Raisa berjalan lesu ke arah ruangannya, meski makeup nya sudah kembali rapi dan tidak ada jejak lagi, Raisa masih merasa lemas, belum lagi dia yang belum sarapan membuat tenaganya seperti habis terkuras padahal yang dia lakukan hanya menangis selama setengah jam di dalam toilet. Matanya dan hidungnya masih merah, meski ia samarkan lewat kaca mata baca yang sengaja ia kenakan, juga make up yang dia buat agak tebal. Raisa menggerakan tangannya untuk menyalakan laptopnya dan mulai bekerja, hingga saat Rendi datang, Raisa menyempatkan untuk berdiri dan menunduk hormat. Rendi memasuki ruangannya bahkan tanpa menoleh, dan Raisa menghela nafas lega, setidaknya rencananya membuat Rendi menjauh mungkin sudah berhasil, meski kini resikonya dia menyakiti Brian, mengingat itu kepala Raisa berdenyut