Ide Ye Xuan Untuk Fei

1084 Kata
Di rumah, Ye Xuan duduk di bangku kamarnya sambil menatap onggokan uang seratus juta rupiah di atas meja. Dia masih saja diam memandangi tumpukan uang berwarna merah tersebut.   Tadi dia sudah bertanya ke Fei seberapa berharga uang sejumlah seratus juta rupiah itu, dan Fei menjelaskan dengan sabar.   Setelah mengetahui dari Fei, Ye Xuan kini sedang sibuk berpikir akan dia apakan uang sebanyak itu. Tadi di rumah Tuan Besar Yan, Ye Xuan hanya berpikir cepat saja bahwa tawaran uang tidak boleh ditolak. Bagaimana pun, memiliki uang itu tentu hal yang penting jika ingin tetap bertahan hidup meski sekuat apapun dirinya.   Apakah Ye Xuan perlu membeli rumah baru yang lebih layak dan lebih bisa menyerap banyak Qi alam? Di rumah bibi ini tergolong sulit untuk mengambil Qi alam karena berada di daerah bawah dan banyak polusi yang menghambat Qi alam mengalir.   Tapi, jika membeli rumah, Fei bilang uang seratus juta rupiah tidak akan cukup. Jadi, lupakan sejenak mengenai rencana membeli rumah tadi. Ia percaya pada penilaian Fei.   "Nona Fei," panggil Ye Xuan pada Fei di ruang jiwa. "Tadi Nona Wen mengatakan kau ini gadis kumal, dekil, kotor... apakah penampilan seperti itu buruk?" Ye Xuan teringat akan cemoohan yang dia terima dari Nona Wen.   "Nona Wen... tidak sepenuhnya keliru. Penampilan seperti itu memang kurang trendi, kurang menarik, dan... yah, Bibi Ru hanya membelikan aku baju bekas, jadi... memang terlihat kusam dan tidak menarik." Fei menjawab dari ruang jiwa.   "Apa?!" Ye Xuan terkejut. "Bibi jahatmu itu membelikan kau baju bekas? Benar-benar wanita yang sangat keji! Baiklah, kalau begitu, besok aku akan gunakan sedikit uang ini untuk membenahi penampilanmu!" tandas Ye Xuan berapi-api.   Ye Xuan benci sekali pada keluarga bibinya Fei yang terlalu kejam pada Fei yang malang. Gadis yatim piatu namun diperlakukan sangat buruk hanya karena sang bibi memendam iri dan cemburu pada ibu Fei. Dasar wanita culas.   Meski Fei menolak ide Ye Xuan, dia bisa apa selain membiarkan Ye Xuan melaksanakan ide tersebut.   Pertama-tama, Ye Xuan harus mengetahui dengan jelas bagaimana mode pakaian gadis jaman ini. Ia menyalakan televisi sesuai dengan bimbingan Fei dan melihat para gadis muda berpenampilan di televisi.   "Astaga! Gadis di jaman ini sungguh vulgar! Pakaian mereka... sangat pendek. Oh tidak, paha mereka terpapar begitu banyak. Oh! Dadanya! Dadanya sedikit terlihat! Ya Dewata, dia setengah telanjang!" Ye Xuan tidak henti-hentinya berseru kaget melihat penampilan para gadis masa kini.   Setelah dia mengingat-ingat, mode baju Nona Wen juga setipe dengan yang dia lihat di televisi. Ye Xuan pun mengangguk-angguk paham. "Rupanya begitu. Baiklah, aku sudah mengerti baju yang bagaimana yang akan aku beli besok."   "Tuan Ye, kumohon jangan dandani aku terlalu seronok. Aku... aku tidak begitu suka baju yang terlalu minim. Kumohon padamu." pinta Fei dari ruang jiwa, penuh memelas.   "Tapi kau akan dikatakan kumal dan buruk, Nona Fei. Aku sebagai anggota dari bangsawan Ye belum pernah dihina seperti itu sebelumnya. Kami selalu memperhatikan apa yang kami kenakan karena itu termasuk salah satu bukti status, di jamanku." Ye Xuan tidak mengada-ada. Di jaman dia, pakaian juga merupakan simbol status seseorang.   Meski Ye Xuan bukan merupakan bangsawan yang arogan, namun dia tidak pernah berpenampilan yang bisa merendahkan martabat diri dan keluarganya.   "Baiklah, aku mengerti, Tuan Ye." Fei tau tak ada gunanya berdebat dengan Ye Xuan. "Tapi... aku sangat memohon jangan memilih pakaian yang terlalu mengumbar... dadaku. Tolong pakaian yang menutupi dadaku dengan benar. Ah, dan pilih saja beberapa celana panjang atau rok panjang. Aku menyukai pakaian jenis itu."   Maka, untuk menenangkan Fei, Ye Xuan berjanji akan membeli jenis pakaian yang disukai Fei saja. Malam itu, Ye Xuan berkultivasi sejenak beberapa jam sebelum dia tidur.   Esok paginya ketika dia baru saja selesai kultivasi pagi, terdengar bunyi dering dari ponsel di atas mejanya. Ye Xuan mengernyitkan kening. Ada nama Lantika di layar ponsel.   Fei memberitau Ye Xuan itu adalah Lan, sahabat satu-satunya Fei sejak SMP. Kebetulan mereka satu SMA pula.   Ye Xuan menerima panggilan dari Lan sesuai arahan Fei. "Halo?" Dia bahkan mengucapkan salam seperti yang Fei suruh.   "Fei! Aku kangen!" teriak Lan di seberang sana.   "Hah?!" Ye Xuan terkejut. Kangen? Kenapa sesama perempuan bisa merasakan kangen? Ia belum sepenuhnya paham cara bergaul di jaman ini.   "Fei, nanti aku akan ke situ. Kau jangan kemana-mana, yah! Eh, kalau aku ke sana, bibimu takkan marah seperti biasanya, kan? Aku janji akan bawakan jajanan yang dia suka, huh dasar bibi sialan kamu itu, merepotkan saja!" Lan berucap riang tanpa bisa diputus.   "Um.." Ye Xuan bingung harus menjawab apa.   "Oke, Fei! Dua jam lagi aku sampai! Aku akan ke toko roti dulu untuk beli sogokan untuk bibi sialanmu itu agar tidak selalu mengomeliku jika aku datang. Bye, Fei!" Lalu telepon pun disudahi.   Ye Xuan memandangi ponsel yang mulai padam tanda sudah dimatikan dari seberang. "Gadis yang aneh. Tsk."   Dua jam lebih sedikit, Lan benar-benar datang. Dia adalah gadis remaja bertubuh mungil dan kecil, namun penuh semangat serta vitalitas hidup. Lan berkaca mata, namun penampilannya tergolong trendi, tidak seperti gadis berkaca mata yang biasanya dianggap kaku dan nerd.   Meski wajah Lan biasa-biasa saja, namun gadis itu terlihat percaya diri dan nyaman dengan penampilannya, tidak seperti Fei yang pemalu dan rendah diri meski cantik.   Memasuki rumah bibi, Lan heran, "Bibimu mana? Tumben rumah sepi begini?" Lan celingukan memandang sekeliling rumah. Dia memang sangat jarang menemukan rumah bibi Fei begitu sunyi hanya ada Fei seorang saja di dalam rumah.   "O-ohh... Bibi dan yang lainnya sedang berlibur." Ye Xuan asal saja menjawab. Ia mempersilahkan Lan masuk ke dalam ruang tengah.   "Tumben sekali mereka pergi berlibur. Dan kau disuruh jaga rumah? Cih! Dasar orang pelit! Jahat sekali tidak sekalian mengajakmu berlibur, malah memperlakukan kau seperti anjing penjaga rumah saja!" Lan bersungut-sungut. Namun, kemudian dia surut, "Aduh, Fei, maaf, aku malah mengatai kamu seperti anjing penjaga rumah. Maaf, yah!" Lan memeluk Ye Xuan yang berada di tubuh Fei.   Tinggi mereka lumayan berbeda. Ketika Lan memeluk tubuh Fei, kepala mungil Lan hanya sampai di d**a Fei. Ye Xuan jadi berdebar-debar. Ini adalah pertama kalinya dia dipeluk seorang gadis.   Dengan canggung, Ye Xuan melepaskan pelukan Lan dan menepuk-nepuk kepala warna ungu tua Lan. Gadis itu mewarnai rambutnya dengan warna ungu, terlihat trendi.   "A-ahaha... tidak perlu minta maaf, Lan. Aku toh sudah biasa ditinggal jika mereka sedang berlibur. Dan aku justru suka sendiri begini di rumah." Ye Xuan mencari alasan.   "Benar juga! Yah, semoga mereka lama berliburnya dan kau bisa santai sepanjang hari, tidak perlu melakukan ini itu pekerjaan rumah dan tidak perlu mendengar omelan bibi bawelmu itu. Oh! Aku bawa roti tart! Nanti kita makan bersama, oke?!" Lan mengacungkan bungkusan karton di tangannya.   Ye Xuan mengangguk. "Lan, bisa minta tolong?"   "Ya?" Lan sedang menaruh kotak tart di atas meja ruang tengah.   "Bantu aku memilih baju di toko."   Lan membelalakkan matanya demi mendengar permintaan dari Ye Xuan yang sedang berada di tubuh sahabatnya. "Akhirnya kau mau juga membeli baju!"  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN