Alexy semakin muak dengan semua cara Leo yang berusaha untuk kembali meluluhkan hatinya. Padahal sudah jelas sekali, dirinya enggan untuk kembali memulai, karena lukanya cukup dalam.
“Tidak! Sudahlah, jangan ganggu aku! Kau terlalu banyak bicara omong kosong! Aku muak! Sekarang, keluar dari ruanganku!” teriaknya penuh emosi. Wajah Alexy sudah memerah menahan amarah yang luar biasa terpendam di hati dan pikirannya.
“Tidka. Aku tidak akan pergi dari sini, karena aku punya kejutan untukmu, Nona Archer.”
“Aku tidak butuh apapun darimu. Apalagi kejutan yang kau maksud, Tuan!”
“Hei, kau harus mendengar kejutan dariku. Karena, ini untuk masa depan kita berdua,” sungutnya menatap Alexy tajam. Tak suka jika apa yang harus terjadi, mendadak berantakan karena hal lain.
“Cih!”
Alexy berdecih, menatap sinis sambil tersenyum kaku, memiringkan wajahnya. Sungguh, wanita itu terlihat sangat berbeda, bahkan terkesan menyeramkan walaupun hanya melihat senyumannya saja. Leo menatap tak percaya pada sosok wanita cantik yang ada di hadapannya sekarang, lelaki itu seperti melihat sosok lain pada wanita yang berhasil membuat dirinya jatuh cinta.
“Masa depan? Masa depan apa yang kau maksud? Hah? Aku tak sudi menjalani masa depan dengan lelaki tak jelas sepertimu, Tuan,” ejeknya. Wanita berkelas itu kembali tersenyum sinis menatap bengis lelaki yang membuat lukanya kembali basah karena bicara tentang masa depan.
“Jadi, sekarang lebih baik, kau enyah dari hadapanku, Tuan!” teriaknya penuh penekanan.
“Sayang, ada apa? Kenapa kau berteriak seperti itu?” tanya Dominic yang tiba-tiba datang membuat mereka berdua yang sedang tegang karena emosi pun terkejut.
“Daddy!” pekik Alexy. “Dad, usir lelaki tidak tahu diri itu! Aku muak melihat wajahnya di sini. Usir dan bawa pergi menjauh dariku!” lanjutnya penuh penekanan.
“Kau, kenapa datang kemarin? Tidak ada henti-hentinya mengganggu anak perempuanku? Mau kau itu apa?”
“Aku datang kemari karena ingin menunjukkan sebuah kebenaran, Tuan Dominic!” tegasnya menatap lekat manik tajam Dominic yang sedang menatapnya penuh intimidasi.
Leo sama sekali tak merasa takut dan gentar, ia memang bersalah di masa lalu. Tapi, kali ini datang untuk memperbaiki semuanya, maka dari itu ia berusaha membunuh semua rasa takutnya pada kekuasaan yang dimiliki oleh Dominic. Sebenarnya, ia yakin kalau tak bisa membuat pria tua itu luluh, tapi masih bisa berusaha untuk membuat wanitanya luluh.
“Kebenaran?” cicitnya menaikkan satu alisnya, menatap remeh lelaki muda yang mencabik-cabik hati anaknya itu. “Kebenaran, apa? Heum?”
“Kebenaran kalau anak yang saat ini bersama dengan Nona Archer adalah anakku juga,” tegasnya penuh penekanan.
Alexy terkejut, mulutnya tertutup rapat dan matanya melotot sempurna. Ia menggelengkan kepala, tak percaya dengan apa yang baru saja di dengar olehnya. Bagaimana bisa, Leo begitu yakin sekali kalau itu anak mereka, walaupun memang yang sebenarnya adalah anak mereka berdua.
“Aku sudah mencari tahu melalui test DNA ini.”
“Kau!” teriak Alexy menunjuk Leo, terdengar suara gigi gemeretuk, wanita itu merasa sangat marah sekali. “Lancang! Berani sekali kau melakukan semua ini!”
“Oh jelas, sudah aku katakan bukan, Nona? Semua ini demi masa depan kita, jadi aku melakukan semua ini diam-diam, tanpa sepengetahuan Nona dan juga Klan Archer. Sebab, aku tahu betul bagaimana perangai kalian yang memiliki banyak sekali kekuasaan. Betul bukan, Tuan Dominic,” ejeknya tersenyum sinis, pria tua itu menatapnya datar, tak ada senyum yang tercipta di sana.
Dominic bahkan terkesan santai dan acuh menanggapi semua perkataan Leo. Tak sedikitpun terkecoh, karena yakin kalau jalan lelaki itu untuk mendapatkan kebenaran tak semudah membalikkan telapak tangan.
“b******k! Sudah aku katakan berapa kali, kalau dia bukan anakmu!” Alexy semakin menatap bengis dan nyalang. Emosinya baik hingga ke ubun-ubun, tak peduli saat ini amarahnya sedang di tonton oleh Daddy dan juga para pengawal. “Suamiku, sudah mati,” lanjutannya menekan kata mati tepat di hadapan Leo.
Leo menatap sendu ke arah Alexy, rasanya sakit sekali mendengar pengakuan wanita itu. Bukan, bukan kata mati yang ingin didengar olehnya. Tapi, kenapa justru perkataan menyakitkan itu yang didengar olehnya. Ia datang kemari untuk memperbaiki semuanya, demi masa depan yang lebih baik. Namun, wanita cantik itu tetap pada pendirian dan keyakinannya kalau suaminya sudah mati.
“Tidak! Suamimu belum mati! Aku masih hidup!” teriak Leo lantang.
“Hei, jangan menaikkan suaramu di depan putri kesayangan!” tunjuk Dominic.
Para pengawal yang sejak tadi berada di belakang pun sigap maju, mereka berjaga-jaga untuk meringkus Leo yang dianggap sudah membuat onar.
“Usir lelaki b******k ini dari ruanganku! Aku tak sudi melihatnya!” titah Alexy pada semua pengawal yang berjaga di sana.
Mereka bergerak maju, bersiap untuk meringkus Leo namun lelaki itu bersih keras untuk bertahan agar wanitanya mau melihat hasil test DNA yang sudah dibawa olehnya.
“Tidak! Tunggu, berikan aku waktu untuk memperlihatkan padamu, Alexy!” teriaknya berapi-api.
“Cepat tarik dan buang sejauh mungkin!” bentak Alexy.
Namun, gerakan para pengawal dihentikan oleh Dominic. Pria tua itu tak ingin melewatkan drama yang cukup menyenangkan di depan mata. “Tunggu!” cegahnya.
“Dad–”
Alexy tak suka jika Dominic menghentikannya, ia ingin Leo segera enyah dari hadapan mereka semua. Makanya, merasa tak suka jika pria tua itu mencegah para pengawal.
“Tunggu, Sayang. Daddy juga ingin tahu hasil dari test DNA itu. Jika, memang benar itu anak kalian, Daddy yang akan mengalah. Tapi, jika semua tidak terbukti maka kau harus enyah dari kehidupan anakku!” ancam Dominic.
“Tapi, Daddy–”
“Daddy yakin, kalau anak itu bukan anak kalian,” jawabnya menatap lekat Alexy seakan memberikan isyarat untuk ikuti permainannya. Ya, jelas saja yakin, karena semua sudah diatur olehnya.
“Aku tahu, kau juga penasaran dengan hasilnya. Dan, aku pastikan hasilnya seratus persen anak itu adalah anakku juga.”
“Lepaskan! Biarkan lelaki bodoh ini menunjukkan kebodohannya,” titah Dominic pada para pengawal, sebenarnya Leo tak suka dianggap bodoh, tapi untuk sekarang dirinya lebih memilih untuk mengalah.
Leo sudah terlepas dari jeratan, ia melangkah maju dan saat ini berada di hadapan Alexy dan Dominic. Ia melemparkan senyuman manis, namun keduanya hanya menatap datar, sedangkan wanita itu menatap nyalang dan penuh emosi. Pria tua sendiri sudah menggenggam tangan anak perempuannya untuk menenangkan.
Leo membuka amplop dan masih tersenyum manis, hingga saat dirinya membaca isi hasil tersebut, tiba-tiba senyuman manisnya sirna. Ia membaca lagi sampai tiga kali, tak percaya dengan apa yang tercatat di sana.
Dominic, melihat ekspresi wajah lelaki muda itu pun diam-diam tersenyum sinis. Ia merasa yakin kalau Leo pasti shock dengan hasilnya, karena tak sesuai dengan harapan. Bodohnya, lelaki muda itu seakan meremehkan kekuasaan yang dimiliki olehnya. Sayang, kali ini Dominic lagi yang menang.
