Kembali ke empat tahun yang kebalakang. Dimana Alexy berlari dengan percaya diri untuk menghampiri pria yang baru dia sadari, bahwa dia mencintai pria itu. Alexy rela membohongi sang ayah demi menemui Leo di apartemen nya itu.
"Aku mencintaimu, Leonard!" Ucapnya dengan senyum mengembang sangat cantik saat Leonard baru membuka pintu, masih dengan nafas terengah-engah karna berlari tidak sabar ingin menemui pria pujaan hatinya.
Sayangnya senyum cantik itu tidak bertahan lama ketika Alexy mendengar suara wanita asing tapi familiar di telinga nya didalam apartemen Leonard. Alexy mengingat suara itu. Suara wanita yang dulu memperlakukan Leonard bukan seperti manusia. Jantung Alexy berdetak kencang saat ingatannya saat kecil kembali datang. Wanita itu yang menculiknya dan Alexy menembek kepalanya. Yang menjadi pertanyaan adalah, kenapa wanita itu masih hidup?
Leonard masih berdiri mematung mendengar pengakuan dari Alexy yang menyatakan cinta kepadanya tiba-tiba. Sungguh saat itu Leonard sangat senang mendengarnya. Tapi saat suara Yuka, anak dari yang sudah mengadopsinya, wajah Leonard menjadi sedih. Dia dihadapkan dengan pilihan yang tidak bisa dia ambil. Leo mencintai Alexy sama seperti wanita itu mencintainya. Tapi Leonard memilih untuk menghancurkan perasaan itu demi berbakti kepada orang yang sudah menyelamatkannya di hutan.
"Buang semua perasaanmu, karna aku tidak mencintaimu, Ms Archer." Jawab Leonard dengan susah payah. Terlihat jelas raut wajah sedih dimatanya. Leonard tidak bisa membalas perasaannya karna banyak hal yang menjadi pertimbangan.
Alexy menatap Leonard tidak percaya. Dengan apa yang sudah terjadi selama ini? Mereka sudah berbagi kehangatan bersama, melalui hal yang menurut Alexy seperti selayaknya sepasang kekasih. Bahkan Alexy berani membohongi Dominic untuk bertemu dan menyatakan cinta secara langsung kepada Leonard. Lalu Leo dengan tega membalas perasaannya seperti ini? Pria itu menyuruhnya untuk membuang perasaan ini jauh-jauh?
"Kau serius mengatakan hal itu, Leo? Setelah apa yang kita lalui bersama?" Tanya Alexy masih tidak percaya dengan apa yang dia dengar langsung dari mulut Leonard.
Leonard tidak menjawab pertanyaan Alexy.
"Kau sudah mendengarnya jalang! Leo tidak menyukaimu. Benar begitu, Leonard?" Yuka membelai wajah Leonard dengan senyum licik di wajahnya.
Leo juga tidak menjawab pertanyaan Yuka.
"Kau pria b******k, Leonard."
Alexy memundurkan langkahnya setelah mendengar kata yang tidak dia duga keluar dari mulut Leonard.
"Kau benar-benar pria terbrengsek yang pernah aku temui."
Setelah mengatakan itu Alexy berlari keluar meninggalkan mereka dengan perasaan hancur, kecewa, kesal dan marah.
Kini Alexy sudah berada di dalam mobil dengan mengendarai denga kecepatan penuh. Tidak perduli dengan keramaian jalan, wanita itu menerobos lampu merah dan hampir menyerempet beberapa mobil lain.
Hingga diperempatan jalan, Alexy kehilangan kendali mobilnya. Ada truk di depannya dengan kecepatan tinggi juga. Alexy berusaha menghindari truk itu dengan membanting setir kearah kiri. Naasnya mobil Alexy menabrak tiang pembatas. Mobil Alexy ringsek dan kepala Alexy terbentur di setirnya.
Alexy tidak langsung kehilangan kesadaran. Dia masih bisa mengambil ponselnya dan menekan panggilan.
"Dad, maaf!" Suara lirih dari Alexy kepada Dominic sebelum dirinya benar-benar kehilangan kesadaran.
'Alexy, kamu dimana?' terdengar suara panik dari Dominic di dalam ponsel Alexy. Tentu saja tidak ada jawaban karna Alexy sudah pingsan dengan bersimbah darah di kepalanya.
"LACAK GPS MOBIL DAN PONSELNYA SEKARANG JUGA.." Teriak Dominic menggelegar di kantornya.
"ARGH.. TIDAK AKAN AKU BIARKAN SIAPAPUN MENYENTUH KELUARGAKU." Murka Dominic. Wajah pria itu yang sudah lama tidak menunjukan taringnya, kini muncul kembali setelah mendengar anaknya merintih seperti itu.
**
Kembali ke masa kini, Leo sedang menunggu mengambil hasil test DNA itu. Tidak lama, hanya beberapa menit saja namanya sudah dipanggil oleh petugas.
"Leo Yamazaki!"
Leo bangkit dan menoleh ke sumber suara yang memanggil namanya. Matanya mendelik tajam melihat pakaian yang digunakan oleh seorang petugas itu, tak sengaja matanya pun melirik ke arah amplop yang ada di tangannya.
"Ini yang anda butuhkan."
Petugas itu menyodorkan amplop berwarna coklat, isi yang benar-benar sedang ditunggu olehnya. Hasil yang akan menentukan masa depannya setelah ini. Harapannya masih sama, yaitu hasil DNA cocok dengannya.
Leonard mengambil amplop berwarna coklat dan tak lupa mengucapkan terima kasih pada petugas itu.
“Terima kasih.”
“Sama-sama.”
Tangan Leo bergetar saat memegang amplop berwarna coklat itu, menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Detak jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya, bingung juga harus mengekspresikan rasa yang mendera di dalam hatinya itu seperti apa dan bagaimana. Namun, saat ini dirinya benar-benar merasa bahagia karena sebentar lagi dapat mengetahui rahasia besar, ia juga merasa yakin kalau hasilnya seratus persen sama seperti dirinya.
Dari sudut lain, ada seseorang yang tengah memegang ponsel dan merekam semua kejadian yang barusan terjadi. Lengkap sekali, bahkan terlihat wajah Leo yang juga kebingungan saat menerima amplop tersebut. Selesai mereka semua yang terjadi, ia segera mengirimkan pada bosnya.
Tak ingin membuang waktu, Leo pun segera beranjak dan akan menemui wanita yang berhasil membuatnya tergila-gila bahkan hampir gila. Lucu memang, dulu ia begitu enggan untuk menerima kehadiran Alexy, tapi lihatlah sekarang? Lelaki bodoh itu benar-benar ingin bersama dengan Alexy. Ia seakan lupa dengan semua perlakuannya di masa lalu, sehingga terus memaksa kehendaknya sendiri agar wanita cantik itu mau menerimanya kembali.
Leo mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang agar segera sampai di kantor Alexy, tak mungkin juga melaju cepat karena memang jalanan cukup padat siang itu. Jadi, harus mau bersabar menuju tempat wanitanya.
“Sial! Kenapa lagi buru-buru seperti ini malah macet!” geramnya memukul-mukul setir sambil terus memaki.
“Argh! Aku harus segera sampai, tapi kenapa macet parah seperti ini sih,” keluhnya tak lagi memaki, lelah juga karena jalanan tak mungkin bisa lenggang begitu saja, saat ia terus memaki.
Sepuluh menit berlalu, setelah berkutat dengan kemacetan yang ada. Leo menambah kecepatan agar bisa segera sampai, ia sedikit terburu-buru karena memang khawatir jika wanitanya tak ada di kantor. Maka, itu akan semakin membuatnya kesulitan, sebab semua keamanan untuk wanita itu semakin ketat saja.
Akhirnya, Leo sampai di kantor besar itu setelah terburu-buru memarkirkan mobilnya. Ia melangkah dengan cepat menuju ruangan dimana wanitanya berada, tak peduli dengan teriakan beberapa orang karena dirinya menerobos masuk. Sayang, satpam telat mencegah karena lelaki muda itu sudah masuk ke dalam lift dan menuju ke ruangan paling menyeramkan.
Tangannya terus menggenggam amplop yang sejak tadi dibawa olehnya. Benar-benar melindungi amplop tersebut, karena ia tahu betul bagaimana kekuasaan klan Archer. Beruntung, Leo melakukan test secara diam-diam, dan merasa yakin kalau tak ada anak buah Dominic yang tahu. Tanpa disadari olehnya, rumah sakit tempat dirinya melakukan test DNA itu petugasnya rata-rata anak buah lelaki yang penuh dengan kuasa.
Leo merasa keberuntungan sedang memihak padanya, karena sejak dirinya keluar dari rumah sakit sampai dengan saat ini berada di depan ruangan Alesya, tak ada yang bisa menghentikannya. Padahal, semua itu memang sudah diatur sedemikian rupa.
Brak.
“Kau!” teriak Alexy menatap bengis Leo yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangannya tanpa permisi.
“Selamat siang Nona Archer,” sapanya tersenyum nakal dan mengedipkan sebelah matanya pada Alexy.
“Ini sudah jam makan siang, kenapa kau masih tetap berada di ruangan yang memuakkan ini? Bagaimana kalau kita makan siang bersama,” tawarnya menaik-turunkan alisnya. sungguh seperti bukan Leonard yang dulu. Cinta memang bisa merubah segalanya.