Hari Minggu pagi, Valdi sedang berenang dengan santai di kolam renang kecil di belakang rumah mereka. Nanette tidak ikut berenang karena sedang mens, jadi saat ini, Nanette bermain bersama Viona di pinggir kolam renang.
“Papa berenangnya masih lama ya, Mama?” Tanya Viona kepada Nanette.
“ Kenapa?Viona mau main , sama papa?” Tanya Nanette lagi pada gadis kecilnya.
“ Iya, Vio rindu main sama papa . Vio rindu, papa bacain cerita buat Vio. Papa jarang bacain Vio cerita lagi.” Kata Viona dengan gaya bahasa yang runtun. Untuk anak usia tiga tahun, memang Viona kalau berbicara sangat tertata, jelas dan tidak cadel seperti anak lainnya. Ini karena Nanette dan Valdi dari mulai Viona bisa ngomong, selalu berbicara padanya dengan bahasa yang jelas dan tidak latah ikut mencadelkan diri. Nanette juga bilang ke suster Lely, untuk selalu bicara benar dan tidak dicadel-cadelkan agar Viona terbiasa menyusun bahasa dengan baik dan benar.
“ Baik, nanti malam, biar papa aja yang bacain cerita buat Vio. ” Kata Nanette dengan sedih. Valdi sudah hampir dua bulan menolak, membaca cerita untuk Viona karena Valdi lagi mood swing, dia selalu takut menyakiti Viona dengan kata-katanya seperti dulu, saat dia meneriaki Viona yang hanya berlari-lari di ruang tamu. Jadi Valdi bilang ke Nanette, selama dia masih mood swing, lebih baik dia tidak dekat-dekat Viona dulu dan Nanette sudah menyetujuinya, karena Nanette pikir, itu lebih baik supaya Viona tidak takut kepada papanya. Tapi sekarang Viona sudah rindu, Viona yang ingin dibacakan cerita oleh Valdi, hati Nanette jadi terenyuh dan berharap Valdi mau mengabulkan permintaan Viona kali ini. Nanti saat mereka makan siang, Nanette akan menyampaikannya ke Valdi permintaan Viona ini.
Kenapa penyakit ini bisa begitu merubah seorang Valdi? Valdi yang dulu tidak pernah absen seharipun membacakan cerita menjelang tidur kepada Viona . Valdi yang percaya kalau dengan membacakan cerita , anak itu bisa lebih pintar dalam berbahasa dan bisa mempunyai sifat yang baik dan itu terbukti di Viona, sekarang ini, Anak perempuan mereka yang pintar, runtun berbahasa dan sangat ramah dan baik hati.
Valdi keluar dari kolam renang dan memandang kedua orang yang duduk di kursi pinggir kolam renang dengan heran. Siapa wanita dan anak kecil itu? Apakah mereka tamu-tamu mamanya? Valdi merasa dia tidak perlu menyapa mereka dan langsung berjalan masuk menuju kamarnya. Sesampainya di kamarnya, dia binggung? Kenapa lain sekali rumah ini? Ini rumah siapa? Valdi lalu menjerit kencang
“ Ma.. Mama. Mama di mana?”
Nanette yang mendengar jeritan Valdi, lari terburu-buru memasuki kamar tidur mereka dan membiarkan Viona melanjutkan permainannya bersama suster Lely.
“ Ada apa, Pa? Kenapa panggil mama? Mama tadi lagi main di samping kolam renang dengan Viona.” Kata Nanette.
Valdi melihat wanita berambut sebahu itu dengan binggung. Mengapa mamanya bisa berubah menjadi begitu muda? Apakah mamanya melakukan operasi plastic?
“ Kok mama jadi muda sekali?” Tanya Valdi.
Nanette memandang Valdi, sama binggungnya. Mengapa Valdi mengatakannya jadi muda? Apakah skin care yang baru kubeli itu benar-benar mujarab, sehingga sebulan oles aja , wajahku bisa kembali muda? Pikir Nanette sambil tersenyum senang.
“ Mama, uda sebulan pakai pelembab baru, sepertinya mujarab ya, Pa.Kata papa, mama jadi lebih muda.” Kata Nanette tersenyum.
Valdi mengangguk-anggukan kepalanya, oh ternyata wanita-wanita sekarang sangat beruntung, sampai ada obat mujarab yang bisa membuat mereka lebih kelihatan muda.
“ Papa ke mana, ma?” Tanya Valdi , mengambil handuk dan berjalan menuju kamar mandi.
Sekarang Nanette yang binggung. Otak pintarnya langsung mencerna dan hatinya langsung seperti tersilet belati. Valdi ternyata melupakan dirinya dan menganggap Nanete sebagai ibu kandungnya dan tadi dia mengajukan pertanyaan untuk mencari papa Anton.
Ya. Tuhan. Kenapa secepat ini dia melupakan diriku? Mengapa aku bukan orang terakhir yang dilupakannya, padahal aku adalah wanita yang paling dia cintai. Valdi selalu berkata, aku adalah wanita pertama dan terakhirnya. Mengapa sekarang aku menjadi wanita pertama yang dilupakan olehnya. Air matanya jatuh perlahan, mengalir di sudut-sudut matanya dan cepat-cepat di hapus ketika Valdi berbalik menatapnya dan berkata.
“ Valdo, belum pulang.Ma?”
Nanette hanya menggelengkan kepalanya. Dia teringat ajaran Lucas kepadanya.
“ Apabila Valdi tiba-tiba menginggat hal yang dulu, dan menganggapmu orang lain, kamu harus tenang dan membiarkannya melewati fase tersebut. Jangan menanyakan kepadanya, Mengapa? Dan jangan menyangkalnya. Mudah-mudahan kalau dia tenang, neuron-neuron otaknya bisa kembali menghubungkannya kembali dengan keadaannya saat ini.”
Valdi melangkah ke kamar mandi dan Nanette langsung lemas terduduk di pinggir tempat tidur. Semoga selesai mandi, semuanya bisa normal kembali. Semoga Valdi bisa segera mengingat dirinya kembali. Kalau Nanette saja dia lupakan, bagaimana mungkin, Valdi bisa mengingat Viona. Berarti hari ini, Viona akan kecewa lagi, karena Valdi pasti tidak bisa membacakan cerita menjelang tidur untuk Viona.
Nanette ingin menelepon Lucas, tapi takut Valdi bisa mendengarnya. Jadi Nanette memutuskan untuk mengamati Valdi dulu, kalau Valdi tidak membaik sampai makan siang nanti, baru Nanette akan menelepon Lucas untuk menanyakannya. Nanette sekarang sibuk berdoa, semoga saat ini, Valdi hanya melupakannya sebentar saja, bukan untuk selamanya. Semoga keluar dari kamar mandi nanti, Valdinya akan kembali menjadi seorang suami yang mencintainya dan tetap menganggap Nanette adalah belahan jiwanya, wanita pertama dan terakhirnya.
Terdengar pintu kamar mandi diputar, dan Valdi keluar dengan tenang. Memandang ke arah Nanette yang duduk di pinggir tempat tidur dengan heran.
“ Ma, keluar dulu dong. Aku mau ganti baju.”
Berarti Valdi masih melupakan diriku. Dulu, dia tidak pernah mengusirku keluar dari kamar, bila hendak mengganti bajunya. Karena seluruh tubuhnya sudah pernah kupandangi dan semuanya sudah pernah kunikmati.
