“Kenapa kamu tegang begitu?” tanya Julian yang sudah selesai membuka sabuk pengaman Ara. Gadis itu masih belum bisa mengendalikan dirinya. Matanya mengerjap beberapa kali. Ara terlalu berharap ada kejadian yang membuatnya susah tidur. “Terima kasih, Bos sudah mengantar saya pulang. Sampai ketemu besok.” Ara mengambil buket bunga lalu keluar dari mobil Julian. Setelah ia keluar, mobil itu pun melesat meninggalkan apartemen. Ara masih diam menatapnya sampai menghilang dari pandangan. “Andai Mbak Berlina tahu perasaan Bos,” gumamnya lalu masuk ke apartemen. Saat pintu terbuka, Ara dikejutkan dengan Tina. Sahabatnya berdiri tidak jauh dari pintu masuk sambil berkacak pinggang. “Kenapa lo lihatin gue kayak gitu?” tanya Ara sambil melepas sandalnya. “Ciee, yang dapat bunga. Dari siapa?” T