POV Ilana Terdengar lagi sentakan napas. Ya ampun. Benar-benar tak kusangka ucapanku membuat Pak bos begitu tersinggung. Padahal dia juga pernah mengatakan kebanyakan perempuan tak bisa dipercaya dan sikapku tak sampai sebegitunya padanya. Tapi dia, seolah aku telah berbuat kesalahan fatal saja. Aku menggelengkan kepala tak menyangka. Saat aku meliriknya, dia tengah memicingkan mata, mungkin heran dengan sikapku. Terserah deh. Pak Adam menarik napas, lalu ia memegang kemudi, melajukannya pelan ke jalanan tak begitu ramai. Aku sesekali menoleh, berlama-lama memperhatikannya, dia juga ikut menoleh, tapi hanya sekilas saja lalu tatapannya kembali lurus ke jalanan. "Bapak marah sama aku?" tanyaku akhirnya karena tak betah diam-diaman. Kebekuan yang diciptakannya membuatku sebal. "Tidak, sa