Sierra berbalik sambil menangis sesenggukan karena baru saja melayani nafsu kakak iparnya. Gerald berdiri sambil memasang kembali celananya. Di tatapnya punggung mulus Sierra yang terlihat gemetar. Ada rasa sesak di dalam dadanya. Dia tidak ingin melakukan ini tapi hanya cara ini yang bisa dia lakukan demi memiliki Sierra.
"Berbenahlah Sierra! hapus air matamu! bukankah kau keluar berkali-kali tadi? kenapa kamu malah menangis? kita saling menikmati dan meraih puncak bersama-sama, " sindir Gerald. Wajah Sierra seakan tertampar saat mendengarnya. Dia merasa bersalah pada kakak dan kekasihnya karena sudah ikut menikmati percintaan bersama Gerald.
"Tidak! aku tidak menikmatinya! kamu yang sudah memaksaku! " bantah Sierra tidak membenarkan ucapan Gerald.
Gerald hanya tersenyum smirk lalu berjalan mendekati Sierra. "Terima kasih service nya sayang. Kamu lebih nikmat dibandingkan kakakmu, " bisik Gerald.
Sierra membalas tatapan Gerald dengan penuh kebencian. Sayangnya dia tidak bisa berbuat apapun untuk saat ini.
"Rapikan semua ini, aku akan keluar duluan. Jangan lupa tutup pintunya, " perintah Gerald. Setelah pria itu pergi Sierra mengambil gaun malamnya dan langsung memakainya. Setelah itu dia keluar dari ruang kerja Gerald dengan langkah tertatih menahan rasa sakit dan perih pada miliknya.
"Sttt.... " ringisnya sambil mengigit bibir bawahnya. Sesampainya di kamarnya dia masuk ke dalam kamar mandi dan menghidupkan shower untuk membasahi tubuhnya yang kotor.
"Hiks hiks hiks, " Sierra kembali menangis sambil menggosok-gosokkan tubuhnya. Tapi bayangan Gerald menyentuhnya tak kunjung hilang dari pikirannya. Dia jijik sekali dengan dirinya sendiri karena sudah menikmati sentuhan Gerald.
"Maafkan aku kak... hiks hiks hiks maafkan aku Andrew... "
***
"Sierra kamu sakit? " tanya Thalisa sambil memegang kening adiknya yang hangat.
"Iya kak hari ini aku tidak kuliah dulu ya, " jawab Sierra dengan bibir gemetar.
"Aduh gimana ini? hari ini kakak ada janji sama Stella buat bantuin dia di acara syukuran anaknya. Tunggu sebentar ya kakak bicara dulu sama Gerald. "
Mata Sierra langsung terbuka saat kakaknya menyebut nama Gerald. Dia ingin mencegah kakaknya untuk tidak memberi tau Gerald kalau dia sakit, tapi kakaknya sudah lebih dulu keluar dari kamarnya.
"Aduh gimana ini... " Sierra tidak mau menghabiskan waktunya bersama Gerald tapi semuanya sudah terlambat. Tak lama kemudian Gerald dan Thalisa masuk ke dalam kamarnya.
"Sierra kamu sakit? " tangan Gerald bergerak menyentuh keningnya. Sierra merasa tidak nyaman tapi dia hanya bisa diam karena tubuhnya sangat lemah tak bertenaga.
"Gerald aku minta tolong jaga adikku ya, aku tidak bisa mengingkari janjiku pada Stella hari ini, " ucap Thalisa memohon.
"Baiklah kamu tenang saja sayang. Aku akan menjaga Sierra hari ini, " tidak masalah bagi Gerald kalau dia gak ngantor hari ini karena perusahaan adalah miliknya sendiri. Jadi dia bisa masuk kerja sesuka hatinya.
"Terima kasih sayang kamu baik sekali! kamu memang paling bisa diandalkan, " Thalisa bersyukur karena Gerald mau membantunya hari ini. Jadi dia bisa pergi dengan tenang. Sedangkan Sierra merasa takut dan berdebar-debar saat ini.
"Kalau begitu aku pergi dulu ya sayang. Tolong jaga adikku dengan baik. Sierra kakak pergi dulu ya, " Thalia mencium bibir Gerald sebelum dia pergi. Sekarang hanya tinggal Gerald dan Sierra di dalam kamar berduaan.
Terlihat Gerald sedang menelpon seseorang dan menyuruhnya untuk datang kemari. Tak lama kemudian datanglah seorang dokter yang langsung memeriksa keadaan Sierra.
"Dia hanya demam biasa jangan terlalu khawatir tuan, " ucap dokter itu sambil menuliskan resep obat dan memberikannya kepada Gerald.
"Apa dia tidak hamil? " tanya Gerald berharap. Karena Gerald memang ingin Sierra hamil anaknya.
"Tidak tuan, dia tidak hamil, " jawab dokter itu. Diam-diam Sierra mendengarnya. Untung saja dia rajin minum pil KB kalau tidak mungkin dia sudah mengandung benih kakak iparnya.
Setelah dokter itu pergi, Gerald keluar sebentar untuk menebus obat Sierra. Sekitar 30 menit kemudian dia kembali lagi dengan membawa obat dan semangkuk bubur yang masih hangat ke dalam kamarnya.
"Sierra ayo makan dulu buburnya baru setelah itu minum obat, " ucap Gerald sambil duduk di pinggir ranjangnya. Sierra hanya diam tak bergeming dan enggan membuka mulutnya.
"Kenapa kamu tidak mau membuka mulutmu? apa kamu mau aku menyentuhmu lagi? " ancam Gerald geram.
Sierra menggeleng keras, dia langsung membuka mulutnya dengan wajah ketakutan. Gerald tersenyum lalu menyuapi mulai menyuapi Sierra makan. Sierra tidak bisa menghabiskan semua buburnya karena perutnya mual.
"Cukup aku tidak bisa makan lagi kak. "
"Baiklah tapi minum obatnya dulu, " Gerald menyerahkan obatnya pada Sierra untuk diminum. Sierra menelan obat itu dengan susah payah karena rasanya yang begitu pahit lalu meminum sedikit air. Setelah itu dia kembali merebahkan tubuhnya di atas ranjang.
"Aku akan menyiapkan air hangat untuk mengelap tubuhmu sebentar," Gerald kembali ke luar dari kamarnya sambil membawa keluar mangkuk kotornya. Sierra hanya bisa pasrah karena tidak ada gunanya juga dia menolak. Tak lama kemudian Gerald kembali lagi sambil membawa baskom air hangat dan handuk kecil. Dia kembali duduk di pinggir ranjang dan membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuh Sierra hingga telanjang bulat. Sierra sangat malu sekali dan membuang wajahnya ke samping seraya menutupi kedua dadanya dengan tangannya.
"Buat apa ditutupi? aku sudah melihat semuanya Sierra.. " Gerald mulai mencelupkan handuk kecil itu ke dalam baskom lalu sedikit memerasnya sampai sedikit kering. Setelah itu dia mulai mengelap tubuh Sierra menggunakan handuk itu. Entah sengaja atau tidak tangan Gerald menyentuh titik sensitifnya hingga tanpa sadar Sierra mengeluarkan desahannya.
"Ahhh, "
Gerald tersenyum penuh arti mendengarnya. Dia tidak melakukan apapun selain mengelap tubuhnya saja. Setelah selesai Gerald memakaikan baju pada Sierra.
"Sekarang istirahatlah aku akan tidur di sampingmu, " ucap Gerald sambil ikut merebahkan tubuhnya di samping Sierra. Sierra sebenarnya takut dan tidak nyaman Gerald ada di dekatnya tapi karena pengaruh obat demam yang diminumnya akhirnya dia pun tertidur.
Malam harinya Thalisa baru saja pulang kerumah. Dia tidak mendapati suaminya di kamar mereka. Sepertinya Gerald sedang merawat Sierra di kamarnya. Dia menaiki tangga satu persatu sampai akhirnya dia sampai di depan kamar Sierra.
CEKLEK
Saat kamar terbuka dia melihat Gerald sedang tidur memeluk Sierra ke dalam dekapannya. Hati Thalisa jelas terusik. Dia melangkah ke dalam dan berdiri di samping suaminya.
"Sayang... " panggil Thalisa sambil mengguncang tubuh Gerald. Perlahan-lahan mata Gerald terbuka. Dia tampak santai saja tanpa rasa takut saat Thalisa memergokinya memeluk Sierra.
"Sayang kapan kamu pulang? " tanya Gerald tanpa melepas pelukannya pada Sierra.
"Baru saja aku pulang, kenapa kamu memeluk Sierra seperti itu sayang? " tanya Thalisa dengan perasaan sesak di dalam hatinya.
"Kenapa? kan Sierra adalah adikku juga. Kamu memintaku untuk menjaganya. Dia tadi kedinginan makanya aku memeluknya, " jawab Gerald.
"Nghhh, " desah Sierra dalam tidurnya.
"Astaga demamnya belum turun ya? " Thalisa memegang kening adiknya yang memang terasa dingin sekali.
"Iya tapi dia sudah minum obat. Tidak apa-apa kan kalau malam ini aku tidur sambil memeluknya? kamu bisa tidur disini juga di sampingku, " tanya Gerald meminta izin istrinya. .
"Iya tidak apa-apa sayang. Terima kasih sudah perhatian pada Sierra ya, " Thalisa menghembuskan nafasnya legah. Hampir saja dia berpikiran macam-macam pada suami dan adiknya.
"Kalau begitu aku mandi dulu ya, nanti aku kemari lagi, " Thalisa melangkah pergi dari kamar Sierra untuk membersihkan diri terlebih dahulu. Sementara itu Gerald dengan cepat memaju mundurkan pinggulnya dari belakang sampai membuat Sierra kembali mendesah keras.
"Jangan keras-keras! nanti kakakmu bisa dengar! " ucap Gerald sambil menutup mulut Sierra. Air mata Sierra kembali mengalir. Dia terpaksa diam saja saat Gerald kembali memperkosa dirinya.