Sewot Ola

988 Kata
Akhyar semakin kagum dengan sosok Ola ketika mengetahui bahwa Ola adalah juga mertua dari Renata Paris, sahabat sekaligus kekasih salah satu mantan sugar babynya, Sheren Paulina. Akhyar mengenal Tata sebagai pewaris tunggal keluarga Deschamps, salah satu orang kaya yang terkenal dari kota Paris. Akhyar juga mengetahui sisi kelam Tata. Bagi Akhyar tidak mudah mengubah jalan hidup seseorang, juga tidak mudah pula menerima masa lalu kelam seseorang. Tapi Ola bisa menerima Tata sebagai menantu. Dan Akhyar mendengar sendiri pengakuan Tata mengenai suaminya yang telah mengubah jalan hidupnya. Akhyar pun terkagum-kagum dengan sosok Ola, meski dirinya memiliki dua anak menantu dari kalangan berduit, tidak mengubah cara bersikap Ola. Dia tetap sederhana. Akhyar yang duduk bersama dengan rekan-rekannya di acara resepsi pernikahan saudara iparnya, tampak sesekali melirik-lirik ke arah Ola yang asyik ngobrol dengan para asisten rumah tangga Hanin. Dan sepertinya, Ola tidak menyadari bahwa dia sedang diperhatikan. "Lho, Bu Ola. Kok malah ke sini. Tuh liat Bu Hanin liat-liat ke sini. Kasian Bu Hanin, Bu," tegur Mbok Min yang heran melihat sikap Ola yang pindah duduk ke dekatnya. Sebelumnya Ola memang duduk di samping besannya yang dipenuhi tamu-tamu yang berasal dari kalangan atas. Namun akhirnya pindah karena merasa tidak nyaman. Tampak Hanin gelisah karena besannya berpindah tempat darinya. "Segan, Mbok Min. Males duduk di sana. Ngomongnya masalah bisnis melulu. Lha aku mau ngomong opo?" sewot Ola. "Bilang aja bisnis jamu, Bu. Sama usaha cuci baju," usul Mbok Min. Ola senggol bahu Mbok Min. Dia tersenyum menggeleng. Ada-ada saja Pikiran Mbok Min. "Duh. Liat anakmu, Bu, rajin banget. Farid memang sayang banget sama Ayu," sela Bu Sari yang memperhatikan Farid sibuk menyambut para tamu pesta pernikahan keponakannya yang semakin banyak. "Ya iya. Dia tu masih ingat terus peristiwa Ayu itu lo, Bu Sar," balas Ola yang mengingatkan saat-saat genting ketika Ayu ingin mengakhiri hidupnya. "Makanya dia sayang banget sama Ayu," lanjutnya. Ola tahu bahwa Farid memang sangat menyayangi Ayu. Farid bahkan menunda jadwal ujiannya di kampus demi bisa menghadiri acara lamaran sekaligus pernikahan Ayu dan Said. "Jadi Bu Sari dan Mbok Min pulang malam ini juga?" tanya Ola ke Bu Sari dan Mbok Min. Bu Sari dan Mbok Min memang berniat pulang cepat. Mbok Min ingin mengurus dokumen emaknya yang harus segera selesai karena akan menunaikan haji dalam waktu dekat. Said yang membiayainya. Lagipula Mbok Min sudah lama tidak bertemu keluarganya. Bagi Mbok Min, pernikahan Ayu dan Said adalah anugrah bagi hidupnya. Kebahagiaan emaknya di atas segala-galanya. Alasan yang hampir serupa dimiliki Bu Sar. Dia juga sudah lama tidak pulang mengunjungi keluarganya. Dia pun ingin secepatnya mengabarkan kepada suaminya bahwa tak lama lagi akan memiliki kursi roda terbaru yang lebih canggih. Said yang akan membelinya. "Iya, Bu. Wong aku udah lama nggak muleh. Kepingin cepat meluk emakku, Bu. Naik haji kelas eksklusip. Mesti sigap. Ntar kesalip orang," tanggap Mbok Min. "Aku juga, Bu Ola. Udah hampir setahun ini nggak pulang-pulang. Trus kata Pak Said sudah ada barangnya dan akan tiba di rumahku sesuk. Ah, kepingin liat bojoku seneng." Ola senang melihat reaksi kedua asisten Bu Hanin tersebut. "Pasti Ayu sedih ditinggal Mbok Min dan Bu Sari," desah Ola. Dia cukup sedih membayangkan cucunya itu sedih. Dia sangat memahami bahwa Ayu sangat dimanja kedua ART tersebut. "Ya paling satu minggu, trus balik lagi," ucap Bu Sari. "Wah. Kita-kita nggak bakalan dapat cerita seru malam pertama ini," sela Mbok Min. "Idih, Mbok. Ada-ada saja," ringis Ola sambil mencubit lengan Mbok Min. Mbok Min mengerdipkan matanya ke arah Bu Sari. Bu Sari membalasnya dengan senyuman penuh misteri. Sepertinya mereka masih mengingat peristiwa malam pertama Nayra dan Guntur. Tapi tentu saja keduanya tidak ingin menceritakannya ke Ola. Mereka putuskan untuk menjadi rahasia saja. "Itu Ayu gimana ya. Dia kan nggak tau apa-apa. Ayu dan Pak Said juga nggak pernah pacaran," gumam Mbok Min sambil membayangkan wajah Ayu yang polos. "Ya pasti nanti diajari sama Said. Wong Said kan udah dua kali kawin cerai, pasti pahamlah," tanggap Bu Sari santai. Tak lama kemudian, muncul Rasti dan Uli menuju Ola, Mbok Min dan Bu Sari. Tampak Uli mendorong troli berisi makanan dan minuman. "Alhamdulillah. Tinggal pilih ini," seru Mbok Min senang. Dia langsung berdiri memilih-milih makanan yang segera dia santap. "Waduh. Ada Bu Ola. Maaf, Bu. Aku ambil buat berempat, Bu," keluh Rasti kecewa. "Nggak papa. Wes, makan aja. Aku tadi udah makan," tolak Ola sopan. Tiba-tiba ada seorang pria bertubuh gempal mendatangi mereka berlima. Pria itu mendekati Ola. "Bu, dipanggil Bu Hanin," ujarnya ke Ola. Ola spontan menoleh ke arah Hanin yang sedang melambai ke arahnya. Ada Akhyar yang duduk di sampingnya. Dia ikut tersenyum ke arahnya. *** Hanin senang besan kesayangannya kembali duduk di sebelahnya. Dia langsung menyuruh ajudan Akhyar untuk mengambilkan makanan untuk Ola. "Nggak usah, Mbak. Aku tadi udah makan," tolak Ola. Lalu dia cegah ajudan Akhyar untuk mengambilkannya makanan. "Dik, udah. Nggak usah. Nanti nggak saya makan lho. Kalo saya mau, saya bisa ambil sendiri," tolak Ola ke ajudan Akhyar. Dia sepertinya benar-benar sedang tidak ingin menyantap makanan. Namun Akhyar yang melihat sikap Ola yang terus menolak malah beranjak dari tempat duduknya. "Lho, Yar? Mau ke mana?" tanya Hanin yang heran melihat Akhyar yang hendak beranjak dari tempat duduk. Padahal sebelumnya mereka sangat akrab berbincang-bincang. "Bentar, Nin. Cari angin," "Halaaah. Emang sesek dekat aku, Yar?" balas Hanin sewot. Melihat gelagat Akhyar, Ola jadi merasa bersalah. "Oh. Maaf, Pak Akhyar. Saya ke sana aja lagi," kata Ola yang merasa keberadaannya menganggu perbincangan Akhyar dan Hanin. "Nggak, nggak, Bu. Duduk aja. Nanti saya duduk di sini lagi," cegah Akhyar sedikit menyentuh pundak Ola yang sudah berdiri dari duduknya. Ola tentu saja kaget dengan sikap Akhyar yang menurutnya berlebihan. Ola pandang pria itu dengan tatapan tajam sambil menepuk-nepuk pundaknya. Ola tidak senang dengan sentuhan itu. "Maaf, Bu ... Maaf," ucap Akhyar. Kini dia yang merasa bersalah. Karena tak enak hati, Akhyar pun berlalu cepat dari Hanin dan Ola. "Olaaa. Nggak usah sewot begitu," ujar Hanin yang melihat wajah besannya mengeruh karena pundaknya disentuh Akhyar. Bersambung
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN