"Dia nggak sengaja, Ola. Dia tuh memang begitu, orangnya penyayang," ujar Hanin menenangkan.
"Tapi saya nggak mau disentuh-sentuh kayak tadi, Mbak. Silakan dia sayang-sayang perempuan lain. Jangan saya."
Hanin tersenyum, sangat mengerti sikap teguh Ola. Mungkin karena Ola tidak terbiasa berhadapan dengan orang-orang seperti Akhyar. Baginya sentuhan seperti yang dilakukan Akhyar terhadap Ola itu hanya sentuhan biasa.
"Iya, Ola. Refleks. Maklum," ucap Bu Hanin sambil mengusap-usap pundak Ola yang sebelumnya disentuh Akhyar.
"Saya ngganggu, Mbak?" tanya Ola memastikan.
"Nggaklah. Wong aku yang suruh ajudannya Akhyar panggil kamu biar kamu duduk dekat aku lagi. Kebetulan teman-temanku tadi juga pada bubar kepingin salaman sama pengantin,"
"Kan ada Pak Akhyar nemenin Mbak ngobrol,"
Hanin terdiam, seperti ada yang dia pikirkan. Tapi dia tidak ingin mengungkapkannya. "Dia mau ngobrol sama kamu juga, La," ujarnya hati-hati dan bernada pelan.
"Lha, piye? Ngobrol apa to, Mbak ... Mbak. Ngobrol sama wong sugih suka bikin bingung. Kecuali ngobrol sama Mbak,"
Hanin cubit lengan Ola.
"Dia seneng ngobrol-ngobrol sama kita-kita, Ola. Katanya apa adanya. Gitu,"
"Dia itu siapa sih, Mbak. Kok kayak udah kenal lama aja sama Mbak. Bukannya Mbak juga baru kenal dia pas datang ke rumah waktu lamaran Ayu?"
"Iya, Ola. Orangnya memang terkenal ramah."
Ola mengernyitkan dahinya seperti mengingat sesuatu.
"Nggak punya bojo?"
"Single. Nggak pernah menikah."
"Lha? Sugih kok ora rabi, piye?"
"Pilihan hidup. Biasalah."
"Tapi kok sama cewek-cewek muda kayaknya gampang banget deket-deket ya, Mbak?"
"Hehe, perhatian sekali kamu, Ola,"
"Duh, Mbak. Gimana nggak perhatian. