"Mi, jawab. Apa Mami mulai mengingat sesuatu?" Meera menundukkan wajahnya. Ingin sekali ia jujur pada Banyu, tapi tidak mungkin ia melakukan itu. "Mi ...." Kepala Meera menggeleng, ia menolakkan d**a Banyu, lalu bergegas masuk ke dalam kamar. Banyu menyusul Meera. Meera duduk di tepi ranjang dengan bantal di dalam pelukannya. Meera menenggelamkan wajahnya di atas bantal. Bahunya bergetar, suara tangisnya terdengar samar, karena teredam oleh bantal. "Mi ...." Banyu berlutut di hadapan Meera, ia merasa bersalah karena sudah membuat istrinya menangis. Selama mereka berumah tangga, hanya air mata haru, dan bahagia yang Banyu ijinkan jatuh dari mata istrinya. Itu karena butuh perjuangan bagi Banyu, untuk meyakinkan orang tua Mira, saat ia melamar Mira, dan membawa Mira ke Kalimantan bersa