Membuat Onar

1252 Kata
Keesokan paginya, usai mandi dan memakai pakaian yang kasual namun sopan, Ye Xuan keluar dari rumahnya menuju ke tempat Tuan Yan. Ia tak lupa memagari rumahnya menggunakan formasi array penghalang yang tidak akan bisa dibuka orang lain selain dia. Jadi, meski dia tidak mengunci pintu dan jendela, takkan ada pencuri yang bisa masuk ke sana.   Sungguh aman dan hebat.   Berdasarkan bimbingan Fei, Ye Xuan berhasil menemukan rumah Tuan Yan. Dia hanya cukup berjalan kaki saja karena ini adalah salah satu metode penempaan tubuh yang baik pula.   Ketika tubuh Fei mulai terengah-engah, Ye Xuan lekas mengalirkan tenaga Qi (Chi) murni dia sehingga jantung dan darah Fei kembali normal dan tidak lagi terengah-engah. Ia memakan pil untuk lebih menguatkan tubuh gadis itu, kemudian melangkah masuk ke depan gerbang.   Itu adalah sebuah hunian besar sekelas mansion yang terletak di pinggir kota. Bisa dibayangkan berapa jauh Ye Xuan berjalan. Namun, bagi kultivator seperti dia, berjalan berapa kilo sekaligus merupakan hal remeh. Meski dia ingin terbang, tapi itu tidak dia lakukan atau orang-orang bisa histeris jika melihatnya. Maka, sebagai pengganti terbang, Ye Xuan melakukan jalan cepat.   Saat dia ingin mencoba lari untuk lebih mempersingkat waktu, dirinya merasa tidak nyaman. "Csk! Ternyata mempunyai d**a sebesar ini sungguh tidak nyaman jika berlari. Sekarang aku tau kerugian dari perempuan berdada besar. Susah lari. Sangat tidak nyaman dengan d**a yang bergerak kuat saat berlari. Huff..."   Ye Xuan sudah tiba di depan gerbang mansion dan langsung ditemui oleh satpam yang keluar dari bilik penjagaan.   "Nona, mau apa ke sini? Apa ada keperluan?" tanya salah satu satpam. Satpam lainnya ikut datang sambil mengamati Ye Xuan.   Ye Xuan mengenakan kaos yang ditutupi jaket dengan hoodie. Celana yang dia kenakan hanya jins biasa berwarna biru agak lusuh. Fei yang memilihkan itu. Dan kini, Ye Xuan membungkus kepalanya dengan hoodie dari jaket, membuat satpam menatap curiga ke arahnya.   "Aku ingin bertemu Tuan Yan." Ye Xuan menyebutkan nama si empu mansion.   Satpam segera meneliti Ye Xuan atau Fei dari atas sampai bawah. "Kenapa kau ingin bertemu Tuan Besar kami?"   "Tuan Besar Yan tidak bisa sembarangan ditemui, apalagi oleh bocah ingusan sepertimu. Sudah, sana pergi, jangan ganggu kami." Satpam lainnya mengusir Ye Xuan terang-terangan.   "Tapi aku memang harus bertemu Tuan Yan. Aku sudah berjanji untuk menemui Beliau jika-"   "Haaahh! Apakah telingamu bermasalah, Nona kecil? Tuan Besar Yan itu tidak sembarangan menerima tamu! Tamu Beliau biasanya mengenakan jas mahal atau kalaupun kau memang tamu Tuan Besar, kau mustinya memakai gaun dan datang menggunakan mobil mewah! Sedangkan kau..." Mata satpam itu menelusuri penampilan Ye Xuan dan mengumbar senyum jijik yang meremehkan.   Penampilan Ye Xuan saat ini memang terlalu kasual. Itu karena Fei jarang memiliki baju bagus. Bibinya sangat pelit dan hanya membelikan baju bekas dari pasar loak untuk Fei. Yang dia kenakan saat ini adalah yang paling bersih dan layak.   Tak heran Fei tumbuh menjadi orang yang rendah diri dan sangat tidak percaya diri.   Ye Xuan menghela napas. "Apakah kalian berani menanggung akibat dari Tuan Yan jika kalian mengusirku?"   Satpam langsung melotot. "Kau gadis tengik dan kumal! Berani mengancam kami, heh?!" Ia julurkan tangan untuk menampar Ye Xuan.   Tap! Tap! Tap!   Dengan tiga gerakan sederhana dan cepat, Ye Xuan sudah menekan titik-titik akupunktur satpam itu.   "Oaagghhh!" Satpam itu pun menjerit kesakitan. Ia memegangi tangannya yang dipegang Ye Xuan sebelumnya sambil terus mengaduh.   Teman satpam lainnya mendelik kejam ke Ye Xuan sambil meraih pentungan di pinggangnya. "Kau! Berani-beraninya kau melukai teman aku! Butuh kupukul berapa kali kau agar jera, heh?!"   Ye Xuan hanya melirik sekilas ke satpam yang memegang pentungan hitam. Cukup dua gerakan simpel, satpam yang memegang pentungan itu roboh ke tanah dan mengaduh kesakitan.   Satpam lain yang masih duduk di pos penjagaan segera saja menghubungi pengawal yang ada di dalam mansion untuk ikut membantu mereka.   Tak diduga, dari arah jalanan, muncul mobil mewah yang berhenti di depan pagar mansion. Salah satu jendela di belakang terbuka dan muncul kepala berwajah cantik. "Ada apa ini? Kenapa Zan dan Bon tergeletak di tanah begitu?" seru seorang wanita dari dalam mobil.   Satpam yang di dalam pos penjagaan segera berlari keluar menyambut mobil itu. "Nona Wen, ini... ini ada tamu yang sangat kurang ajar. Dia berani membuat onar di sini, Nona!" lapor si satpam pada wanita yang tadi menjulurkan kepala dari jendela mobil.   Nona Wen segera melirik ke Ye Xuan. "Dia? Dia yang membuat onar? Merobohkan Zan dan Bon?" Telunjuknya menunjuk ke Ye Xuan.   Satpam mengangguk sambil membantu rekan-rekannya, Zan dan Bon, berdiri dari tanah.   Nona Wen gusar dan keluar dari mobilnya. "Hei kau, kenapa kau bikin onar di sini? Apa kau bosan bernapas?" serunya arogan pada Ye Xuan.   "Mereka yang menginginkan begitu," jawab Ye Xuan acuh tak acuh sambil membuang pandangan, seolah-olah kecantikan Nona Wen tidak menggetarkan hatinya.   Nona Wen yang melihat sikap meremehkan dari Ye Xuan makin naik pitam. "Kau! Kau ini gadis kumal! Penjaga! Mana penjaga?!" Ia berteriak sambil mencari para penjaga yang biasanya berkeliaran di sekitar mansion.   "Saya sudah memanggil mereka, Nona." Satpam itu segera berujar.   Tak sampai satu menit, penjaga yang dicari pun berdatangan. Ada lima orang berpakaian serba hitam keluar dari gerbang mansion dan menunduk hormat ke Nona Wen.   "Kalian ini siput atau apa, hah?! Kalau sudah bosan kerja, bilang saja!" teriak Nona Wen memarahi kelima penjaga yang datang.   "Maaf, Nona atas keterlambatan kami." Salah satu penjaga menyahut.   "Lekas bereskan hama ini!" Nona Wen menunjuk ke Ye Xuan. "Dia sudah bikin onar di sini. Aku jijik melihat gadis burik seperti dia! Cih!"   Lima penjaga segera mengangguk dan bersama-sama mendekat ke Ye Xuan. Namun, hanya dalam waktu tak sampai dua menit saja, semua penjaga itu roboh sambil mengaduh. Ada yang memegangi lengan, ada yang memegangi kepala, ada yang memegangi d**a, ada yang memegangi perut, ada juga yang memegangi kaki.   Ye Xuan sama sekali tidak kesulitan menjatuhkan mereka semua. Bertarung dengan kelima penjaga itu sama saja bertarung dengan kultivator pemula di jamannya. Itu bagai orang dewasa memukuli anak 6 tahun. Terlalu mudah.   Kini Ye Xuan menatap remeh ke Nona Wen disertai senyum diagonal, membuat Nona Wen ingin meledak murka tapi sekaligus takut. Bagaimana bisa gadis remaja seperti Fei sanggup memukul jatuh para penjaga yang biasanya kuat karena sudah belajar ketrampilan bela diri sebelum diterima bekerja di mansion.   "Apakah nona ini juga ingin merasakan rebahan di tanah? Aku dengan senang hati akan mengabulkannya." Ye Xuan mengolok-olok Nona Wen.   Gerahan Nona Wen saling beradu dengan mata menyala marah. "Kau! Akan aku laporkan kau ke polisi! Kau mengganggu dan memukuli orang seenaknya!"   "Bukankah mereka terlebih dahulu ingin memukulku?" jawab Ye Xuan santai. Ia takkan sungkan dengan jenis wanita seperti Nona Wen yang arogan. "Jadi, wajar jika aku hanya melindungi diriku sendiri dan lekas membela diriku, bukan? Atau kau berharap aku hanya diam saja sembari mereka memukuliku? Bagaimana jika aku melaporkan penganiayaan itu pada polisi? Bisakah? Kau bisa terancam dipenjara, Nona."   "DIAM!" teriak Nona Wen. Rasanya dia ingin sekali merobek-robek Ye Xuan menjadi ribuan keping. Dia yang sebelumnya sudah kesal karena ditolak oleh seorang lelaki, kini dia harus diremehkan dan diledek seorang gadis yang terlihat kumal dan rendahan. Bagaimana dia tidak tambah kesal?   "Ada apa ini?" Seketika, muncul seseorang dari balik gerbang besi mansion.   "Halo, Tuan Wan." Ye Xuan tersenyum pada sosok yang baru saja datang dari mansion.   "Nona Fei!" Wajah Wan segera cerah begitu melihat Fei. Kemudian dia bingung ketika mengetahui para penjaga yang masih tergeletak memalukan di tanah. "Apa yang terjadi?"   Nona Wen terkejut mengetahui Tuan Muda Wan mengenal Fei. Ia lekas bicara, mendahului Ye Xuan. "Dia... dia membuat onar di sini, Wan. Dia memukuli satpam dan penjaga. Dia... dia gadis yang sangat berbahaya." Nadanya setengah merengek mengadukan perbuatan Ye Xuan.   Kening Tuan Muda Wan berkerut. "Benarkah itu, Nona Fei?"   Ye Xuan agak tak enak hati karena sudah melukai beberapa anak buah Tuan Yan. "Maaf, itu karena-"   "Kau hebat sekali, Nona Fei!" seru Tuan Muda Wan penuh kekaguman pada Ye Xuan.   "Eh?" Semua orang jadi linglung mendengar pujian dari Tuan Muda Wan.  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN