Walimatul Ursy

1511 Kata
_ Surgaku, ada padamu _ Hanya percikan air dari kamar mandi yang terdengar, mungkin krannya tidak tertutup rapat. Marsih menyeret Sahira masuk ke kamar, sampai remaja itu kebingungan. " Kenapa Bude?" Tanya Sahira khawatir, sudah di dalam kamar pengantin. " Menikah dengan Mas – mu ya." Pinta Marsih memelas." Kamu dan Agam sudah dekat sebelum pernikahan. Ndak apa – apa Sa, orang juga belum banyak yang tahu siapa calon istri Agam." Kata – kata itu yang bisa tersaring jelas. Sahira menggeleng, menolak akan permintaan dari Ibunda Agam." Mbak Wilona akan datang kok Bude, jangan buru – buru mencari pengantin pengganti. Malah bingung nanti tamu undangannya." Marsih membalikkan tubuh, sesegukan." Bude bisa pastikan pernikahan Agam dan Wilona ndak ada Sahira, dia menolak menikahi Agam dan sudah kembali ke kota." " Tapi keluarga Mbak Wilona masih ada di sini, Bude. Masih bisa dibincangkan, jangan sampai Bude salah ambil keputusan. Pernikahan ini mulia, kasihan Mas Agam kalau sampai kebingungan dengan pernikahannya sendiri." Marsih hanya mampu tersenyum sedih, matanya dipenuhi air mata." Tolong Bude Sahira, kamu mencintai Agam kan? Bude bisa baca dari manik mata kamu selama di sisi dia, Bude memberi restu untukmu menjadi istri Agam." Dada Sahira berdebar, rasanya sudah campur aduk." Sekalipun Sahira mencintai Mas Agam, hanya Sahira sendiri Bude dan Mas – nya enggak, jangan menyiksa perasaan Mas, Sahira nggak mau itu." Ia masih berusaha menolak, selain Agam sudah mengetahui perihal perasaannya. Agam tidak akan bisa menerima dirinya, ada perempuan lain yang sangat dicintai." Pernikahan bukan hal main – main, mungkin Sahira bisa menerima Mas Agam sebagai seorang suami namun belum tentu mas Agam bisa menerima Sahira sebagai seorang istri." Lanjutnya pada Ibunda Agam. Tirai kamar pengantin dibuka, wajah Raini yang Sahira temui, Ibunya. Sepertinya para tamu mulai kelabakan, sebab Wilona sudah tidak ada di lokasi pernikahan dan memilih pergi. " Jadi bagaimana ini, pernikahan si Agam mau dilanjutkan atau dibatalkan saja?" Raini mengusap bahu Marsih, memberi penguatan." Tamu undangan sudah pada datang, kalau sampai dibatalkan begitu saja nama Permana yang akan jelek. Mau dipaksakan gimana lagi, si Wilona sudah balik ke kota." Sahira menelan air ludah secara kasar, ucapan Marsih bukan hanya sekedar bualan. Sepertinya cinta Wilona begitu besar pada kakak lelakinya, sampai tidak peduli akibat yang ditimbulkan dari keputusan gilanya saat ini. " Hiya." Tiba – tiba namanya dipanggil oleh sang Ibu, ia segera mengangkat kepala lalu menatap Raini tepat dihadapan. " Ya, bu?" Lirihnya, gemetaran. " Menikahlah, jadi istri Agam." Permintaan Ibunya sama persis dengan Marsih, tidak ada yang berbeda sedikit pun. " Ibu percaya pada kamu." Tarikan napasnya terdengar begitu berat, sudahlah tanpa persiapan, posisinya juga sebagai pengantin pengganti. Apa benar ia harus menerima, menjalani sebuah prosesi sakral yang melibatkan dirinya pada sang dosen. Jelas sudah, lelaki itu menolak dengan berbagai alasan. " Bude berharap besar pada kamu Sa." Marsih kembali buka suara, wajahnya menyiratkan harapan paling terbesar. Pernikahan anaknya tetap berlangsung, berjalan seperti yang sudah dipersiapkan jauh hari dan menjadi impian banyak orang. MAS DOSEN Sahira menangkap tatapan kebingungan dari Agam, ketika Master Ceremony menyampaikan sosok pengantin perempuan memasuki ruangan akad. Bahkan ia menyadari, lebih dari semenit