12. Sulk

1147 Kata
Orchidia berhasil melarikan diri saat Lucas akan membawanya bulan madu ke Malta. Orchidia memang sangat ingin pergi ke Malta dan liburan di sana, tapi tidak bersama Lucas. Wanita itu kabur saat Lucas menunggunya untuk sarapan di hotel. Orchidia pergi ke apartemen Luna walaupun ia tahu kalau kemungkinan besar Lucas akan sangat gampang menemukannya. Biarkan saja, setidaknya untuk seharian ini, Orchidia ingin berada di apartemen Luna dan akan kembali sore nanti. Orchidia juga yakin kalau Lucas akan marah besar kepadanya. “Jadi, bagaimana malam pertamamu?” Luna duduk di samping Orchidia lalu memberikan secangkir teh kepadanya. Orchidia tiba-tiba saja menangis, yang kontan membuat Luna menatapnya dengan heran. “Mengapa kau tiba-tiba menangis?” tanya Luna. “Dia memperkosaku …, ” ucap Orchidia sambil terisak. Tawa Luna langsung pecah. Siapa pun yang mendengar alasan Orchidia pasti juga akan tertawa sepertinya. “Ish, kau menyebalkan sekali!” Orchidia mengusap air matanya. “Kau .…” Luna mencoba untuk menghentikan tawanya. “Mana ada pemerkosaan antara suami dan istri,” ujarnya lalu tertawa lagi hingga perutnya terasa sakit. “Aku ini sedang sedih, tapi kau malah menertawakanku.” Orchidia cemberut. “Oke.” Luna menghentikan tawanya. “Kenapa bisa Lucas memperkosamu?” tanyanya sambil menahan tawa. “Aku tidak tau. Aku sedang tidur dan itu terjadi begitu saja.” Orchidia mengentakkan kedua kakinya dengan kesal. “Aku bahkan kabur karena dia akan membawaku bulan madu ke Malta.” “What? Kau kabur? Kemari? Apa kau gila? Dia bisa saja menyusul kemari!” “Aku tau. Tapi aku tidak mungkin pulang ke rumah orang tua atau bahkan ke apartemenku, apalagi ke apartemen Glen,” ujar Orchidia, mengingat kalau apartemennya adalah satu satu fasilitas yang ia dapatkan sebagai cabin crew Franklin Airlines, pasti akan mudah ditemukan oleh Lucas. Tepat seperti pikiran Luna, tiba-tiba suara bel apartemen terdengar yang kontan membuat Orchidia langsung terlonjak ketakutan. “Bagaimana jika itu dia?” tanya Luna dengan panik, pasalnya ia juga akan kena marah Lucas karena dianggap telah menyembunyikan Orchidia. “Jangan dibuka.” Orchidia menggelengkan kepalanya. Dilihat dari monitor yang terhubung dengan kamera yang ada di daun pintu, di sana menunjukkan seorang wanita berkemeja biru yang memecet bel apartemen Luna. “Siapa?” tanya Orchidia. “Petugas laundry.” Luna membuka pintu apartemen. “Kau ingin mengambil cucian? Minggu ini tidak ada cucian. Masih sedikit. Mungkin dua hari lagi kau ... astaga!” Luna membulatkan matanya saat Lucas berdiri di samping wanita itu, lalu di belakangnya ada tiga pria berbaju serba hitam. “Di mana Orchicia?” tanya Lucas dingin dengan aura yang begitu menyeramkan. Luna menatap petugas laundry itu lalu kembali menatap Lucas. “Dia tidak di sini,” katanya dengan cepat lalu buru-buru menutup pintu. Namun gelagatnya cepat ditangkap oleh orang-orang berbaju serba hitam itu sehingga mereka langsung menahan pintu agar tetap terbuka. Lucas masuk begitu saja, membuat Luna tidak lagi memaksa pintu agar tertutup. Orchidia membulatkan matanya dan langsung berdiri begitu melihat Lucas masuk dan menatapnya dengan begitu tajam, sangat tajam. “Mencoba bermain-main denganku, heh?” Orchidia menelan ludahnya susah payah. “Ikut aku, atau aku akan menyeretmu?” Orchidia menggeleng samar lalu menatap Luna. Sahabatnya itu malah menatapnya dan berkata tanpa suara ‘ikut saja dengannya atau kau habis!’ “O-oke.” Orchidia meraih tas miliknya lalu mulai berjalan menuju pria yang masih menatapnya dengan tatapan mengerikan itu. Astaga, Orchidia merasakan aura menyeramkan yang dipancarkan Lucas. “Aku akan menghubungimu,” lirih Orchidia pada Luna saat ia berjalan melewatinya. Luna mengangguk dan menatap kepergian Orchidia yang mulai menghilang saat memasuki lift. Orchidia menelan ludahnya dengan susah payah. Ia benar-benar ketakutan, lebih takut daripada pesawat yang ditumpanginya mengalamai turbulensi. Tuhan, lindungi aku. Orchidia masuk ke dalam mobil Lucas. Pria itu mengendarainya tanpa sopir, tanpa Bailey, dan tanpa orang-orang yang bersama mereka tadi. Orchidia hanya bisa meremas jari tangannya dengan gugup. *** Orchidia mengerjapkan mata lalu meregangkan tubuhnya. Wanita itu menatap sekitar begitu matanya terbuka sempurna. Ia mendapati dirinya di sebuah kamar bernuansa abu-abu. Aroma kamar ini benar-benar menenangkan dan membuat Orchidia enggan untuk bangun. Astaga! Ini kamar Lucas! Orchidia buru-buru bangun. Astaga, ia ketiduran saat di perjalanan pulang dari apartemen Luna. “Dasar putri tidur.” Orchidia menoleh. Sejak kapan Lucas berada di sana? Pria itu berdiri di ambang pintu dengan kedua tangan yang tenggelam dalam saku celana. Orchidia langsung mengalihkan tatapannya saat ia mengingat dengan jelas bagaimana ekspresi menyeramkan Lucas tadi. “Kau tidak boleh keluar dari mansion ini!” Suara tegas Lucas terdengar, kini terasa lebih dekat. “Jika kau tidak ingin aku pecat, maka menurutlah padaku!” Orchidia langsung menoleh. “Apa maksudmu? Memecatku? Dari maskapai?” Lucas menyunggingkan senyum menyebalkan. “Maumu apa sebenarnya? Aku sudah menikah denganmu, tapi kau masih mencampuri semua urusanku! Tidak bisakah kita hidup masing-masing? Anggap saja sebagai benefit karena aku mau menikah denganmu dan kau sudah mengambil keperawananku!” “Walau kau tidak mau, kita akan tetap menikah, Sayang.” Orchidia menghela napas, berusaha untuk tidak terbawa emosi. “Orchidia, aku sudah berbaik hati karena masih mengizinkanmu untuk terbang. Biasanya aku tidak akan sebaik itu,” ujar Lucas.”Kau harusnya berterima kasih kepadaku.” Orchidia menatap sinis ke arah Lucas. Wanita itu kemudian berlalu meninggalkan pria tersebut. Mungkin Gishla bisa meredam emosinya. “Kau melihat Gishla?” tanya Orchidia kepada pelayan yang sedang membersihkan guci di dekat tangga. “Di halaman belakang, Nyonya.” Orchidia mengangguk kaku, sebab ia merasa kikuk karena pelayan itu memanggilnya 'nyonya' bukan lagi 'nona'. Kini, wanita itu melihat Gishla sedang bersama Dona duduk di gazebo. “Baby Girl,” panggil Orchidia. Gishla menoleh dan langsung tersenyum lebar. “Mommy!” Orchidia duduk di samping Gishla dan langsung memeluk gadis kecil itu. “Mommy merindukanmu, Sayang.” “Aku juga merindukan Mommy. Tapi kenapa Mommy di sini? Bukannya Mommy akan pergi dengan Daddy?” Orchidia menaikan satu alisnya. “Kau dengar dari siapa?” “Dari Daddy, tapi Daddy tidak mengatakan dan tidak mengajakku. Daddy hanya bilang bahwa dia akan memberikanku adik, makanya aku tidak boleh ikut dengan kalian. Benarkah aku akan memiliki adik, Mommy?” Kedua pipi Orchidia bersemu mendengar ucapan polos anak tirinya itu. Astaga, Lucas mengatakan yang tidak-tidak pada semua orang. “Daddy hanya bercanda, Sayang, kau tidak perlu mendengarkannya.” Gishla merengut kecewa dan membuang pandangannya dari Orchidia. “Gishla marah pada Mommy?” tanya Orchidia seraya mendekatinya. “Daddy berkata akan memberikanku adik, tapi Mommy bilang itu tidak benar. Padahal aku ingin sekali memiliki adik. Aku kesepian, Mommy.” Orchidia menghela napas. Suara Gishla yang pelan dan lirih, benar-benar terdengar seperti sedih dan kecewa. Tapi Orchidia tidak mungkin mengatakan iya. Sebab ia tidak ingin memiliki anak dari Lucas. Setidaknya untuk waktu dekat ini atau ketika perasaannya masih sebenci ini pada Lucas. “Sayang, Mommy tidak bisa berjanji. Jika kau kesepian, sekarang, kan, ada Mommy di mansion yang akan menemanimu bermain.” Tiba-tiba saja Gishla terisak. “TIDAK, MOMMY! AKU INGIN ADIK!” ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN