SECRET LOVE || BAB 1

2039 Kata
Choi Jieun terbangun dengan kepala masih berdenyut efek dari mabuknya semalam. Pandangan Jieun menyusuri serta memperhatikan setiap sudut ruangan yang tampak tak asing baginya pandangannya terhenti ke salah satu sosok pria tampan tengah duduk disisi kanan ruangan kamar bernuansa hitam menatapnya tajam dengan bertopang dagu di atas kedua tangan yang ia tautkan menumpu dagunya. Rasanya seperti dejavu. Tatapan mereka saling bertemu, tatapan tajam nan datar itu mampu mengunci tatapan Jieun padanya membuat Jieun tak mampu menghindari tatapan itu membuat jantung berdegup kencang, merasa takut terlihat aura mengintimidasi darinya. Ingatan Jieun kembali ke saat kejadian semalam mencoba mengingat-ingat dengan jelas dengan dahi mengkerut dan mata memicing. Tangannya mengusap bibir. Ciuman semalam masih terasa kenyal. Tapi tunggu ... Semalam bibir siapa yang aku cium?Dan apa yang aku lakukan? Jieun memukul kepalanya sendiri dengan keras. "Aduh!" Serunya meringis. Jieun beralih memperhatikan bilah tipis sosok pria yang masih menatapnya dan Jieun masih terus memperhatikannya. Tanpa sadar ia melenan salivanya. Kenapa bibirnya menggiurkan sekali ingin rasanya aku menyesapnya. "Sudah sadar kamu dari mabuk kamu?" Suaranya terdengar menggelegar di ruangan padahal pria itu hanya berucap santai. Sontak Jieun terperanjat kaget. " Kenapa aku ada disini?" tanya Jieun heran menatap sosok itu sebal. "Kamu lupa dengan apa yang kamu lakukan ke saya semalam?" perkataannya membuat Jieun melotot sempurna. "Kenapa badan aku sakit semua?"lirih Jieun. Jieun mencoba bangun dari ranjang, menyibakkan selimut. Betapa kagetnya Jieun ketika mendapati dirinya naked, polos tanpa sehelai benang pun membuatnya berteriak histeris. "YAAAAAKKKK!! apa yang kamu lakukan ke aku?" Jieun menatap tajam menutupi tubuhnya dengan selimut. Pria tampan itu hanya mengangkat satu alis kanan. "Menurut kamu apa yang sudah saya lakukan ke kamu?" pria tampan itu melayangkan pertanyaan ke Jieun membuatnya memutar bola mata sebal dan mendengus kesal. "Kenapa menatap saya seperti itu? apa saya setampan itu sampai bola mata kamu melotot ingin keluar," ujarnya. "Percaya diri sekali kamu!" Jieun masih menatapnya sebal. "Tidak perlu kamu tutupi seperti itu karena saya sudah melihat semuanya. Lagi pula tidak masalah untuk saya menyentuh kamu bukankah saya suami kamu," ujarnya. Jieun tidak mendengarkan perkataannya fokusnya ke bilah tipis sang pria yang tengah berbicara padanya rasanya ingin melumatnya. "Rasanya aku ingin melumat bibir merah muda kamu itu," ungkapnya tanpa sadar kembali menelan saliva. "Apa yang baru saja kamu katakan?" pria itu menatapnya penuh tanya. "Bibir kamu ... Rasanya aku ingin melumatnya habis," jawab Jieun spontan. "Berhenti memikirkan hal-hal yang tak senonoh," balasnya beranjak dari duduknya berjalan menghampiri Jieun yang masih bergelung diatas ranjang king size sambil menutup rapat tubuhnya dengan selimut yang membungkus tubuhnya bak kepompong. "Ini baju ganti dan ponsel kamu disini juga." Pria tampan itu menyerahkan sebuah paper bag coklat ukuran besar. " Ayo bangun dan segera bersihkan diri. Saya antar kamu ke kampus." Jieun mengangguk dan tersenyum, meraih paper bag coklat ke atas tangan kanan. Jieun menggeleng menimang-nimang ingin mengatakan sesuatu. " Semalam apa kita ... Sudah melakukan itu?" tanyanya ragu. "Apa? Apa yang kamu pikirkan? Kamu berpikir saya menyentuh kamu?" tanya pria tampan itu mengusap lembut bilah tipis Jieun dengan jempol tangan kanan, Jieun menahan napas ketika jari pria itu menyapu bibirnya lembut. "Aku