POV Rivan Aku menghentikan mobil di depan rumah bapak, bapak dan ibu pun segera turun. Saat aku hendak membuka pintu mobil berniat turun juga, bapak langsung mengangkat tangan ke udara. Aku menatapnya dengan hati sakit. Apa bapak begitu kecewa padaku sampai tak ingin aku masuk rumah? Dari sorot mata bapak dan mata ibu yang terus digenangi air bening, terlihat mereka begitu sedih. Pasti sangat kecewa padaku. Andai waktu bisa diputar, aku tidak akan mengiyakan ajakan teman sekantor ke club yang membuatku akhirnya terjerumus pada situasi tak mengenakkan seperti ini. Atau seharusnya, aku tidak membuka hati pada Rifani, terus bersikap dingin padanya dan mengabaikannya, maka hal ini tidak akan terjadi. Tapi dia pintar sekali membujuk dan begitu lemah lembut, tak pantang menyerah hingga membuat