” Lucas kembali mengalihkan tatapan pada pekerjaannya yang menumpuk.
“Aku tetap akan mengambil Gishla darimu, walau aku harus mengembalikan seratus juta dollar itu padamu.”
Lucas melirik Rebecca lagi. “Kau pikir kita sama? Tentu saja tidak! Aku tidak akan mungkin menukar anakku dengan uang sepertimu. Lagi pula, seratus juta dollar tidak ada artinya bagiku.”
Tatapan Rebecca benar-benar tajam ke arah Lucas. “Aku akan melakukan apa pun untuk mendapatkan anakku lagi. Tunggu saja!”ujar Rebecca lalu pergi.
Lucas tersenyum sinis. “Memangnya apa yang kau bisa lakukan?” gumamnya.
Pria itu kembali berkutat dengan pekerjaannya. Namun tiba-tiba saja seseorang masuk ke dalam ruangannya.
“Maaf, Sir ....”
Lucas mengangkat kepala dan menatap Bailey. “Ada apa?”
“Saya mendapatkan kabar bahwa pesawat yang ditumpangi Nyonya Orchidia mengalami masalah. Mesin pesawatnya terbakar dan⸺”
“s**t!” maki Lucas sambil melempar map yang ada di tangannya. Pria itu kemudian beranjak dari kursinya. “Kita berangkat sekarang. Suruh seseorang untuk memastikan keadaan Orchidia!”
***
Helikopter Lucas telah mendarat di Miami International Airport. Saat di perjalanan, Lucas mendapat kabar bahwa salah satu armada maskapainya terbakar di Bandara Miami dan semua penumpang termasuk awak pesawat masih berada di bandara untuk mendapat perawatan di sana.
Lucas memaki setiap orang di dekatnya. Pria itu juga mendapat kabar bahwa Orchidia pingsan setelah menghirup banyak asap di dalam pesawat tersebut. Wanita itu pasti lebih dulu menyelamatkan penumpang dari pada dirinya sendiri.
Lucas masuk ke dalam unit kesehatan di dalam bandara. Pria itu bertanya dengan tidak sabaran kepada perawat. Hingga pria itu membuka salah satu tirai dan langsung mendapati Orchidia tengah berbaring di atas ranjang dengan mulut dan hidung yang tertutup alat oksigen.
“Orchidia, kau tidak apa-apa?” tanyanya sambil menggenggam satu tangan Orchidia yang bebas. Lucas benar-benar khawatir pada keadaan wanita-nya itu.
“Sir?” panggil Bailey.
“Apa Orchidia-ku tidak apa-apa?” tanya Lucas tanpa mengalihkan pandangannya dari Orchidia.
“Nyonya baik-baik saja. Dia dalam pengaruh obat dan sedang tertidur.”
“Cari tau masalah dibalik kecelakaan ini!”
“Kami sedang mencari tau, Sir.”
“Pecat orang yang menangani pesawat itu jika saja penyebabnya adalah kerusakan pada pesawat!”
“Tapi, Sir ....”
“Apa aku harus mengulang perkataanku?” Lucas menatap Bailey dengan tajam.
Bailey menunduk. “Akan saya lakukan, Sir. Permisi.”
Lucas kembali mengalihkan pandangannya pada Orchidia. Lucas benar-benar akan menghentikan Orchidia dari pekerjaannya jika sampai terjadi sesuatu.
“Kau sudah sadar?” tanya Lucas saat merasakan tangan Orchidia bergerak.
“Aku di mana?” tanya Orchidia dengan suara lemah sambil memegang kepalanya yang terasa berdenyut.
“Kau ada di klinik bandara.”
Orchidia melepas alat oksigen yang menutup hidung dan mulutnya, lalu mengubah posisinya menjadi duduk. “Bagaimana bisa kau berada di sini?”
“Aku harus memastikan keadaanmu.”
“Bagaimana keadaan para penumpang?”
“Keadaanmu lebih penting dari apa pun.”
Orchidia menggeleng pelan. “Bagaimana keadaan mereka? Apa mereka tidak apa-apa?”
“Orchidia ....”
