Kharisma Bara Basil
Laki-laki berkulit coklat terang, memiliki bekas luka di dahi, hidungnya tampak mancung dengan alis tebal melengkung sempurna, matanya bening namun tajam, disanggah rahang yang tegas, tampak turun dari pesawat dan tengah melewati ruangan khusus sembari menggulung lengan bajunya yang berwarna abu-abu.
Bulu-bulu tangan yang cukup lebat terlihat jelas, hingga membuatnya tampak memiliki daya tarik tersendiri.
Selain itu, fitur maskulin jelas kental terasa, ketika menatap laki-laki bertubuh tinggi tegap dengan otot-otot yang tampak mampu mengetatkan pakaian kemeja yang ia kenakan.
Siapa pun yang memandangnya, pasti tahu betapa kokohnya pria yang satu ini.
Tidak hanya tampan dan gagah perkasa, ia juga terlahir dari keluarga kaya raya. Walaupun saat ini, ia hanya hidup sebatang kara dan sering merasa kesepian.
Selama ini, Bara fokus menuntut ilmu di sekolah bisnis Harvard yang memiliki fakultas besar dan merupakan sekolah bisnis terbaik di luar negeri.
Bara memilih kampus ini karena nama besar Harvard sebagai salah satu perguruan tinggi terbaik dunia yang juga menjadi nilai tambahnya.
Setelah cukup lama berdiam di negeri orang, Bara Basil memutuskan untuk kembali ke tanah air.
Saat ini, ia hanya memiliki satu tujuan hidup, yaitu meneruskan bisnis orangtuanya yang telah tiada.
Seluruh anggota keluarganya meninggal dunia akibat kecelakaan hebat, ketika sedang mengunjungi Bara tiga tahun yang lalu, tepatnya ketika ia memasuki semester empat.
Kecelakaan tersebut sudah mencuri papa, mama, dan adik satu-satunya milik Bara. Bukan hanya itu saja, bahkan Bara juga lupa akan dirinya sendiri.
Kini, Bara Basil seperti boneka hidup yang tidak memiliki kenangan, asa, dan rasa.
Bara sama sekali tidak mengingat dirinya dan semua tentang masa lalu di dalam kehidupannya.
Ia mengalami amnesia disosiatif yang berat dan sulit untuk disembuhkan, walau sudah melakukan berbagai jenis terapi yang telah dokter sarankan kepadanya.
Amnesia jenis ini merupakan kondisi ketika pengidap tidak mampu untuk mengingat berbagai informasi pribadi yang bahkan dinilai sangat penting dan berharga bagi dirinya.
"Tuan, maaf. Saya Jo," sapa seseorang yang sepertinya begitu mengenali Bara Basil, sembari menundukkan kepala ketika memperkenalkan dirinya.
Jonathan merupakan teman satu sekolah Bara ketika ia masih duduk di bangku SLTA. Ia adalah anak supir pribadi papanya Bara dan seluruh keluarga Jo, mengabdi pada keluarga Basil sejak dulu.
"Iya, tapi siapa kamu?" ekspresi wajah Bara terlihat heran dengan lipatan dahi yang tampak jelas. "Saya tidak bisa mengenali kamu," timpalnya, seolah curiga kepada orang asing.
"Saya mengerti, Tuan. Wajar saja, selama ini kita hanya berkomunikasi lewat telepon, tanpa menatap."
"Iya, itu benar sekali."
"Lewat sini, Tuan. Silahkan."
"Oke."
Bara masuk ke dalam mobil mewah berwarna merah di dampingi dengan Jo yang mengambil posisi duduk disampingnya. "Apa benar kamu teman satu sekolah saya dulu, Jo?"
"Iya, Tuan. Benar sekali. Jika ada yang ingin Anda tanyakan, silahkan saja, Tuan."
"Tidak. Untuk sementara waktu, saya hanya ingin tenang," jawab Bara seraya mengenakan kaca mata hitamnya yang terkesan mahal dan mampu menambahkan kharismanya.
***
Setibanya di rumah mewah berwarna putih, Bara turun bersama Jo. Ternyata di dalam kediamannya tersebut, sudah ada Maria sang sekertaris yang baru saja Jo seleksi dan pekerjakan untuk membantu Bara di kantor.
"Apa saya mengenali kamu?" tanya Bara sambil membuka kacamata hitam merk Shiels Jewellers Emerald, yang ia kenakan.
"Maaf, Tuan. Saya Maria, sekertaris Anda di kantor."
Bara menatap Jo sinis, ia tampak cukup kesal kali ini karena Jo tidak meminta izin kepadanya, bahkan Jo tidak mengatakan apa pun tentang sekertaris barunya tersebut.
"Apa itu benar, Jo?"
"Benar, Tuan."
Tanpa kembali membalas perkataan dari Maria, Bara berjalan cepat menaiki anak tangga yang sudah dilapisi karpet merah di atasnya.
Saat itu, Bara bergerak ke arah lantai dua dengan langkah kecil, namun cepat.
Melihat ekspresi yang 'tak biasa dari Bara, Jo langsung mengambil sikap untuk mengikuti langkah tuan mudanya.
Sepertinya, Jo siap untuk dikebumikan kali ini. Sebab, tatapan mata tuan muda tersebut, tampak sangat tajam dan membunuh.
"Maaf, Tuan. Di sinilah kamar Anda." Jo merasa sangat tidak nyaman dengan tatapan Bara dan ia menyadari, pasti ada sesuatu yang menyebabkan semua itu terjadi. Karena, sejak tadi, tatapan tuannya normal-normal saja.
"Ya."
"Tuan, saya mohon maaf jika melakukan kesalahan," pinta Jo yang berdiri di sisi kiri Bara. "Saya benar-benar tidak sengaja melakukannya." Jo berkata dengan kepala yang terus tertunduk.
"Apa kamu sudah bosan melayani saya? Ini baru 70 menit." Bara mengangkat jam tangannya untuk melihat waktu, kemudian ia kembali menatap Jonathan.
"Bukan begitu, Tuan. Menurut saya, ada sisi yang tidak bisa saya penuhi dan hanya seorang wanita sempurnalah yang mampu melakukannya."
"Terima kasih untuk perhatian dan kepedulian kamu terhadap saya. Tapi, jika pekerjaannya tidak sesuai dengan ekspektasi dan model kerja saya, jangan pernah berpikir untuk mempertahankannya!"
"Saya mengerti, Tuan." Lalu Jo terdiam dengan kepala yang semakin tertunduk. "Sekali lagi, mohon maaf untuk segala kekeliruan saya."
"Tinggalkan saya sendirian!"
"Baik, Tuan." Kemudian Jo menutup pintu kamar Bara, sambil menghela napas panjang.
Ternyata Jo sudah melakukan kesalahan dihari pertamanya dan ia benar-benar menyesal.
Jo menuruni anak tangga dengan langkah cepat, ia langsung menemui Maria dan mempertanyakan niatnya hingga ia begitu lancang menyambangi kediaman bos besar. Namun dengan lagak manja dan menggoda, Maria mendekati Jo.
"Maaf, saya hanya ingin mengakrabkan diri."
"Bukan begitu caranya, Maria."
"Kamu sudah memperburuk keadaan. Sekarang, pergi dari sini!"
"Tapi ... ."
"Go!" usir Jo tanpa ingin melihat, apalagi tersentuh oleh wanita tersebut. "Ya ampun, apa dia seorang p*****r dan saya sudah salah pilih sekertaris untuk tuan muda?" gumam Jo dengan suara yang samar-samar terdengar.
Sementara di dalam kamar, Bara memilih untuk membersihkan diri dan beristirahat.
Rencananya, jika tidak bisa beristirahat malam ini, Bara akan menelusuri malam hanya untuk menghilangkan perasaan 'tak nyaman di dalam hatinya.
Pukul 19.20 WIB, Bara keluar dari kamar. Dengan langkah lambat, ia menuruni anak tangga.
Di kursi ruang keluarga, ternyata masih ada Jo yang duduk dengan laptop berada tepat di hadapannya.
"Kamu belum pulang, Jo?"
"Saya sedang menunggu Anda, Tuan. Saya pikir, mungkin Anda akan membutuhkan sesuatu."
"Saya hanya ingin mencari udara segar."
"Bagaimana jika saya menemani Anda?" Jo berharap dengan cara seperti ini, atmosfer antara dirinya dan Bara kembali normal.
"Ide yang bagus," timpal Bara yang memang tidak memiliki sifat pendendam.
Jo membawa Bara berkeliling, tapi sepertinya tuan muda belum juga merasa bahagia. "Apa anda membutuhkan pijatan atau sejenis relaksasi, Tuan?"
"Boleh juga, tidak ada salahnya mencoba."
"Baik, Tuan."
Setibanya di sebuah tempat pijat yang memiliki bangunan mewah, Jo langsung memesan jasa untuk Bara.
Tak lama, seorang wanita cantik, berkulit putih, kurus tinggi, tapi berisi, datang menghampiri Bara dan menuntunnya ke sebuah ruangan khusus pijat.
Kaila, ia adalah bintangnya tempat pijat Arumi sejak tiga tahun terakhir. Jasanya bernilai paling tinggi karena ia memiliki kemampuan yang baik tentang ilmu pijat dan relaksasi, serta termasuk perayu yang ulung.
"Silahkan buka seluruh pakaian Anda, Tuan! Ini handuknya," kata Kaila dengan suara manja, sembari memberikan handuk kecil yang hanya mampu menutupi bagian sensitif milik Bara saja.
"Baik."
"Silahkan berbaring dan nikmati pijatannya!" pinta Kaila sembari menyiapkan minyak pijat terbaik. "Jika Anda ingin lebih, Anda bisa mengatakannya kepada saya!" bisik Kaila yang sudah mulai terbakar hasratnya, akibat menatap otot d**a, lengan, dan perut Bara yang begitu tegas dan mencolok.
Dengan kemben khas ahli pijat, Kaila mulai memanjakan Bara. Wanita itu juga tampaknya sengaja memancing hasrat laki-laki yang tengah menikmati pijatannya tersebut, karena Kaila sangat suka dengan bentuk tubuh atletis milik Bara.
Bagi Kaila, Banyak laki-laki yang mengunjungi tempat ini, namun semuanya sama saja.
Mereka terlihat biasa-biasa saja, sama sekali tidak terlihat menggemaskan. Berbeda dengan Bara yang sudah tampak energik dan penuh vitalitas.
Bersambung.
Hai-hai, selamat bergabung. Terdapat nama tokoh berbeda dan aku sudah merevisinya. Jadi sebelum lanjut membaca, silahkan ke pengaturan dan hapus (Cache) ya. Makasih.