Tidak seperti biasanya, jarang sekali satu keluarga bisa berkumpul setelah melaksanakan ibadah salat Isya, terutama Sahira. Ia lebih suka mendekam di kamar, sampai matanya benar – benar terpejam. Terkadang bergadang, hanya demi menghabiskan satu n****+ romansa yang dibelinya dari Gramedia atau toko buku terdekat. Tubuhnya masih lemah, Sahira memilih berbaring di atas sofa. Menikmati siaran televisi, sesekali matanya menjeling pada dua saudara lelaki dan ibunya yang duduk lesehan. " Tumben nih, anak perempuan Ibu mau ikut nimbrung." Sindir Dimas pada sang kakak." Minta dimanja – manja, masih sakit ya?" Sahira memberengut." Tidak ah, sok tahu!" Dimas terkekeh." Abis dijenguk Mas Agam, masih juga galak." Mulutnya mengunyah cemilan hangat yang dibuat Raini." Cepat nikah Mbak, biar bisa nem