PRIA ANEH

1104 Kata
      Seorang pria berambut hitam baru saja turun dari kapalnya, ia berjalan dengan santai dan menghirup aroma daratan yang lama tidak ia cium. Matanya beriris semerah darah, kulitnya putih pucat. Pakaian pria itu terlihat seperti seorang bangsawan, beberapa orang wanita mengekor di belakangnya dan membawa beberapa kotak kecil.     Pria itu kembali tersenyum, aroma harum tercium dan membuatnya merasa lapar sekarang. Ia terus berjalan meniti panti berlantai kayu menuju daratan, dan mengamati sekitar. Ada yang menarik, dan ia ingin segera mendapatkan makanan itu sekarang.    "Kalian bisa pergi lebih dulu, aku ingin mencari sesuatu yang menarik." Pria itu berhenti melangkah, merasakan embusan angin dan menghirup aroma asing itu sedalam mungkin.     "Maaf, Yang Mulia. Tetapi kita harus segera menghadap Kaisar," ujar salah satu pelayan wanita yang kini menunduk takut. Ia hanya mengingatkan, ada pertemuan yang lebih penting untuk dihadiri sekarang.    "Aku tak akan lama." Pria itu segera menghilang, tidak ada sisa dari kehadirannya.     Bagi orang biasa itu menakutkan, tetapi tidak bagi mereka yang tahu siapa pria itu.    "Sebaiknya kita cepat." Suara salah satu dari wanita tadi terdengar agak keras, ia segera melangkah diikuti wanita lainnya.    Di lain tempat pria itu kembali muncul, matanya menatap orang-orang yang terlihat memperhatikan sesuatu. Ia mulai tertarik, tetapi tidak berniat untuk melanjutkan langkah.     Matanya mengawasi dan tanpa sengaja melihat seorang gadis cantik dengan iris mata emerald yang begitu unik. Kulit gadis itu putih, terlihat begitu halus dan lembut. Rambut hitam gadis itu di kepang, wajahnya terlihat begitu berbeda dari orang-orang di daratan itu pada umumnya.    "Cantik." Tanpa sadar kalimat itu keluar dari bibirnya. Pria itu melangkah lebih dekat lalu berdiri di tengah orang-orang yang masih setia berbisik.    "Siapa gadis asing itu?" tanya pria tadi.    Orang-orang yang sedang ramai mengalihkan perhatian. Mereka segera membungkuk, memberi penghormatan kepada pria tersebut.    "Berdiri tegak, dan segera pergi!" titah pria itu.    Orang-orang tersebut segera pergi, mereka tak ingin membahayakan nyawa untuk sekarang. Meski pun masih begitu penasaran, tetapi mereka lebih takut jika rasa penasaran itu membawa kematian untuk mereka sendiri.    "Gadis kecil, siapa kau?" tanya pria itu. Kakinya melangkah ke arah pantai, mengamati wajah kaget gadis manis di hadapannya.    "Kenapa kau menatapku begitu?" tanya sang gadis.    "Karena kau begitu cantik dan menarik."    "Pria aneh," ujar sang gadis dan berlalu pergi. Ia harus segera menemukan cara untuk kembali, ia akan kembali tidur dan berharap sudah berada di kamar hangatnya. Gadis itu bahkan tak sadar jika pakaian yang ia kenakan begitu terbuka, gaun berwarna hitam tanpa lengan. Memamerkan bagian belakangnya yang terlihat begitu putih dan menggiurkan, gaun itu di hiasi rantai-rantai kecil berwarna silver, sedangkan untuk bagian depan memamerkan buah dadanya yang terlihat padat berisi.    Tetapi belum sempat ia menjauh, pria aneh itu kini menggenggam tangannya. Terasa begitu dingin, bahkan ia segera menghempaskan tangannya agar genggaman itu terlepas.    Namun sialnya genggaman itu tidak juga terlepas, gadis itu menatap pria asing tadi. "Lepaskan!"    "Dalam mimpimu," sahut pria itu. Ia segera menarik tangan gadis itu kasar, memeluknya erat dan menciumi bagian leher jenjang nan putih milik sang gadis.    "Lepas!" Lux memberontak.    "Harum."    Lux kembali memberontak, tetapi semuanya tetap saja sia-sia. Ia merasa geli saat lidah pria itu menjilat leher bagian samping kirinya, bahkan pria itu mengembuskan napas kasar dan menerpa kulitnya.    "Lepaskan!" tegas Lux sekali lagi.    Bukannya menjawab pria itu malah semakin memeluk Lux kuat. Rasanya begitu sakit, tulangnya seakan menjerit dan mengatakan jika mereka segera remuk. Lux menggelengkan kepalanya, tetapi sungguh sial karena pria itu segera melumat bibirnya.     Gadis itu tidak tinggal diam, ia segera menggigit bibir pria itu sekuat-kuatnya. Tetapi pria itu seperti orang yang mati rasa. Bukannya lepas, ciuman itu malah semakin dalam.     Tangan Lux memukul d**a pria itu, ia nyaris kehabisan napas karena lelah dan juga karena ciuman pria itu begitu kasar dan menuntut.    "Pria gila!" maki Lux saat pria itu melepaskan bibirnya.    "Benar-benar gadis menarik." Pria itu menyeringai, ia menatap Lux dengan iris darahnya.    Lux terpaku, ia ingat sekarang. Gadis itu tertawa kecil, dan balas menatap tajam. "Aku akan melaporkanmu pada suamiku jika masih berulah!"    "Aku akan membunuh suamimu," sahut pria itu.    "Suamiku salah satu Raja Bajak Laut. Dan kau tak akan bisa membunuhnya," sahut Lux. Beruntung ia ingat tentang dongeng di buku tua, dan beruntung pula ia terlempar ke tempat yang sama dengan buku itu sekarang. Bukannya ia suka terlempar ke dalam dongeng itu, tetapi setidaknya ia bisa mencoba berbohong.    "Suamiku adalah Raja Vampire, lepaskan aku atau suamiku akan memburumu!" tegas Lux kemudian.     "Aku tidak takut kepada suamimu," sahut pria asing itu.    "AREEZ TOLONG AKU!" teriak Lux nyaring, ia sampai menutup mata ketika suaranya melengking.    Pria itu segera mendekati daerah leher Lux, ia menggigit leher gadis itu dan menyeringai saat tubuh sang gadis melemah. "Aku akan menolongmu, Sayang."    Tubuh Lux dan pria itu segera menghilang, tempat itu perlahan sunyi dan menyisakan suara deburan ombak. Orang-orang yang sejak tadi memperhatikan dari jarak jauh hanya bisa terbungkam, mereka menatap kasihan kepada garis asing tadi.    "Dia menggali kuburannya sendiri," ujar salah satu pria.    "Benar. Kita tak bisa membantunya sekarang, kalian tentu tahu bagaimana kelakuan para penguasa itu." …    Lux merasakan tubuhnya begitu sakit, ia membuka matanya pelan dan menatap gelapnya ruangan itu. Entah apa yang terjadi, tetapi ia berharap sudah kembali dari mimpi buruknya. Gadis itu menggerakkan tangannya, ia ingin menyentuh dadanya karena terasa begitu sakit saat kegelapan menguasai tempatnya berada sekarang.     Gadis itu merasa aneh, ia merasa tangannya kini dilingkari sesuatu yang dingin. Gadis itu mencoba untuk menggerakkan tangannya kembali, dan terdengar suara rantai yang tergesek pada sesuatu.    "Di mana aku?" tanya Lux dalam kegelapan, ia nyaris saja pingsan jika cahaya lilin tidak segera menerangi ruangan itu.    "Sayang, kau ada di kamar kita."    Lux menegang, ia menatap ke segala arah dan melihat seorang pria sedang duduk sambil menikmati minuman di sudut ruangan. Pria itu terlihat tidak mengenakan baju, kulitnya yang pucat terpapar cahaya redup lilin kecil di atas meja.    "Siapa kau?" tanya Lux. Gadis itu mencoba untuk tetap tenang, ia harus bisa mengendalikan diri dan tidak terlihat takut.    "Suamimu, apa kau lupa?" tanya pria itu kemudian.    Lux menggigit bibirnya, ia menatap ke arah tangan dan kakinya. Ia dipasung, gelang besi yang terhubung pada rantai kini memasungnya, masing-masing dari rantai itu menggantung di langit-langit ruangan yang tidak terlalu tinggi.    "Aku belum menikah."    "Kau mengatakannya tadi. Kau mengatakan jika kau adalah istriku, yang berarti kau juga Ratu dari Klan Vampire."    Lux melebarkan pupil matanya, mimpinya belum berakhir dan ia kini mengingat pria di pinggir pantai. Tubuh gadis itu menegang saat pria tadi secepat kilat sudah ada di dekatnya, ia menelan ludahnya dan menenangkan detak jantungnya yang berpacu cepat.    Wajah pria itu adalah pria yang tadi memeluk dan menciumnya sembarangan. Jangan sampai pria itu adalah Raja Vampire yang diakuinya sebagai suami.    "Si-siapa kau?" tanya Lux gugup.    "Suamimu, Raja Vampire, Areez Gavrie."
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN