[Pukul 10:15]
Universitas Leiden selalu ramai seperti biasa, para pelajar di sana berlalu lalang dan bicara tanpa peduli pada keadaan sekitar. Ada yang duduk di bawah pohon, ada pula yang lebih memilih duduk di tengah lapangan sambil menikmati sengatan cahaya matahari yang cukup terasa menyengat hari ini.
Lux baru saja tiba dan langsung memarkir sepedanya di tempat yang sudah tersedia, gadis itu membawa banyak buku, tak lupa dengan tas selempang yang selalu digunakannya.
Lux menatap jam yang melingkar pada tangan kirinya, ia mengembuskan napas pasrah saat menyadari dirinya sangat terlambat mengikuti kelas hari ini.
"Oh, matilah aku!" maki Lux pelan. Ia segera bergegas dengan langkah lebar dan gerakan yang cepat. Benar-benar tak ada waktu untuk menunda langkahnya, apalagi peduli pada beberapa orang yang menatapnya penuh kekaguman.
"Lux, tunggu sebentar."
Mendengar suara itu, Lux langsung berhenti dan mengalihkan perhatiannya. Seorang gadis sedang berlari ke arahnya sekarang.
"Grecia, ada apa?" tanya Lux.
Grecia adalah salah satu orang yang sangat suka membaca, lumayan dekat dengan Lux karena mereka satu jurusan dan satu angkatan.
"Tidak ada kelas hari ini. Rektor sedang pergi keluar kota," ujar Grecia. Gadis itu terengah dan segera memperbaiki letak kacamatanya.
"Hell … seharusnya aku masih di rumah sekarang," ujar Lux kemudian.
Grecia hanya tertawa kecil, ia menatap lima buku tebal yang ada di tangan tangan Lux dan kembali menatap temannya itu.
"Ada apa?" tanya Lux yang merasa risih.
"Kau ingin ke perpustakaan?" tanya Grecia kemudian.
Lux mengangguk, iris emerald-nya menatap Grecia yang malah melompat tanpa sebab.
"Ayo. Aku juga ingin pergi kesana," ujar Grecia. Gadis itu segera melangkah, ia tersenyum senang saat Lux mengikutinya dari belakang.
Keduanya berjalan dan mengamati sekitar, tempat yang benar-benar membuat mereka bangga karena bisa menimba ilmu di sana. Jika di bicarakan lebih jauh, banyak hal menarik tentang perguruan tinggi negeri itu.
Universitas Leiden terletak di Rapenburg 70, 2311 EZ Leiden, Belanda. Leiden University (umumnya disingkat LEI; Dutch: Universiteit Leiden) adalah universitas riset publik di Leiden, Belanda. Didirikan pada 1575 oleh William, Pangeran Oranye sebagai hadiah kepada kota Leiden karena pembelaannya terhadap serangan Spanyol selama Perang Delapan Puluh Tahun, itu adalah lembaga pendidikan tinggi tertua di Belanda. Jelas saja Leiden juga yang terbaik dan membuat siapa saja bangga bisa berada di sana.
Universitas ini memiliki tujuh fakultas akademik dan lebih dari lima puluh jurusan, sementara menampung lebih dari empat puluh lembaga penelitian nasional dan internasional. Bagunan utamanya yang bersejarah terdiri dari bangunan-bangunan yang tersebar di kota perguruan tinggi Leiden, sementara bangunan kedua yang berlokasi di Den Haag memiliki perguruan tinggi seni liberal dan beberapa fakultasnya. Itu adalah anggota Grup Coimbra, Europaeum, dan anggota pendiri Liga Universitas Riset Eropa .
Tanpa terasa keduanya kini berada di salah satu bagian dari universitas besar yang patut di banggakan itu. Mereka segera masuk ke dalam sana, dan memperhatikan sekitar.
Masih ada satu pintu kaca yang membatasi ruang perpustakaan utama dengan ruang penjaga perpustakaan itu.
"Lux, hari ini lumayan sepi. Kita bisa menghabiskan waktu untuk membaca," bisik Grecia.
Lux tidak terlalu menanggapi ucapan Grecia. Ia lebih memilih berjalan ke meja panjang dan meletakkan buku yang dipinjamnya beberapa hari lalu.
"Mrs. Bella, saya ingin mengembalikan buku." Lux tersenyum kala wanita berumur lebih dari tiga puluh tahun itu menatapnya.
"Lux, cepat sekali kau membacanya." Mrs. Bella segera memeriksa buku yang Lux kembalikan, wanita itu kemudian tersenyum senang saat tidak ada kerusakkan pada buku-buku itu.
"Aku menghabiskan waktu untuk membaca," sahut Lux.
"Profesor Drecia beruntung memiliki cucu sepertimu," ujar Mrs. Bella. Wanita itu membuka laci, ia mengembalikan kartu anggota perpustakaan milik Lux dan tersenyum saat bertatap muka dengan Grecia.
"Mrs. Bella, kami akan mencari beberapa buku. Permisi," ujar Grecia sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal, ia terkekeh saat Lux hanya menatapnya jengah.
"Ayo," ujar Lux yang melangkah pergi lebih dulu.
Kedua gadis itu memasuki ruang utama perpustakaan, rak buku di d******i dengan warna merah mengkilap. Pada celah-celah rak buku yang tinggi, ada kursi dan meja berwarna hitam. Ruangan itu juga cukup nyaman, tidak ada aroma buku tua atau sudut ruangan yang berdebu.
Lux dan Gracia segera melangkah ke arah rak-rak buku, mereka mencari beberapa buku filsafat dan juga buku yang membahas tuntas tentang anatomi tubuh manusia.
Perpustakaan Universitas Leiden didirikan pada 1575 di Leiden, Belanda. Tempat tersebut dianggap sebagai sebuah tempat yang signifikan dalam perkembangan budaya Eropa.
Tempat tersebut merupakan bagian dari sejumlah kecil pusat kebudayaan yang memberikan kelangsungan pengembangan dan penyebaran pengetahuan pada Zaman Pencerahan. Perpustakaan tersebut memiliki koleksi terbesar di seluruh dunia tentang Indonesia dan Caribbean. Selain itu, Perpustakaan Universitas Leiden adalah satu-satunya organisasi warisan di Belanda dengan dua dokumen yang diinskripsikan dalam Pendaftaran Memori Dunia UNESCO.
Setelah mendapatkan buku yang sesuai, mereka segera mencari tempat yang sepi dan duduk pada sudut terjauh dari pengunjung perpustakaan.
"Lux, apa kau melihat pria aneh yang tadi berpapasan dengan kita?" tanya Grecia.
Lux menautkan kedua alisnya. "Diamlah, jangan sampai Mrs. Bella masuk dan menyeretmu keluar," ujar Lux.
"Lux, pria itu terlihat begitu menyeramkan," ujar Grecia. Gadis itu menatap ke belakang, ia menelan kasar ludahnya.
Lux menatap datar. "Pergilah jika kau masih ingin bicara," ujar Lux.
Grecia merasa udara di sekitar begitu dingin, gadis itu menatap kanan dan kiri. "Lux, apa kau tak merasa takut?" tanya Grecia lagi.
Lux mengembuskan napasnya kasar. Inilah bagian paling menyebalkan dalam hidupnya, ia sangat tidak menyukai orang yang berisik.
Grecia mengelus bagian leher belakangnya, sedangkan Lux tetap duduk dengan tenang sambil membaca buku.
"Lux," ujar Grecia.
Lux menutup kasar buku yang ia baca, gadis itu segera berdiri dan menatap ke segala arah. Tidak ada orang aneh, yang ada kini dirinya dan Grecia yang terlihat aneh.
"See?" tanya Lux saat mengalihkan tatap matanya kepada Grecia.
"Tapi aku benar-benar melihatnya," ujar Grecia.
"Hentikan. Aku datang ke sini untuk belajar," ujar Lux. Gadis itu kembali duduk dan membuka bukunya, ia mengabaikan Grecia yang masih berdiri dan menatap ke beberapa sudut sepi perpustakaan.
Beberapa menit berlalu, bahkan Lux sudah benar-benar tenggelam dalam buku yang ia baca. Suara langkah kaki terdengar agak berisik, mengusik ketenangan yang seharusnya tetap berkuasa di ruang utama perpustakaan itu.
"Lux!" suara panggilan itu terdengar menggema.
Lux segera mengangkat kepalanya, menatap ke arah sumber suara yang jelas mengganggu semua penghuni ruang perpustakaan. Gadis itu merasa heran, kenapa wanita itu datang? Kenapa membuat keributan? Kenapa wajahnya begitu pucat?
Grecia yang sedang berdiri juga merasa kaget, gadis itu menatap kearah orang yang menebar teror suara di ruang perpustakaan. Ada apa? Kenapa orang itu mengabaikan peraturan dan membuat masalah.
"Mrs. Bella, ada apa ini?" tanya Lux.