“Lucas, keselamatan mereka lebih penting.” Orchidia tersentak saat Lucas memeluknya. Pelukan hangat yang menyiratkan kekhawatiran yang begitu besar.
“Kau membuatku khawatir, Sayang ...,” bisik Lucas, “aku tidak akan memaafkan diriku sendiri kalau sesuatu terjadi padamu."
Orchidia bungkam. Debaran jantungnya menggila di dalam sana. Ia berharap Lucas tidak merasakan dan mendengar debaran jantungnya yang menggila. Apa Lucas benar-benar mengkhawatirkannya?
“Aku tidak apa-apa, Lucas.” Orchidia melepas pelukan mereka.
Lucas mendaratkan bibirnya di atas bibir merah wanita itu. Menempel untuk beberapa saat lamanya sebelum ia bergerak lebih dalam lagi.
Lucas takut, khawatir, dan marah jika Orchidia kenapa-kenapa.
“Kau tidak boleh terbang lagi.” Manik mata birunya menatap lekat mata bening Orchidia setelah ciuman mereka berakhir.
“Aku tidak mau. Aku ingin terus terbang.”
“Kumohon ....” Suara Lucas terdengar seperti orang yang benar-benar putus asa.
Tangan Orchidia terulur untuk menyentuh rahang kokoh pria itu. “Aku tidak apa-apa. Masalah seperti ini sudah pernah aku alami sebelumnya. Ya, walau ini yang paling parah parah.” Orchidia tersenyum sambil menatap dalam mata biru itu. “I’m fine.”
Lucas memejamkan matanya untuk beberapa saat. “Kau bisa melakukan hal lain. Seperti mengurus brand Frankliez misalnya.”
Sangat menggiurkan. Produk-produk Frankliez memilki harga selangit. Brand yang setara dengan Hermes, Chanel, Gucci, Dior, dan brand high lainnya. Tapi Orchidia sadar bahwa ia tidak akan cocok melakukan hal itu.
“Tidak. Itu tidak cocok denganku.” Orchidia tersenyum. “Aku mungkin akan melakukan hal lain kalau aku mau, tapi tidak untuk sekarang.”
“Lalu?”
“Saat Gishla akan mendapatkan adik?” Orchidia menaikkan satu alisnya lalu terkekeh. “Bisakah kita pulang sekarang? Aku merindukan Gishla.”
“Kau tidak merindukanku?”
“Kau sudah berada di sini, untuk apa aku merindukanmu?” tanya Orchidia seraya turun dari ranjang. “Apa orangmu bisa mengambilkan barang-barangku?”
“Tentu.”
Lucas masih memperhatikan Orchidia yang kini berjalan di depannya. Apa yang barusan wanita itu katakan? Saat Gishla akan mendapatkan adik? Itu terdengar seperti lampu hijau baginya. Orchidia bersedia mengandung anaknya.
“Kau naik apa ke sini?” tanya wanita itu.
“Helikopter.”
Orchidia mengangguk paham. Mereka sudah masuk ke area landasan pacu. Orchidia dapat melihat sayap kanan pesawat Franklin itu hangus terbakar.
“Ayo masuk.”
“Di mana pilotnya?” tanya Orchidia.
“Aku menyuruh dia dan Bailey untuk menggunakan pesawat biasa.”
“Lalu siapa yang akan membawa helikopternya?” tanya Orchidia dengan kening berkerut bingung.
“Aku.” Lucas menyunggingkan senyum sebelum akhirnya memutari helikopter dan masuk ke sana.
“Kau yakin bisa?”
“Tentu saja. Aku sering mengendarainya,” ucapnya sambil mengotak-atik tombol yang ada.
“Benarkah?”
Lucas mengangguk, lalu memakaikan Orchidia earphone, dan memastikan bahwa sabuk pengaman yang Orchidia pakai sudah kencang. “Kau sudah siap?”
Orchidia mengangguk dengan penuh antusias. Ia penasaran bagaimana Lucas saat menjadi seorang pilot. Ia merasa bahwa dirinya kini menjelma menjadi seorang Anastasia Steele.
***