lelaki itu tidak berkedip. Sahira salah tingkah, bukan karena terharu melainkan ketakutan yang begitu besar menyelimuti d**a. Debarannya sudah tidak beraturan, belum lagi tatapan tidak percaya dari Hamdan, teman satu kampus yang merupakan adik tiri Agam. Bukankah tadi mereka masih berbincang – bincang, membahas pernikahan juga namun sudah berbeda pula. Justru perempuan yang disukainya akan menjadi istri dari Agam. Setelah berdiskusi panjang, wajah Permana terlihat tidak bersemangat seperti saat memasuki ruangan pernikahan bersama keluarga besar. Mendadak, prosesi akad nikah bersifat privasi. Hanya orang – orang penting saja di dalamnya, Abim duduk tegak dihadapan Agam. Ya, sebagai seorang wali dari adik kandungnya untuk melepaskan sebagai seorang istri kepada musuh. Pernikahan ini masih belum sah secara Negara, masih di mata Agama saja. Selain mendadak, tidak ada persiapan sejauh yang mereka bayangkan dengan kejadian seperti ini. Terlihat jelas Agam sudah pucat pasi, ingin berontak namun tidak ada daya. Marsih mengancam melalui tatapan mata, agar tidak mempermalukan keluarga. Sampai pada akhirnya, kata – kata yang menjadi mimpi semata bagi Sahira berubah menjadi takdir nyata. " Saya terima nikahnya Sahira Asma Binti Akam Amandito dengan mas kawin seperangkat alat salat dibayar tunai." Hingga para saksi memberikan ucapan sah dari prosesi akad, Marsih menangis bahagia. Sahira bahkan tidak bisa mengeluarkan air mata, selain masih belum bisa menerima ia seperti tidak sadarkan diri. Bagaimana nasib dirinya untuk ke depan setelah menjadi istri Agam. Apakah masih baik – baik saja atau justru semakin runyam. Lantunan doa terdengar merdu, hingga nasihat – nasihat pernikahan untuk pasangan pengantin baru. Agam mendekat, seketika lutut Sahira mendadak lemas. Siap – siap saja dimaki, atau bahkan lebih dari pada itu. Ia memejamkan mata, hanya mendengar derap langkah kaki yang semakin mendekat. Kecupan dikening, membuat Sahira terpaku lama. Agamnya menciumnya, walau tidak meninggalkan rasa apa – apa dan terkesan formalitas. Ia tersenyum, tipis saja sampai perempuan itu tidak bisa melihat apapun dari mimik wajah lelaki yang sudah menyandang status sebagai seorang suami. Agam meletakkan tangannya diubun – ubun, membaca doa sebagai pasangan suami – istri. Entahlah, Sahira merasakan apa yang sedang dilakukan Agam adalah dalam bayangan sosok perempuan yang dicintai. Semua berlalu begitu cepat, sampai para undangan mulai sibuk mengabadikan prosesi akad pernikahan dan pengantin perempuannya juga sudah berbeda. Agam menggenggam tangan Sahira, tidak melepaskan sedikitpun setelah acara akad nikah berakhir. Sesekali tersenyum pada rekan – rekan kerja Yandanya. Mata Sahira berkaca – kaca, menatap sang Ibu di sebelah. Mereka akan mengambil foto keluarga, tatapan maaf dari Abim dapat ditangkap oleh Sahira. Sahira hanya tersenyum tipis, menghapus air mata lalu menunduk. " Oke, mulai ambil posisi." Kata fotografer memberi arahan." Pengantin lebih dekat ya." Katanya lagi. Agam mengusap puncak kepala Sahira, merangkulnya. Semua memamerkan senyum terbaik, berusaha bahagia walau perbincangan beberapa orang mulai terdengar. Mana mungkin tidak menjadi bahan gosipan, pengantin perempuan memilih pergi dan sebuah acara sakral yang dinantikan keluarga justru beralih pada pengantin pengganti. Resepsi tetap digelar mewah, namun Sahira sudah mengambil keputusan untuk tidak ada sanding – bersanding. Cukup saja resepsi, pengantinnya hanya akad saja. Setelah acara sungkeman berlalu, meminta doa restu diiringi isak – tangis tak henti. Sahira buru – buru masuk kamar, selain menghindar ia berusaha menenangkan diri. " Aku sendiri saja ya Bu." Ia menahan tangan Raini agar tidak ikut masuk ke kamar pengantin." Aku butuh waktu untuk menenangkan diri." Memeluk Ibunya, buru – buru menutup pintu. Berdiri di depan kaca, menatap dari ujung kepala hingga kaki. Berkali – kali memejamkan mata, menerima diri akan status barunya sebagai seorang istri. Air matanya jatuh, memikirkan bagaimana kehidupannya berlanjut. Agam memang sosok yang dicintai, namun hanya sebelah pihak tidak dengan lelaki itu. Hingga pintu berderit, sedikit terbuka dan menampilkan wajah lelaki yang menjadi beban pikiran Sahira saat ini. " Mas." Panggil Sahira tergagap, buru – buru menghapus airmata." Ada yang bisa aku bantu?" Tatapan Agam begitu tajam, mengunci pintu lalu mendekati Sahira. " Kenapa harus kamu?" Kata –kata itu menusuk gendang telinga, tangannya dicekal begitu kuat. " Sakit Mas," Sahira menarik tangannya dari genggaman Agam." Aku minta maaf, maaf sudah menjadi istrimu." " Mengapa kamu menerima penawaran rendah seperti ini? Karena kamu mencintai saya lalu ada kesempatan baik, kamu langsung menyetujui semua permintaan Ibunda tadi pagi? Pikir panjang, ini bukan seperti drama – drama Korea, Sahira Asma." Pesannya menyiratkan sebuah harapan yang tidak akan membahagiakan dari pernikahan mereka. " Aku nggak pernah minta dinikahi kamu Mas." Balas Sahira, tidak terima dikata – katai." Aku hanya membantu Ibunda kamu, kalau kamu pikir aku rendahan. Ya, aku akui. Dengan menerima permintaan Bude lalu dinilai rendahan. Tapi aku masih memikirkan perasaan Bude, mengemis meminta padaku untuk menggantikan posisi Wilona." Kata – kata yang dilontarkan pun tidak kalah menyakitkan. " Seharusnya kamu juga tidak mengorban diri sendiri untuk ada dipernikahan saya!" Sentak Agam." Saya bukan anak kecil, biar pun saya tidak menikahi Wilona, saya mempunyai sejuta alasan untuk tidak menikahi perempuan mana pun." " Kenapa kamu tidak melakukan itu!" Bentak Sahira. " Karena kamu menerima untuk saya nikahi." Desis Agam, meninggalkan kamar tanpa peduli akan perasaan Sahira. Perempuan itu hanya mampu menunduk, tangisnya jatuh lagi. Terduduk di lantai, isak tangis mulai terdengar mengisi kamar pengantin. Melihat kemarahan Agam yang diluar batas, membuat Sahira semakin ketakutan. " Yanda nggak berhak bawa – bawa Sahira dipernikahan ini!" Agam tidak terima, memarahi Permana yang sedang berdiskusi panjang dengan sang istri." Kenapa Yanda begitu mudah mengatur semua kehidupan aku!" Katanya lagi, matanya sudah memerah. " Agam," Permana mengingatkan agar suara sang anak tidak meninggi." Jaga omongan kamu." Agam berdecih sinis." Kenapa bukan anak haram ini yang menikahi Sahira!" Ia menunjuk Hamdan yang ada di sebelah Permana." Dia anak Yanda juga kan?!" PLAK! Tamparan dari Marsih membuat Agam tidak percaya, perempuan yang teramat disayangi sudah meluahkan amarahnya dengan cara yang tidak terduga. " Ibunda yang minta Sahira menikah denganmu! Ibunda yang punya kemauan, bukan Yanda kamu Agam." Kata Marsih berapi – api." Tinggikan suara ke Ibunda, jangan pada Yandamu." " Ibunda." Lirih Agam, menarik napas frustasi." Ini semua keterlaluan, maaf." Ia meninggalkan ruangan, membanting pintu hingga ruangan bergetar. Permainan apa lagi yang ada di rumah ini? TBC
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN