Ada yang menempel tapi bukan dedemit. Ada yang lembut dan halus tapi bukan pantatt bayi. Ada yang manis tapi bukan janji palsu. Lalu apa? Jawabannya adalah bibir Aisha. Kalau boleh di deskripsikan, ya seperti itulah yang Aslan rasakan. Mana ada hangat-hangatnya juga. Sumpah demi apa pun, Aslan sampai tidak mampu lagi berkata-kata atas apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya. Entah ini masuk kategori musibah atau rezeki yang tidak terkira. Maksud hati ingin menolong, malah berakhir dengan sebuah kejutan. Mana pernah sebelumnya terbayangkan dalam benak Aslan saat dirinya hendak menangkap Aisha yang jatuh, malah tubuhnya ikutan tertarik dan parahnya menindih serta tanpa sengaja tercium tepat di bibir sang istri. Selama ini, Aslan bersusah payah menjaga jarak. Ia teramat berhati-ha