Masih dalam kehangatan malam yang mendebarkan. Bara terlihat sulit untuk melepaskan bibirnya dari Andara. Rindu, itulah satu kata yang ia rasakan hingga berat untuknya menahan keinginan. "Bara." Andara memanggil nama itu dengan suara yang manja. "Kamu ... bibir kamu." "Kenapa?" "Begitu hangat." "Saya sangat merindukan kamu dan itu membuat saya lupa diri." "Saya juga sangat merindukan kamu." "Kamu tidak berbohong?" tanya Bara seraya terus menatap mata Andara. "Apa yang kamu lakukan untuk mengusirnya?" "Mengusir? Bara, mana mungkin bisa seperti itu. Saya berusaha melakukan banyak pekerjaan di setiap waktunya. Tetapi setiap kali saya berhenti melakukannya, saya kembali memikirkan kamu. Menurut saya, rasa rindu itu seperti penyelundup yang ulung." "Benarkah?" "Iya. Lalu bagaimana de