Ye Xuan sama sekali tidak merasa dirinya jahat telah bermain muslihat yang berdampak serius pada keluarga bibinya Fei. Keluarga sang bibi telah bermain-main dengan kehidupan Fei yang yatim piatu. Mereka bukannya iba dan mengasihi gadis itu, justru melakukan banyak perbuatan buruk.
Ye Xuan tidak akan mengampuni mereka. Jika memang Fei tidak mengijinkan Ye Xuan membunuh mereka, maka biarlah pria jaman dahulu yang melintasi ruang dan waktu itu tidak akan menahan diri untuk memberi pelajaran pada mereka bertiga.
Pelajaran yang pasti berat untuk ketiganya.
Di kantor polisi, Ye Xuan bersikap seolah dia korban yang lemah dan menyedihkan. Dia dulunya bukan orang yang suka bermain trik dan peran, namun demi Fei, dia akan mencoba sesuatu yang sangat baru baginya.
Ada polisi yang duduk di depan Bibi Ru, sedangkan polisi lain masing-masing memeriksa dan menginterograsi Paman San dan juga Yong.
Bibi Ru tegas mengatakan bahwa dia sama sekali tidak pernah memperlakukan Fei dengan buruk. Dia terus saja berteriak dan mengocehkan kemarahannya, bahwa mereka dibawa paksa atas dasar dakwaan yang keliru.
"Nyonya, jika memang kau tidak melakukan tindakan kekerasan pada keponakan Anda, apakah itu dilakukan oleh suami Anda? Atau mungkin oleh anak Anda? Bisa jelaskan apa saja kegiatan kalian sehari-hari bersama Nona Fei?" Polisi di depan Bibi Ru menanya sembari tangannya bersiap mengetik di komputer di depannya.
"Sudah kukatakan berulang kali, bukan? Ini sebuah kesalahpahaman! Mungkin saja Fei mendapatkan luka itu di luar bersama teman-temannya. Aiyaa... apakah aku harus mengatakan keburukan keponakanku pada kalian?" Suara Bibi Ru melemah setengah berbisik.
"Katakan saja apa adanya pada saya, Nyonya. Kami akan memeriksa semuanya secara gamblang dan jelas, tanpa ada yang perlu ditutupi." Polisi itu memajukan tubuhnya, seolah-olah memancing Bibi Ru untuk mengungkap apapun.
"Ehem! Pak Polisi... untuk kau tau saja... sebenarnya ini sungguh tidak enak jika aku ungkapkan. Aku sangat menyayangi keponakanku dan ini... ini aib dia..." Suara Bibi Ru kian lirih sembari wajah jahatnya berekspresi luar biasa bagai dia sedang akan mengungkapkan rahasia negara lain yang sangat penting.
"Apa itu? Katakan saja jika itu memang bisa meringankan Anda."
"Kau harus tau, Pak Polisi... keponakanku... dia... agak kurang di sini..." Bibi Ru menunjuk ke kepalanya. Pak Polisi berlagak menggut-manggut paham yang dimaksud Bibi Ru. "Dan satu lagi, Pak Polisi... karena keponakanku yang begitu... dia... dia kadang bersikap aneh dan berlebihan. Dia suka pergi seenaknya dengan lelaki sembarangan dan kami terkadang tidak mengetahui itu."
Ye Xuan yang memiliki pendengaran yang baik dengan mengoptimalkan energi Qi pun rasanya ingin meledak marah mendengar ucapan berbisa dari Bibi Ru. Tapi dia tidak mungkin memukul sang bibi di sini. Ia harus berlagak bagaikan gadis lemah.
"Bibi, Bibi... aku mendengar ucapan jahat Bibi!" Ye Xuan mendekat ke meja interograsi sang bibi dengan mimik muka tak terima namun dengan wajah polos dan menggemaskan. "Bibi, aku tidak gila, dan aku tidak pernah keluar dengan lelaki manapun selama tinggal bersama kalian. Bibi, kau bohong."
Bibi Ru sudah mendelik lebar ke arah sang keponakan, mulutnya sampai ternganga seakan dia korban fitnah keponakannya, bukan sebaliknya. "Apa kau bilang? Kau menyebut aku jahat? Apa kurang kupukul kau, hah?!" teriak Bibi Ru yang langsung membuat banyak orang di ruangan itu menoleh kaget ke arahnya.
Bibi Ru segera tersadar dan menutup mulutnya dan memaksakan seulas senyum tertoreh di wajahnya.
"Nah! Nah! Lihat! Bibi sudah mengaku pernah memukuli aku!" Ye Xuan cepat menyambar kesempatan ini. "Bibi, ceritakan di mana dan kapan saja kau memukul aku!"
Paman San dan Yong mendelik tak percaya. Meja interograsi mereka bersebelahan.
"Itu... pertama aku memukulmu saat seminggu kau datang ke rumahku. Aku benci ibumu sejak dulu. Aku selalu saja dibanding-bandingkan dengan ibumu! Dia selalu menjadi kesayangan Mama dan Papa. Semua yang baik selalu untuknya! Teman-temanku juga semuanya menyukai dia! Aku benci dia! Dan kebetulan sekali kau datang ke rumahku, ha ha ha! Itu salahmu karena kau anak dari jal*ang itu!" Bibi Ru berteriak bagai orang gila yang sedang bersemangat.
"Mama..." Yong sampai bingung harus berkata apa.
"Istriku... kenapa kau..." Paman San sampai tidak percaya apakah itu benar istrinya? Atau sesuatu sedang merasuki sang istri?
Polisi yang menginterograsi Bibi Ru segera mengetik apapun yang disemburkan Bibi Ru.
"Apa kau, lelaki tak berguna?!" bentak Bibi Ru ke suaminya, Paman San. "Kau lelaki payah dan c***l! Kau pikir aku tidak tau kau beberapa kali melecehkan Fei, hah?!" Dia melotot gahar ke sang suami yang terpana.
"Ru, bagaimana kau bisa... aiyaa... tentu saja aku akan memilih Fei ketimbang kau yang sudah gendut, jelek, dan bahkan bau. Kupikir dulu kau sangat cantik dan menarik, makanya aku rela kau bujuk untuk menikahimu. Ternyata aku salah! Kau jauh dari impianku! Jangan salahkan aku jika aku lebih suka membelai Fei yang manis daripada kau!" Paman San yang sedianya akan memprotes dan menyangkal tuduhan sang istri, kini justru dia menyemburkan apa yang seharusnya dia simpan rapat-rapat.
"Papa... kau ini sedang apa, Pa? Kenapa bicara-" Yong, si anak hanya bisa termangu melihat kedua orang tuanya malah membeberkan dosa dan keluh kesah masing-masing.
"Kau anak b******k!" sembur Paman San. "Kau juga ikut menikmati tubuh Fei berulang kali! Bahkan kita sering melakukan bersama-sama, kan?!"
Yong melongo lebar mendengar pengakuan sang ayah. Para polisi di sana juga ikut melongo tak percaya. Dua ayah dan anak itu bersama-sama melakukan pelecehan pada Fei?! Dunia macam apa ini?! Apa mereka bukan manusia? Apa mereka jelmaan iblis laknat?
"Papa! Aku tidak-aiyoo... Papa! Kau ini kan sudah tua bangka. Kenapa masih harus bersaing denganku untuk menikmati tubuh indah Fei?! Jatahmu itu adalah Mama, maka seharusnya dia saja yang harusnya memuaskan napsu gilamu, Pa! Fei lebih pantas untukku! Bahkan dia pernah hamil anakku, ya kan?" Suara Yong tidak kalah lantangnya dengan Bibi Ru dan Paman San.
"Apa kau yakin itu benar-benar anakmu, heh bocah tengik?!" Paman San berkobar tidak terima dikata tua bangka oleh anak sendiri.
"Tentu saja itu anakku! Kau sudah sebulan lebih tidak menyentuh Fei waktu itu karena Mama terus mengawasimu. Makanya hampir tiap malam, aku lebih leluasa masuk ke kamar Fei dan memperkosa dia! Kau tau, Pa? Lebih nikmat jika menikmati Fei sendiri saja!" Yong makin menjadi-jadi.
"Untung saja aku sudah gugurkan janin laknat itu!" Bibi Ru menjerit puas. "Coba bayangkan jika orok itu lahir... hanya akan membuatku malu dan akan merepotkan aku saja!"
Para Polisi melongo menyaksikan perdebatan drama keluarga yang nyata di depan hidung mereka. Ini bukan sinetron, bukan pula acara variety show televisi yang akhir-akhir ini semarak menayangkan mengenai pertengkaran keluarga.
Ini sungguh kejadian nyata di depan mereka!
Tak butuh waktu lama untuk akhirnya menggelandang ketiga orang itu ke dalam sel dan akan memproses semuanya bulan depan di pengadilan. Mereka sudah merekam semua pengakuan dari ketiga orang yang bagai kesurupan.
Seorang polwan mengelus lengan Ye Xuan yang bertubuh Fei seakan sedang berusaha menguatkan gadis itu. Ye Xuan tersenyum masam dan tertunduk, menyebabkan banyak polisi bersimpati penuh padanya.
Dua orang polwan pun mengantarkan Ye Xuan pulang ke rumah sang bibi. "Apakah kau akan baik-baik saja tinggal sendirian di sini?" tanya salah satu polwan ketika mereka akan kembali ke markas dan meninggalkan Ye Xuan di sana.
Ye Xuan mengangguk. "Aku akan baik-baik saja, dan justru ini hal yang baik untukku. Aku... aku akhirnya bisa lolos dari kekejian mereka." Ia tersenyum memelas.
Polwan satunya menepuk-nepuk ringan bahu Ye Xuan. "Jangan khawatir, kami akan berikan keadilan untukmu, dan kau bisa tenang hidup di sini mulai sekarang. Kalau ada apa-apa, kau harus melaporkan ke kami, oke?"
Ye Xuan mengangguk dan membiarkan dua polwan itu meninggalkan tempat tersebut.
"Tuan Ye," sapa Fei di dalam ruang jiwa. "Sebenarnya apa yang terjadi tadi? Kenapa mereka bisa mengakui semua perbuatan mereka dengan sangat gamblang?"
"He he... jangan remehkan ilmu alkemi aku, Nona Fei." Ye Xuan menyeringai sembari masuk ke dalam rumah.