“Tidak!” jeritnya. “Ini tidak mungkin! Bagaimana bisa terjadi?”
“Ini pasti salah. Hasilnya pasti tertukar,” racaunya gak karuan.
Leo mengangkat wajahnya, menatap nyakah ke arah Dominic yang berwajah datar. “Kau! Kau pasti sudah menukar hasilnya, bukan!” teriaknya menunjuk Dominic.
“Kau bicara apa? Menuduh tanpa bukti? Jangan seperti lelaki pengecut, Tuan!” bentak Alexy, ia tak suka jika Dominic ditunjuk oleh lelaki b******k itu.
Alexy merampas kertas yang ada di tangan Leo, membacanya secara seksama. Ia tersenyum sinis dan menatap remeh pada lelaki itu. “Lihat, sudah aku katakan, bukan? Dia anakku dan suamiku, bukan anakmu, Tuan!”
“Ini pasti ulah kau, Tuan!” tudingnya lagi maju melangkah lebih dekat dengan Dominic.
Alexy maju, menghalangi lelaki itu agar tak melukai Dominic.
Plakkk.
Plakkk.
“Berhenti bicara omong kosong! Sekarang juga, pergi dari ruanganku! Waktumu bicara omong kosong sudah habis, jadi sesuai dengan perjanjian awal. Kau harus pergi setelah membuktikan semuanya!” geram Alexy. “Pengawal! Bawa lelaki b******k ini keluar!”
Mereka kembali melangkah maju, menarik kasar tangan Leo dan menyeretnya pergi. Lelaki itu terus berteriak minta dilepaskan, tapi tak ada yang peduli dengan teriakannya. Dominic mengajak Alexy pergi, karena tujuannya datang bukan hanya untuk menyaksikan kekecewaan lelaki bodoh itu tetapi juga untuk menjemput anaknya.
“Alexy, aku yakin kalau dia anak kita! Lexy! Ini semua pasti ada campur tangan Tuan Dominic!” teriaknya terus penuh emosi saat melihat Alexy dan Dominic keluar dari ruangan.
“Berhenti bicara omong kosong, Leo!” tegas Dominic. Ia tersenyum sinis, menatap diri Leo yang kacau. “Sudah sering aku katakan, bukan? Jangan terlalu percaya diri. Kau sudah lihat hasilnya dan sekarang jauhi Alexy. Kalau tidak hal yang tidak kau inginkan, bisa terjadi.”
Dominic dan Alexy kembali melangkah, tetapi lelaki itu tiba-tiba berhenti lalu menoleh ke belakang, menatap Leonard.
“Sampaikan, salamku kepada sahabat lamaku, Yamazaki.”
***
Ayah dan anak perempuannya itu segera pergi dari sana, kembali ke rumah untuk menenangkan pikiran. Kekacauan yang dibuat oleh Leo tadi, cukup membuat Alexy marah dan muak karena tingkahnya. Wanita itu marah dan tidak terima, karena Leo sudah bersikap lancang dengan mengambil keputusan test DNA.
“Kembali ke kamar, Daddy masih ada urusan,” titahnya. Alexy mengangguk dan meninggalkan pria tua itu yang masuk ke dalam ruang kerjanya.
Dominic menghempaskan tubuhnya ke atas sofa yang empuk, sambil memijat kepalanya yang terasa pening. Tangannya terulur mengambil amplop hasil test DNA yang asli. Ia tersenyum licik karena berhasil menukar dalam waktu yang cepat.
“Kau sudah melakukan tugasmu dengan sangat baik. Pastikan, rahasia ini aman dan jangan sampai lelaki bodoh itu tahu, kalau hasil yang tadi diterima olehnya, bukanlah yang asli.” Ucapnya dengan smirk licik di bibir pria yang sudah berumur setengah abad tapi masih terlihat sangat mempesona.
Dominic terus bicara sambil memegang amplop coklat berisi test DNA yang asli. Senyum sinis kembali mengembang saat membaca kembali hasil test DNA tersebut. Dalam surat itu, tertulis jelas hasilnya adalah seratus persen anak Alexy adalah anak Leo juga.
“Segera kembali! Sudah cukup, kau bermain hari ini, Dimitri!”