Nanette, tanpa banyak bantah, berdiri dan keluar dari kamar mereka dan menutup pintu kamar dengan pelan. Lalu tangisnya pecah tak tertahankan. Segera dia berlari ke kamar mandi tamu dan mengunci pintunya lalu menangis tersedu-sedu. Aku harus kuat, aku harus tabah. Aku sudah tahu semua ini akan terjadi, hanya masalah waktu saja. Jadi aku tidak boleh lagi meneteskan air mata. Karena ada seorang Viona yang harus aku lindungi dan ada seorang Valdi yang membutuhkan dukungan dan bantuan dariku. Kata Nanette pada dirinya sendiri . Tapi meskipun kata-kata penguatan itu berulang kali dia katakan, matanya seperti tidak mematuhinya. Matanya itu tetap mengucurkan air mata dan hatinya juga ikut-ikutan tidak mematuhinya. Hati Nanette tetap seperti disembelih belati bahkan kali ini di tambah dengan kucuran air jeruk nipis yang diteteskan setetes demi setetes di guratan luka hatinya
dan membuat hatinya itu terasa diremas-remas perih. Mengapa begitu cepat keadaan Valdi memburuk? Mengapa tidak nanti saja saat Viona beranjak dewasa, baru dia lupakan kami? Seperti yang selalu aku harapkan dan aku doakan? Mengapa hanya dalam tempo tujuh bulan saja, Valdi sudah melupakan aku dan bisa menganggapku sebagai ibunya? Air mata Nanette terus mengalir,
Nanette sampai telungkup di pinggiran wastafel untuk menenangkan dirinya. Dia harus bertekad untuk menghentikan airmatanya ini dan keluar dengan tegar untuk menghadapi Viona dan memikirkan alasan apa yang harus diberikan kepada gadis kecil itu, kalau ayahnya tidak bisa lagi membacakan cerita menjelang tidur kepadanya, karena ayahnya telah melupakan mereka.
Sanggupkah Nanette mengungkapkannya? Atau alasan apa yang harus dia katakan kepada anaknya itu? Bantu aku Tuhan. Bantu aku, agar Valdi bisa kembali lagi menjadi ayah yang membacakan cerita bagi Viona, hanya hari ini saja dulu, karena tadi Viona telah memintanya. Aku ingin Viona bisa merasakan sekali lagi setelah berbulan-bulan tidak dibacakan cerita oleh Valdi. Aku ingin ketika dia memintanya, Valdi bisa mengabulkannya, setelah itu, bila Valdi melupakan mereka kembali. Nanette akan mencari cara terbaik untuk memberitahu Viona, kalau ayahnya tidak lagi bisa membacakan cerita dan Nanette yang akan mengantikan ayahnya setiap malam. Jangan hari ini Tuhan. Jangan hari ini, Valdi melupakan kami. Tolong aku, Tuhan. Tolong aku, agar hari ini , gadis kecilku yang baik hati itu tidak kecewa. Tolong aku Tuhan.Pintanya sekali lagi sebelum membuka pintu dan keluar dari kamar mandi dengan wajah yang lebih tegar.
++
Valdi keluar dari kamar setelah tidur tadi sehabis mandi. Perutnya sudah mulai keroncongan . Jam di dinding sudah menunjukkan pukul 1 siang. Aduh, aku ketiduran hampir dua jam. Di ruang makan , dia hanya melihat Nanette yang sedang duduk dan tampak serius memperhatikan I-padnya. Nanette pasti lagi membaca tugas-tugas mahasiswanya. Apa aku jadi dosen saja ya. Seperti Nanette? Tanya Valdi dalam hati. Valdi lalu berjalan perlahan menghampiri istri tercintanya dan mencium tengkuknya dengan sayang.
“ Ma, makan yuk. Papa ketiduran tadi. Mama dan Viona uda makan?” Tanya Valdi .
Hati Nanette seperti terguyur air suci, mendengar Valdi telah kembali menjadi dirinya lagi.Valdi menginggat Viona kembali dan berarti mama itu adalah panggilannya untuk Nanette, bukan untuk mama Dyna. Mata Nanette berbinar-binar, dan langsung memeluk Valdi dengan erat.
“ Viona uda makan. Mama belum. Mama , tungguin papa, biar makan bareng. Yuk! Mama siapin ya. Mama mau tumis sayur kai lan buat papa. ” Kata Nanette langsung beranjak ke dapur untuk mempersiapkan makan siang mereka.
Sambil menumis sayur kailannya. Nanette mengucapkan terimakasih kepada Tuhan, karena telah mengembalikan ingatan Valdinya. Setelah malam ini, Nanette akan ngomong ke Viona, kalau Nanette yang akan membacakan cerita untuknya menggantikan ayahnya, karena ayahnya sedang tidak sehat. Nanette yakin, gadis kecilnya itu akan mengerti dan pasti bisa menerimanya dengan baik, asalkan malam ini saja Valdi melakukannya untuk Viona karena gadis kecil itu sudah sangat merindukan kasih sayang ayahnya. Seperti Nanette yang juga sangat merindukan kasih sayang suami tercintanya.
Nanette mengambilkan nasi untuk Valdi dan langsung berkata pada suaminya itu.
“ Pa, papa bisakah membacakan cerita menjelang tidur untuk Viona? Tadi, Vio bilang, dia sudah rindu untuk dibacakan cerita oleh papa.” Kata Nanette pelan sambil menyendok nasi buat dirinya sendiri.
“ Kan, memang itu tugas papa. Papa yang setiap hari membacakan cerita untuk Viona. Malam ini, pasti papa yang akan membacakan lagi.” Kata Valdi tenang.
Nanette tahu, pasti Valdi lupa, kalau beberapa bulan ini, dia tidak pernah lagi membacakan Nanette cerita karena mood swingnya.
Nanette hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Dia tidak ingin Valdi melupakan mereka lagi. Sekarang ini, biarlah Valdi hanya lupa kalau dia tidak membacakan cerita untuk Viona, itu lebih baik daripada Valdi melupakan tentang diriku dan Viona sama sekali.
Suami istri itu sekarang berbincang ringan, menghabiskan makan siang mereka dengan tenteram,mata mereka saling menatap penuh cinta dan hati Nanette kembali berharap semoga Valdi akan seperti ini selama-lamanya atau membaik kembali, sampai Viona dewasa. Semoga Tuhan kembali mendengar doanya yang akan Nanette ucapkan terus menerus karena Nanette yakin,Tuhan tidak pernah meninggalkan orang-orang yang selalu berdoa dengan sepenuh hatinya.
Terdengar suara deringan telepon rumah dari ruang tamu. Nanette bangkit dan berjalan menuju ruang tamu untuk mengangkat telepon tersebut.
“ Hello” Kata suara berat penuh kharisma diseberang telepon.
“ Hello” Balas Nanette singkat.
“ Maaf, Kak Valdi ada? Ini adiknya, Valdo” Kata suara tersebut.
“ Oh, Valdo. Ini Kak Nanette. Kak Valdi ada. Sebentar saya panggilkan.” Kata Nanette dengan suara ramah.
Mendengar suara ramah itu, hati Valdo berpikir. Ternyata suara Nanette, istri abangnya sangat enak di dengar, sangat ramah dan tidak terdengar seperti pribadi yang sombong dan jutek layaknya wanita-wanita kaya dan manja.
“ Ya, Do. Ada apa?” Tanya Valdi langsung.
“ Uda kubilang panggil aku Val, kenapa jadi Do, lagi?”Kata Valdo kesal.
“ Kapan kamu bilang ke aku? Dari kecil , panggilan kita kan. Aku , Di. Kamu, Do. Sejak kapan berubah jadi Val?’ Tanya Valdi keheranan.
Valdo diseberang telepon terdiam dan sadar diri, pasti abangnya itu melupakan kejadian di Penang,saat Valdo mengatakan kepada Valdi dan Lucas , untuk jangan memanggilnya Do lagi.
“ Sekarang aku tidak mau lagi di panggil Do. Aku maunya Val.” Kata Valdo untuk menutupi keresahan hatinya.
“ Baik-baik adikku sayang. Mentang-mentang uda jadi pengusaha sukses, nama aja diganti supaya lebih keren. Val. Emang kamu Valentino Rossi?” Canda Valdi pada adiknya.
“ Ada apa telepon aku? Tumben, sejak punya usaha sendiri di Malaysia, kamu seperti tidak punya keluarga lagi di Indonesia.” Sambung Valdi pura-pura marah ke adiknya.
“ Aku besok ke Jakarta. Boleh nginap di rumahmu nggak?” Tanya Valdo tanpa basa-basi lagi.
“ Ngapain kamu pulang? Bukannya sangat sibuk kamu ? Kenapa nggak di rumah papa, mama saja?” Tanya Valdi.
“ Aku lagi kepingin refreshing, jadi minta asistenku yang urusin kerjaanku. Aku mau menghabiskan waktu untuk keluargaku di Jakarta. Tidak di rumah papa dan mama, karena aku ingin di rumah mu dulu, mengenal keponakanku dan kakak iparku, setelah itu baru aku gantian ke rumah mama dan papa”. Kata Valdo berbohong.
“ Oo. Ok deh. Kamu sangat boleh tinggal di rumahku. Kak Nanettemu pasti akan sangat senang ketemu adik iparnya. Jam berapa besok kamu sampai? Perlu ku jemput ke bandara nggak?” Tanya Valdi.
“ Jam 8 malam, aku tiba di Jakarta. Kamu nggak usah jemput. Lucas yang akan menjemputku.” Kata Valdo.
“ Loh, emang kenapa kamu bisa suruh Lucas jemput? Jangan merepotkannya. Dia itu sangat sibuk.” Kata Valdi
“ Kebetulan Lucas, mau mengantar mamanya ke bandara, untuk berangkat ke Penang untuk Check up. Jadi jadwalnya pas dan dia tinggal tunggu sekitar satu jam, aku sudah mendarat. Jadi tidak usah merepotkan kamu.” Kata Valdo dengan scenario yang memang sudah disusunnya bersama Lucas.
“ Ok . Baiklah kalau begitu. Aku tunggu kalian di rumah saja. Kepingin makan apa nggak? Biar ku suruh Kak Nanettemu untuk masakin. ” Tanya Valdi pada adiknya.
“ Emang,istrimu bisa masak?” Tanya Valdo terheran-heran.
“ Ihh, Kamu ini ! Istriku itu, harus kamu panggil Kak Nanette.Kak Nanette mu itu jago masak. Semua makanan kesukaan aku, sudah dia pelajari dari mama, dan rasa masakannya sama persis dengan buatan mama, sehebat itu istriku. ” Kata Valdi bangga.
Nanette yang duduk di meja makan, melanjuti makannya, tampak senang ketika mendengar suaminya memujinya.
“ Baik-baik, besok-besok aja dimasakinnya . Aku sampai rumah kalian aja, pasti uda mau jam sembilan, biar aku dan Lucas makan di PIK dulu, sekalian traktir Lucas makan sebagai ucapan terimakasih ku karena sudah bersedia jemput aku. ” Kata Valdo.
“ Okay, baiklah. Sampai jumpa besok, adikku tersayang.” Kata Valdi.
Valdo sangat sedih, ketika mendengar abangnya memanggilnya adikku tersayang, panggilan yang dari dulu selalu Valdi katakan untuk Valdo, dan ternyata tidak dilupakannya. Akankah ingatan abangnya tetap baik-baik saja seperti ini untuk selamanya? Biarkan dia lupa tentang tidak boleh lagi memanggilku Do, tetapi harus Val. Biarkan dia lupa tentang hal-hal remeh temeh dalam hidupnya, seperti lupa arah atau lupa menaruh barang, yang terpenting abang tersayangnya itu tidak melupakan orang-orang tercintanya. Tapi mungkinkah?? Tanya Valdo dalam hati sebelum menutup teleponnya dan menghela nafasnya untuk meredakan rasa sakit di hatinya.