Aslan nampak diam terpaku di kamar tidurnya. Sambil duduk bersandar di sofa, sebelah tangannya terlihat asyik mengusap dagunya yang di tumbuhi rambut-rambut kecil. Entah kenapa, sedari tadi, sejak dalam perjalanan pulang kerja hingga akhirnya sampai di rumah, Aslan kepikiran sendiri. Ucapan Dimas saat perkenalan di kantor tadi siang berhasil mengusik pikirannya. Dimas sendiri bukan orang baru bagi Aslan dan Anggia. Mereka bertiga pernah menempuh pendidikan kuliah bersama-sama. Kemudian, Aslan dan Anggia harus berpisah dengan Dimas karena pria itu mendapat beasiswa dan harus melanjutkan kuliah jenjang magisternya di Jepang. Setelah sekian lama, Aslan yang memang tengah membuka lowongan untuk mencari manager pengganti, mendapati kabar kalau salah satu pelamar adalah Dimas. Karena sudah k