berharap lebih pun aku rasa kamu tidak akan pernah mau menyentuh aku, meskipun kita sudah menikah. Kamu tidak akan pernah melihat aku sebagai wanita," Jieun berucap sambil menundukkan kepala menahan air mata agar tidak tumpah. Tangan kanan pria tampan itu terulur meraih dagu Jieun dan mengangkatnya untuk menatap ke arahnya. "Kenapa menangis? Kenapa kamu berpikir seperti itu?kamu tidak tahu bagaimana rasanya untuk aku tidak menyentuh kamu," ucapnya menatap teduh manik Jieun. Tangan pria itu memegang dagu dan rahang dengan tangan kanan. "Kenapa kamu tidak juga menyentuh aku? bukankah kamu menikahi aku untuk bertanggung jawab penuh akan aku itu yang kamu katakan kepada appa dan mengaku kita telah melakukannya karena itu kita menikah? dan nyatanya sampai sekarang pun kamu tidak pernah sekalipun menyentuh aku. Kamu tidak sedang menutupi biseksual kamu, kan?" pertanyaan itu terlontar begitu saja pikiran Jieun berkecamuk tak karuan bulir hangat itu menetes. Jieun heran bagaimana bisa pria ini menahan diri untuk tidak menyentuhnya. "Kamu mau saya menyentuh kamu?" Jieun mengangguk mantap Jieun memberanikan diri mendekatkan wajah. "Jie ..." Panggilnya. "Apa?" Dengan suara parau ciri khas Jieun. "Kamu yakin?" Jieun mengangguk menatap manik pria itu sudah terlihat kelam. Pria pertengahan tiga puluh tahun itu menggeleng. "Aku dan kamu sepasang suami istri, kita menikah tanpa paksakan, bukan?kita menikah karena sama-sama mau," ujarnya. Jieun mengangguk lagi, " lantas kenapa selama sebulan pernikahan kita kamu tidak menyentuh aku?kita hanya tidur seranjang tapi tidak pernah sedikitpun kamu menyentuh aku?Apa aku tidak menarik di mata kamu?" Mata Jieun kembali terasa panas. "Sesuai permintaan kamu, Jieun-a," ucapnya lembut. "Berhenti menangis. Saya tidak menyentuh kamu bukan karena saya tidak menginginkan kamu tetapi, karena kamu pernah mengatakan tidak ingin di sentuh saya,"tuturnya membuat mata Jieun membulat sempurna. Lalu tertawa lepas. "Maksud aku bukan seperti itu, saat aku sedang di fase masa periode pertama aku karena itu kamu tidak mau menyentuh aku." Jieun menjelaskan sekaligus mempertegas penuturan suaminya. Pria tampan itu memberikan isyarat dengan anggukan kecil. Tangan Jieun terulur mengusap wajahnya. "Kalau sekarang masih tidak ingin menyentuh aku?" Jieun mendekatkan wajah mencoba mengendus sesuatu aromanya masih tetap sama tetapi, tidak ada bau nikotin dan caffein. Tangan Jieun mengusap bilah tipis merah mudah itu lembut. "Bukankah kamu seorang perokok kenapa bibir kamu berwarna pink seperti ini tidak ada tanda-tanda seorang perokok," ucap Jieun sambil menyengir heran. "Sebaiknya kamu mandi sekarang." Perintah pria tampan itu setelah mendaratkan kecupan di atas kening Jieun. Jieun mengangguk. "Kamu nggak jadi sentuh aku?" Jieun memasang wajah cemberut. "Bukankah kamu sudah mencuri ciuman dari saya," bisiknya mendengar itu Jieun tersenyum lebar. "Apa masih terasa perih?" Jieun memutar bola bingung. "Merasakan perih apa?Aku tidak merasakan apapun." "Kamu sungguh tidak mengingatnya?" Jieun menggeleng. "Aku tidak mengingat apapun. Tapi tunggu siapa yang membuka pakaian aku seperti ini?" "Jie, berhenti menggoda saya!" Serunya ketika dengan sengaja Jieun mencoba menyibak selimut yang menutupi tubuh mulusnya. "Kamu lihat tanda ini?" Pria tampan itu membuka dua pengait kemeja putihnya menunjukkan tanda merah keunguan di atas d**a. "Ini ulah aku?" Jiuen tersenyum lebar ia merasa senang. "Menurut kamu?" "Ulah aku!Kamu semalam unboxing aku?" Jieun mencondongkan badan mendekatkan wajah dengan mata menyipit. Pria tampan ini menautkan alis seperti orang tengah berpikir. "Bagaimana, Jie?" "Oh, aku baik-baik saja. Agak lelah menghadapi sikap cuek kamu, tapi sudah biasa dan aku bahagia, dan perlu kamu tahu." Jieun tersenyum lebar. " Aku akan merasa lebih bahagia jika kamu sudah unboxing aku, jika belum kamu bisa lakukan sekarang!" Jieun beralih duduk di atas pangkuannya menyambar dan melumat bibirnya. Selimutnya terlepas memamerkan setengah dadanya dengan bahu mulus terpampang indah di hadapan pria yang juga membalas ciumannya. Tangan kirinya mengusap lembut hamparan punggung halus Jieun membelai belahan tulang belakangnya turun hingga ke tulang ekor naik turun secara perlahan. Selimut yang tadi menutupi tubuhnya kini sudah meluruh ke atas kasur hanya menutupi area bawah memampangkan dua bukit kembar indah miliknya. Pria tampan ini beralih menciumi perpotongan leher, d**a, dan mengecup ujung dadanya menjulurkan lidah memainkan lidah di atasnya. Jieun merasakan sensasi nikmat dan terpaan panas di atas kulitnya akibat jilatan lidah pria tampan suaminya, Min Yoongi. Kedua tangan Jieun menjambak rambut hitam tebalnya. Melenguh nikmat ketika mulutnya mulai menyesap niple berwarna pink. Tangan Jieun semakin menarik rambutnya untuk ia semakin memperdalamnya. Menyesapnya secara bergantian. " Sstthhh ... Hm ... Aah ..." Suara lenguhan nikmat itu lolos dari bilah tipisnya. Yoongi meraih bilah tipis Jieun. Tangan kanan meremas dua gundukan benda kenyal itu secara bergantian. Jieun senang lalu memeluknya erat ketika Min Yoongi membuka celana membenarkan posisi duduk Jieun diatas pangkuannya dengan mengangkang mempermudah suaminya untuk memasukinya. Yoongi membaringkan Jieun secara perlahan. Menindihnya tidak sepenuhnya menindih dengan kedua tangan sebagai tumpuan untuk menopang tubuh kekarnya. Gairah kembali memuncak ketika tangan istri cantiknya dengan lincah membuka pengait kancing kemejanya bukan membukanya tetapi merobeknya dengan paksa dengan melumat bibirnya dalam. "Kamu yakin ingin melakukannya?" tanya sang pria menatap dalam ke arahnya dengan tatapan tidak tertahankan lagi. "Cium aku dan lakukanlah," jawabnya tanpa ragu. "Hm ... rasanya akan sedikit sakit, kamu bisa menggigit atau mencengkeram bahu saya," ujarnya mencoba memasukkan miliknya. "Kamu bukan lagi sedang berada di kampus. Kamu disini bukan dosen melainkan suami aku." Protes Jieun. Baru saja Yoongi mencoba membobol benteng kewanitaan sang istri cantiknya ini. Tangan Jieun menahannya. "Kenapa kamu tahu jika rasanya sakit? Apa kamu sudah pernah melakukannya dengan wanita lain sebelum aku?" tanya Jieun menatap Yoongi menunggu jawaban. Min Yoongi sudah berada di puncak h***y-nya. Ia menggeleng dan berkata dengan tegas. " Tidak pernah sekalipun selain dengan kamu dan ini pertama kalinya untuk saya," jawaban itu entah dusta atau tidak tapi hal itu cukup membuat Jieun lega. Ia membungkam mulut gadis di bawahnya dengan lumatan sebelum akhirnya merobek selaput dara penuh. Membuat Jieun meringis menahan perih. Yoongi memompanya memaju mundurkan bokongnya. Jieun mencengkram kuat. "S-sakit ... tapi enak," racaunya di tengah desahan nikmat. "I love you my dear, my lady Min," ucapnya setelah melakukan pelepasan menindih tubuh Jieun di bawahnya. "Aku mau sekali lagi, Jieun-a." Pintanya tanpa rasa malu. Jiuen mengangguk. "I love you to, Yoongi-a, Min Yoongi," balas Jieun memeluk tubuh suaminya memberikan akses lebih untuknya melakukannya lagi. Tubuh Jieun sebenarnya sudah lelah tapi ia tidak dapat menolak permintaan suaminya karena sebenarnya dirinya juga menginginkannya. "Welcome Mrs. Min, darling. Welcome to my life," ucap Yoongi kembali memasuki istri cantiknya. "Thank You." Jieun membalas memeluk tubuh suaminya erat menciumnya dalam dan melanjutkan aktivitas ranjang mereka. ***** "Cepat!" Seru Jieun. " Aku harus menemui dosen pembimbing aku yang paling menyebalkan itu," ucap Jieun. "Dosen pembimbing kamu itu saya, Jie." Jieun terkekeh setelah merapikan penampilannya. "Kamu itu suami aku, aku tidak suka kamu berkata formal ketika hanya ada kita berdua," Jieun menautkan kancing kemeja suaminya. "Jadi, ..." Yoongi menempelkan dahi dan memeluk pinggang ramping Jieun. "Apa?" Jieun mengalungkan kedua tangan di belakang tengkuk Yoongi. "Seutuhnya aku sudah menjadi milik kamu dan sebaliknya seutuhnya kamu sudah menjadi milik aku!" Seru Jieun mengangguk dan mencium bibir suaminya. Jieun membuka pintu kamar, menarik tangan Yoongi, Jieun tampak tergesa. "Hari ini sidang aku!" Seru Jieun. "Pelan-pelan sayang." Yoongi mengingatkan. "Sekripsi aku!" Seru Jieun dengan memegang kepala dengan kedua tangan. "Sekripsi kamu saja belum selesai bagaimana bisa kamu ikut sidang!" Sindir Yoongi dosen pembimbing sekaligus suaminya. "Kalau begitu bantu aku menyelesaikannya." Pinta Jieun memasang wajah menggemaskan. "Hm ..." "Jangan galak-galak sama aku seperti biasanya kamu suka galak dan sok cool, tapi itu daya tarik kamu." Jieun terkekeh saat mengatakannya. "Hm ..." "Dan berhenti bersikap menyebalkan! Aku mohon bantu aku," ucap Jieun menangkupkan kedua tangan di depan d**a. "Kalau begitu aku minta imbalan." "Apa?" Yoongi menyodorkan pipi kirinya. Bukan pipi tetapi Jieun mengecup bibir Yoongi bukan hanya mengecup tapi melumatnya. "Aku suka bibir kamu," aku Jieun tersenyum lebar. Yoongi mengusap kepala Jiuen dan mengecup pucuk kepalanya. ***** "Sayang." Panggil Jieun saat mereka sedang berada di dalam mobil. "Hm," Yoongi menoleh. "Sesampainya di kampus bersikap biasa saja, dan turunkan aku di depan halte bus," pinta Jieun dahi Yoongi mengernyit. "Aku belum siap jika mereka tahu akan status kita, aku belum siap mereka pasti berpikir aku yang menggoda kamu lebih dulu. Aku takut di bully," ungkap Jieun. Yoongi menoleh dan mengusap kepalanya Yoongi mengerti akan kekhawatiran istrinya ini. Dalam benak Jieun tersenyum lega. Ia memeluk lengan Yoongi dan menyandarkan kepala di bahunya. Sesuai permintaan Jieun, Yoongi menurunkan Jieun di depan halte kampus. Baru saja Jieun hendak membuka pintu mobil tangan Yoongi menahan tangan Jieun, menarik tengkuk Jiuen dengan tangan kiri dan mencium bibir Jieun dalam. Untung saja kaca mobil Yoongi terbuat dari bahan kaca riben tidak akan ada yang dapat melihat aksi ciuman panas mereka di dalam mobil. Yoongi mengakhiri ciumannya dengan menyapukan lidah di atas bibir Jieun. "I love You, Yoongi-a," ucap Jieun tersenyum lebar. "Hm..." Sambil angguk-angguk pelan. "Ih, nyebelin. Bikin anak mau balas kata I love You saja pelit," sungut Jieun sebelum keluar dari dalam mobil. Yoongi hanya terkekeh mendengar perkataan istrinya yang tampak menggemaskan ketika marah. Yoongi terus memperhatikan Jieun sedangkan Jieun menoleh dan menjulurkan lidah meski Jieun tidak dapat melihat senyum lepas suaminya. Jieun tahu Min Yoongi melihatnya. Yoongi terus memperhatikan Jieun terlihat Park Yuri berlari menghampiri Jieun dan memeluk bahunya. Yoongi masih terus memperhatikan pergerakan istri cantiknya itu. Sebelum kedua sahabat itu memasuki gerbang kampus Yoongi masih setia memperhatikannya lalu menyalakan mobil dan melajukannya perlahan. Jieun tersenyum Yoongi dapat melihat dari kaca spion.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN