Karena sudah menjelang sore dan Han sudah cukup lama menjalankan mobilnya berputar-putar di kota, maka ia pun mengantarkan para gadis itu ke rumah masing-masing.
Lan mengatakan bahwa dia masih ingin turun di rumah Fei saja ketimbang diantar pulang ke rumahnya sendiri. Han tidak keberatan.
Ketika Ye Xuan akan mengucapkan alamat rumahnya, Lan menahan dan mengedipkan mata penuh makna. "Tentu saja Han sudah tau alamat rumahmu, Fei. Mana mungkin dia belum tau. Hi hi hi...!"
Ye Xuan yang tidak memahami bahasa kode dari Lan hanya bisa melongo bingung beberapa saat dan akhirnya tidak terlalu menggubris lagi.
Kalau Han sudah tau alamat rumahnya, ya baguslah, dia tak perlu repot bicara, demikian batin Ye Xuan begitu simpel.
Mobil berhenti di depan rumah bibi Fei yang kini otomatis menjadi rumah Fei. Lan turun lebih dahulu untuk memberi kesempatan bagi Han yang mungkin saja ingin bicara berdua dengan Fei.
Saat Lan berlari akan masuk ke halaman rumah Fei, dia mengaduh karena kaget serasa menabrak tembok. Ye Xuan menoleh dan lupa bahwa masih ada array penghalang yang belum dia matikan.
Geli dalam hatinya sekaligus iba pada kemalangan Lan, dia mematikan array dari jauh sehingga Lan bisa lekas masuk terlebih dahulu.
Ketika Ye Xuan akan melangkah ke rumahnya, Han menahannya dengan panggilan. Dia belum berani menyentuh tangan Fei meski ingin sekali. "Fei..."
Ye Xuan menoleh ke belakang usai menutup pintu mobil. "Ya, ada apa?" Ia menatap Han melalui kaca jendela mobil yang diturunkan Han melalui power window.
Han agak ragu sebentar, namun akhirnya dia bicara juga. "Anu... terima kasih untuk hari ini." Ia merasa wajahnya memanas. Apakah Han merona? Blushing?
Ye Xuan mengangguk enteng sambil menjawab, "Ohh... justru aku yang seharusnya berterima kasih karena sudah mengajak aku dan Lan berjalan-jalan menikmati suasana kota. Terima kasih, Han."
Han balas mengangguk meski dengan sikap canggung. Ternyata benar-benar tidak mudah jika berbicara berdua saja dengan orang yang disukai.
Ye Xuan pun balik badan dan hendak beranjak ketika Han memanggilnya lagi. "Fei..."
Pria dari jaman kuno itu terpaksa menoleh ke belakang dan memutar badan sehingga menghadap ke Han lagi seperti tadi. "Ada apa, Han?"
"Itu... tadi... maafkan kelakuan aneh kakakku. Dia... sebenarnya dia baik, kok. Cuma... kadang aneh begitu saja pada siapapun." Han seperti mencari-cari topik agar dia bisa terus bersama Fei.
"Jangan khawatir, Han. Bagiku dia bukan orang aneh. Dia menyenangkan. Kau bisa yakin itu. Aku sama sekali tidak keberatan dengan sikapnya tadi di kafe." Ye Xuan mengatakan secara tulus karena dia memang tidak merasa terganggu dengan tingkah Tian sebelumnya.
"Ahh... syukurlah kalau kau tidak keberatan, he he..." Han terkekeh, masih dengan cara canggung.
"Han?" Kini ganti Ye Xuan yang memanggil.
"Eh! Ya, Fei?" sahut Han kaget sekaligus senang.
"Apa aku sudah boleh masuk ke rumah?" Pertanyaan Ye Xuan itu serasa menyodok ulu hati Han keras-keras.
"A-ahh! Iya, boleh, kok! Boleh!" Han mengangguk-angguk bagai burung tekukur.
Ye Xuan pun balik badan siap melangkah dan terpaksa berhenti ketika Han kembali memanggilnya. Ia menahan geram dan kembali hadap ke Han dengan menghela napas.
"Besok... boleh jalan-jalan lagi denganmu?" Ternyata Han ingin menanyakan itu. "Oh! Ajak Lan pun tidak apa-apa jika Lan mau!"
Dalam hati, Han berdoa khusyuk agar Lan tidak perlu ikut di acara mereka berdua. Han, memangnya Ye Xuan sudah menyetujui?
Ye Xuan terdiam sejenak, memikirkan ini dan itu, lalu bersuara, "Yah, akan aku pertimbangkan dulu. Nanti akan aku tanyakan ke Lan. Sudah? Aku boleh masuk sekarang?"
"Iya! Iya!" gugup Han sambil mempersilahkan Ye Xuan untuk masuk ke rumah.
Ye Xuan pun mulai melangkah dan sangat berharap tidak ada panggilan dari Han di belakangnya lagi atau dia tidak akan segan-segan berteriak kesal.
Ternyata, Han diam tidak memanggil Ye Xuan lagi dan hanya terus mengamati Ye Xuan yang berjalan memunggunginya masuk ke rumah sampai akhirnya menghilang di balik pintu yang ditutup. Setelah itu, barulah Han menjalankan mobilnya dan meninggalkan tempat itu.
Di dalam rumah, Lan sudah duduk santai sambil menonton televisi. "Han sudah pergi?" tanyanya begitu melihat Ye Xuan masuk ke rumah.
"Iya, dia sudah pergi. Apa kau terlupa sesuatu untuk dikatakan padanya?" tanya Ye Xuan pada Lan yang bersikap nyaman bagai di rumah sendiri, menyelonjorkan kaki di atas sofa ruang tengah sambil mengemil jajanan yang dia bawa dari pagi tadi.
"Tidak. Tidak ada, kok." Lalu Lan menepuk sofa di sebelahnya, menandakan ia ingin Ye Xuan duduk di sana.
Ye Xuan paham dan mulai henyakkan p****t di sofa itu.
"Kau senang acara jalan-jalan hari ini, Fei?" tanya Lan sambil putar tubuh menghadap Ye Xuan. Ia sudah menyingkirkan bungkus keripik panggang yang dia bawa.
"Iya, aku senang sekali hari ini bisa jalan-jalan dan banyak tau hal-hal bagus di kota. Ternyata kota sangat ramai dan penuh dengan kereta...mesin." Ia hampir mengucapkan sesuatu yang aneh. Tentu saja di kota tadi tak ada kereta seperti dalam jaman dia dulu. Untung dia lekas menyambung dengan kata yang tepat.
"Hu-um. Aku juga senang sekali! Apalagi bertemu Kak Tian... uuffhh~" Muka Lan berubah ke mode fangirlingan. Lalu dia mendadak serius. "Sayangnya aku tak bisa makan jengkol seperti kamu! Ugh! Aku sebal sekali!" Ia teringat bagian paling membuat patah hati dirinya.
"Ahh, ya maaf kalau begitu, Lan. Lain kali aku takkan makan jengkol dia lagi jika kau sebal karena itu." Ye Xuan seperti paham bahwa Lan iri padanya dan berharap bisa seperti dia yang sanggup memakan apa yang disukai Tian.
"Bukan, bukan!" Dua tangan Lan bergoyang-goyang di depan wajahnya. "Bukan itu maksudku. Aku senang kau bisa keluar dan bersosialisasi karena selama ini kau kan seperti gadis pasungan bibimu."
Ye Xuan hanya naikkan alis sekejap dan memasang wajah biasa karena ternyata Lan tidak marah dan kesal karenanya.
"Omong-omong mengenai bibimu... aku jadi teringat sesuatu." Lan melirik penuh arti ke Ye Xuan.
Mendadak, Ye Xuan merasakan firasat tak enak. "Teringat apa, Lan?" Jantung Ye Xuan berdegup lebih cepat.
"Kau ingat preman yang kau pukuli itu?" Mata Lan memicing seolah dia sedang menginterograsi sang sahabat.
"Ya, Lan. Ada apa dengan mereka?" Dan lebih cepat lagi degupnya.
"Kalau tidak salah, mereka mengatakan sesuatu seperti kau menjebloskan Yong dan keluarganya ke penjara?"