Hari yang Indah

1130 Kata
Aqila POV "Rel, bagaimana menurut kamu kalau aku pakai jilbab?" Tanyaku saat kami tengah menikmati pemandangan di danau yang tak jauh dari kota ini. Karel yang sedari tadi asyik menggayung perahu kecil inipun menghentikan aktivitasnya sejenak. Kini ia tengah menatap ke arahku. "Karelll....." dia masih saja terus menatap lurus ke arahku. Masih tak ada jawaban, hingga akupun memutuskan kembali bersuara. "Jelek ya?" Aku sengaja tak membalas tatapan Karel, sedari tadi aku hanya sibuk menunduk dan mendayung. "Kamu pakai jilbab kan bukan buat jadi cantik" akhirnya kudengar juga suaranya. "Maksud kamu?" Aku tentu bingung dengan pernyataannya yang barusan. "Memakai jilbab sudah jadi kewajiban kamu" Kalau boleh aku akui awalnya aku mengira Karel bukanlah tergolong ke dalam lelaki yang taat beragama, tapi dari kata-katanya tadi sepertinya aku terlalu cepat menilai sosoknya. "Pasti aku mendukung kamu untuk menutup aurat, tapi jangan menyalah artikan kewajiban kamu itu. Mantapkan benar-benar jangan sampai berjilbab cuma buat ngikutin trend saat ini." Kini Karel telah kembali ke aktivitas awalnya. "Iya kamu bener Rel, makanya itu aku juga takut kalau nanti suatu saat akan muncul keinginan buat buka jilbab lagi" ucapku jujur. "Nggak ada masalah juga sih kamu mencoba dulu, terus nanti baru minta Allah untuk selalu membimbing kamu, aku yakin kamu pasti bisa menjalankan kewajiban kamu yang satu itu." Karel kini berkata dengan sangat meyakinkanku. "Okay deh liat aja ya besok" jawabku bersemangat. "Jadi gak sabar deh liatnya" ucap Karel sambil diakhiri dengan tawa. "Kok pake ketawa sih, ih dasar" secara sengajapun aku mengibaskan dayungku yang membuat kemeja Karel menjadi basah di bagian depannya. Tanpa merasa berdosa akupun menertawainya. "Baiklah nona kalau itu yang kamu mau" Byur! Tiba-tiba saja Karel membalaskan dendamnya dengan sangat cepat. "Ih Karel kok kamu gitu sih, aku kan jipratinnya gak sebanyak ini!" Aku pun segera melempar dayung milikku karena kesal. Dan aku juga hari ini memakai baju kaos yang tidak terlalu tebal. Tapi untungnya aku memilih kaos dengan warna hitam sehingga aku masih merasa aman karena tidak jadi transparan. Karelpun menertawaiku dengan sangat bahagia. Sebenarnya aku suka melihatnya seperti ini. Namun sepertinya aku harus membalas sedikit kelakuannya tadi. Sengaja aku memasang wajah kesal, marah dan dingin. Karel sepertinya menyadari perubahan yang ada pada diriku. "Kita pulang aja ya Qil" ucapnya yang sama sekali tak aku hiraukan. Tanpa menunggu balasanku pun ia segera menepikan perahu kami. "Aqila, kamu marah sama aku?" Tanyanya merasa bersalah. HAHAHA dia sangat menggemaskan. Aku hanya diam dan segera beranjak menuju ke arah mobil miliknya. "Beneran marah nih? Mau aku beliin es krim gak?" "Kamu kira aku anak kecil hah? Yang kalau abis marah terus diiming-imingin beli es krim. Kamu kira aku kekanak-kanakan?" Ucapku dengan emosi yang dibuat-buat. Karel kini mendekatkan dirinya ke arahku, hingga bisa kurasakan wangi parfum khas miliknya itu. Dan sekarang ia menatap wajahku dengan sangat lekat. Lalu tiba-tiba saja dia mengetok kepalaku. "Ih sakit Karel! Kamu ya jahat banget emang" ucapku sambil memukul sedikit d**a bidangnya itu. Dapat dipastikan wajahku ini sudah berubah memerah menahan malu karena jarak yang sangat dekat di antara kami ini. "Jangan pura-pura ngambek deh, keliatan tau kamu dari tadi nahan ketawa. Yuk aku juga mau makan es krim nih" Tanpa menunggu persetujuanku lagi-lagi ia langsung menarik tanganku dan tak kunjung melepaskannya hingga kami berada di sebuah mini market. Rasanya jantungku sudah hampir meledak karena berdegup kencang seperti ini. "Aku mau 2 es krim sama 3 coklat" ucapku sambil mengambil 2 es krim dengan merk yang sama dan beralih ke rak yang di dalamnya telah tersusun berbagai macam jenis coklat. "Beli aja sesuka kamu, dari pada kamu akting ngambek kaya tadi mending kamu makan aja sampe gendut" Karel masih saja menggodaku dengan akting jelekku itu. "Sekali lagi kamu ngeledek aku ya Rel, aku bawa nih semua coklat ini ke kasir" ancamku dengan mata yang sengaja kulebarkan. "Hahahahaha tapi kayanya aku lebih suka kalau kamu marah-marah gini" "Bilang aja kalau suka sama aku, jangan pake alasan klise gitu" aku sengaja menggodanya. "Iya aku memang suka sama kamu, jadian aja yuk!" What? Apa yang barusan dia katakan? Kini tentunya aku sudah memasang ekspresi kaget bukan main. Jantungku kembali terpacu untuk berdegup kencang. "Aku serius!" Bisik Karel ke arahku. Aku langsung meletakkan es krim yang tadi aku pilih ke dalam rak berisikan coklat itu, beralih memegangi kedua pipiku, menangkupkan tanganku dan mencubit pipiku itu secara bersamaan. Aw. Teriak ku dalam hati. Ini bukan mimpi. Seorang Karel Adi Pratama memintaku menjadi pacarnya. Dengan cara yang sangat jauh dari kata romantis tapi berhasil membuatku terbang melayang jauh. "Jadi jawabannya apa Nona Aqila?" Akupun menghentikan lamunanku mendengar suara Karel. "Aku jawab 5 menit lagi" hanya itu yang bisa aku ucapkan. Bagaimana tidak? Aku masih tidak percaya dengan ini semua. Segera aku berlari kecil ke kasir, membawa semua es krim dan coklat yang tadi sudah kupilih. "Mba, yang bayar mas yang pake kemeja kotak-kotak itu ya, nanti bilang aja saya nunggu dia di mobil" pesanku pada kasir dan setelah mendapatkan anggukannya aku segera keluar dari mini market itu. Aku berjalan tergesa-gesa sambil memegangi jantungku yang sedari tadi berdegup dengan hebatnya. "Horeee!" Dan tanpa disadari aku telah berteriak sambil berlari ke arah mobil, aku memang baru saja melakukan hal bodoh, pasti Karel telah mendengarnya. Aku sudah siap masuk ke dalam mobilnya dan bersiap menyembunyikan wajahku dibalik tas yang tadi kubawa, tapi aku baru menyadari bahwa mobilnya ini terkunci. Aku memang bodoh. Aku putuskan untuk berjongkok di sebelah pintu mobil yang seharusnya sudah kumasuki itu. Kulihat jam ditanganku yang menunjukkan pukul 16.45, sepertinya ini sudah berjalan 3 menit dan Karel masih belum juga menampakkan dirinya. Hingga tak lama kemudian aku mendengar suara langkah seseorang yang mendekat ke arahku. Pasti itu Karel. Segera aku menangkupkan wajahku di atas kedua lututku. "Aqila, are you okay?" Benar dia Karel. Dan bisa kudengar jelas setelah menanyakan keadaanku dia langsung tertawa. "I am okay! buka pintunya dong" pintaku masih dengan posisi yang sama. Setelah mendengar suara tanda telah dibukanya kunci pintu mobil itu aku segera menghambur ke dalam, diikuti Karel yang masuk ke kursi kemudi. "Aku gak maksa kamu jawab sekarang kok Qil, santai aja ya" Ucapnya begitu kami telah sama-sama berada di dalam mobil. "Tinggal satu menit lagi" ucapku, sambil memberanikan melihat ke arahnya. Dan Karelpun melakukan hal yang sama. Kami bertatapan dalam waktu yang cukup lama. "Kayanya udah lewat deh waktunya" ucapan Karelpun menghentikan sesi tatap-tatapan kami. "Jadi jawabannya?" Lanjutnya "Yes!" Ucapku sambil mempersembahkan seyum termanis kepadanya. "Terima kasih Nona, karena udah menerima cinta aku" ucap Karel sambil mengacak rambutku. "Ayo kita rayakan sambil makan es krim, tapi kayanya lebih enak di tepi danau deh" saran Karel yang segera kusetujui dengan anggukan. Hari yang sangat indah. Hari ini pertama kalinya kami menunggu matahari terbenam bersama-sama, pertama kalinya makan es krim bersama-sama, pertama kalinya kami bisa tertawa terpingkal-pingkal hanya karena saling bertatapan, dan hari ini pula pertama kalinya kami resmi berpacaran. Sungguh hari yang indah!
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN