Bab 14: Kekasihku

1252 Kata
"Kamu berbohong agar aku gak mengganggumu lagi bukan?" jelas Rendi tidak percaya dengan perkataan Raisa. Raisa mengeryit tak suka melihat ekspresi Rendi, Rendi benar. Raisa hanya berbohong, tapi tidak mungkin kan Raisa mengiyakan "Terserah, kalau anda gak percaya, lagi pula sebuah hubungan gak harus di pamerkan." Raisa melipat tangannya di d**a, sekarang bagaimana caranya Raisa membuktikan kalau dia benar- benar memiliki pacar. Karena jelas Rendi tidak akan berhenti sampai disini. Haruskah dia menyewa pacar bohongan? Tiba di kantor Raisa turun dengan segera, dia bahkan menghiraukan kesopanan dengan mendahului Direkturnya. Memasuki lift dengan kesal dan menekan tombol, Raisa bahkan tak menyadari jika Brian ada di dalamnya. Dahi Brian mengeryit saat melihat raut wajah kesal dari Raisa, tak lama kemudian masuk Rendi, Direktur baru. Tak seperti Raisa yang tak menyadari kehadiran Brian, Rendi langsung menyapa Brian. "Hai, Bri ..." Mendengar nama yang tak asing barulah Raisa menoleh dan tertegun saat menemukan Brian. "Siang, Pak," sapa Brian sopan. Rendi terkekeh dan seolah puas memperhatikan wajah dan penampilan Brian, Rendi berbalik dan memperhatikan wajah Raisa. "Aku udah pesen online, nanti makan siang di ruanganku ya?!" Raisa menunduk lalu melihat wajah Brian dengan ujung matanya. Pria itu menatapnya tajam dengan raut wajah yang tak bisa Raisa artikan, dan yang pasti dia terlihat marah. Raisa menelan ludahnya kasar lalu berkata "Saya, sudah punya janji, Pak. Maaf." Rendi menghela nafasnya lelah, Raisa cukup kukuh juga ternyata, tapi jangan harap dia menyerah begitu saja. Rendi akan buktikan kalau dia tidak main- main menginginkan Raisa kembali. Rendi akui dulu dia bersalah, dan Rendi menyadari bahkan sejak dia tak lagi bersama Raisa, Rendi menyesal karena sudah menyakiti wanita di sebelahnya ini. Tentu saja wanita, sebab dia sendiri yang sudah merenggut kegadisan dari Raisa. Mengingat dia dulu yang pertama membuat Rendi tersenyum bangga. Jadi dengan tekad yang kuat Rendi akan kembali membuat Raisa menjadi miliknya. Brian berdehem saat melihat tatapan Rendi yang tak lepas dari Raisa, sungguh! apa yang di lakukan Rendi membakar hatinya. Rendi Sialan! Apa sebenarnya hubungan keduanya, apa mereka mantan kekasih? Ah tentu saja mengingat tulisan di buket bunga yang kemarin Raisa buang. Apa Rendi berusaha membuat Raisa agar kembali? Makanya dia merayu Raisa. Tatapan Brian kembali pada Raisa, lalu mengingat perkataan Raisa tempo hari tentang dia wanita matre dan hanya ingin pria kaya. Lalu kenapa tidak menerima Rendi kembali saja, bukankah pria itu cukup kaya, mengingat jabatannya saja sebagai Direktur. Pintu lift terbuka, Raisa dan Rendi pun keluar dari dalamnya, kini tersisa Brian saja yang hingga pintu lift kembali tertutup matanya tetap menatap ke arah Raisa. Raisa sendiri mencoba tak acuh, namun kenapa tubuhnya justru tak menurutinya hingga Raisa menoleh dan melihat ke arah Brian sebelum pintu lift benar- benar tertutup, dan melihat raut wajah pria itu masih seperti tadi. ***** Randi benar- benar tak menyerah, dan terus mengejar Raisa, hingga Raisa benar- benar muak dan marah. "Kalau begitu, tunjukan padaku, dimana kekasihmu, perkenalkan dia padaku, baru aku percaya." Raisa menghela nafasnya kesal, dia sungguh jengkel. Saat ini mereka ada di parkiran sebab Rendi menariknya paksa dan berkata akan mengantarnya pulang. Raisa mengedarkan pandangannya hingga tatapannya jatuh pada Brian yang baru saja mengenakan helmnya. "Kamu mau tahu kan, pacarku?" Raisa kembali menatap Rendi. "Ya, tentu saja." tatapan Rendi mengikuti kemana Raisa pergi hingga dia tiba di depan Brian. Rendi tak bisa tak mengerutkan keningnya saat Raisa menarik Brian mendekat dan berdiri tepat di depannya. "Perkenalkan ini Brian kekasihku." bukan hanya Rendi yang terperangah, Brian juga. Tadi saat Brian baru mengenakan helmnya Raisa menarik tangannya dan mengatakan "Tolong aku, please." Brian tak mengerti hingga Raisa membawanya ke hadapan Rendi. Jadi dia sedang di manfaatkan? Brian menatap datar ke arah Raisa yang meringis sambil menggigit bibirnya. "Kamu bercanda, dia?" tunjuk Rendi pada Brian. Brian menaikan alisnya "Memang kenapa denganku?" Rendi menghela nafasnya "Ayolah Sa, kalau mau berbohong, berbohong yang totalitas agar aku percaya, tapi ini Brian? OB?" Raisa mengerjapkan matanya, tangannya yang menggenggam Brian mengerat. " "Kenapa memangnya dengan OB? OB juga pekerjaan halal, lagian cinta gak memandang status kan?" Brian melihat ke arah tangannya, beberapa hari lalu Raisa bilang jika dia wanita matre yang ingin pria beruang, lalu sekarang dia bilang OB juga tidak masalah? Mengetahui jika dia sedang di permainkan, Brian melepas tangan Raisa yang menggenggamnya. Raisa tertegun saat Brian menghempaskan tangannya. "Pak Rendi benar, kalau mau bohong ya harus total, biar di percaya." Brian menyeringai "Ayolah Mbak, aku memang suka Mbak sejak awal dan mengejar Mbak. Tapi bukan berarti Mbak bisa mempermainkan aku seenaknya, Mbak kira aku gak punya perasaan?" Raisa menelan ludahnya kasar, Brian benar. Dia sudah mempermainkan Brian. Tapi, dia tak punya pilihan lain selain Brian, karena jelas dengan pria lain, ketakutannya akan segera muncul. "Brian." ucapnya dengan tercekat. Rendi terkekeh "Bener kan Sa, kamu berbohong, jadi gak ada alasan lagi buat kamu menolak aku, izinkan aku mengejar dan kembali sama kamu." Brian mencebik lalu menatap Rendi tak kalah tajam "Siapa bilang? Mbak Raisa ini pacarku! Pak Rendi ini, kenapa bicara begitu?" Rendi tertegun "Loh, bukannya-" "Saya memang bilang yang sebenarnya kalau saya menyukai Mbak Raisa sejak awal, dan Mbak Raisa memang menolak saya ..." Raisa tak bisa berkata- kata mendengar ucapan Brian, sekarang dia hanya bisa pasrah semoga Rendi tak mengganggunya lagi. Meski mungkin tidak sekarang, karena sudah di pastikan kebohongannya gagal, lihatlah Brian yang menyangkal. Tapi, Brian tidak bersalah. Sebab dia memang mempermainkan pria itu, menolaknya, lalu tanpa perasaan menarik dan mengatakan kalau dia kekasihnya. Hingga ucapan dari Brian selanjutnya membuat Raisa terpaku "Tapi, syukurlah penantianku akhirnya berbuah manis, akhirnya kamu menjadi kekasihku." Raisa masih belum tersadar hingga Brian menarik dan memeluk pinggangnya. "Kamu bercanda Brian?" Rendi masih menahan kekesalannya. "Kami memang berpacaran Pak. Tapi karena kesalah pahaman kami memang sedang bertengkar," kata Brian lagi. Mata Raisa masih menatap Brian, tak menyangka Brian mau menolongnya. Rendi menggeleng "Gak, aku masih gak percaya, kalian pasti bersekongkol untuk berbohong kan?" Rendi masih menyangkal, bagaimana bisa Brian dan Raisa berpacaran, sedangkan Brian ... Rendi terperangah saat Raisa berjinjit dan mencium bibir Brian, sial! Apakah mereka benar- benar pasangan? "Apa itu cukup untuk membuktikan?" Raisa bicara dengan tenang, berharap Rendi percaya dengan usaha terakhirnya "Maaf sudah berlaku tidak sopan di depan anda." "Sial." Rendi mengumpat kesal lalu pergi dari sana, meninggalkan Raisa yang berdiri canggung juga Brian yang masih terpaku. Apa yang baru saja terjadi membuat Brian yang tak siap menjadi seperti orang bodoh. Raisa menelan ludahnya kasar lalu menatap penuh permohonan pada Brian. "Brian maaf, karena sudah melibatkan kamu. Tapi, terimakasih atas-" ucapan Raisa terhenti saat merasakan tangan Brian yang berada di pinggangnya mengerat. "Apa maksud kamu?" Raisa tercekat bagaimana pun dia pasti menyakiti Brian "Ka-kamu tahu maksudku ... Mengatakan itu di- depan Pak Rendi." Brian terkekeh "Kamu salah Raisa ..." Raisa merasakan bulu kuduknya meremang saat wajah Brian mendekat dengan seringaian di bibirnya. "Aku tidak melakukannya suka rela, dan asal kamu tahu. Setelah ini kamu benar- benar menjadi milikku." Raisa tertegun, perkataan Brian yang tegas dan berbeda dari biasanya ini membuat Raisa merasakan getaran cukup kuat di hatinya. "Brian, maafkan aku, ta-pi." "Kamu menciumku, Raisa?" "Aku melakukannya karena terpaksa." Brian mendengus "Kamu pikir aku akan diam saat di permainkan." "Maaf, Brian aku sungguh-" "Tidak ada maaf lagi Raisa, mulai sekarang kamu milikku, dan aku kekasihmu." Raisa akan kembali bicara namun bibirnya terbungkam oleh bibir Brian. Pria itu menciumnya ... Jika tadi Raisa hanya menempelkan bibirnya, kali ini Brian benar- benar menciumnya, pria itu bahkan memberikan lumatan kecil di bibir bawahnya. "Balasan untuk ciuman kamu," ucapnya setelah melepas bibir Raisa. Raisa tertegun, ada yang aneh dengan dirinya ... Dan setelah ini akan lebih sulit menolak Brian. ****
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN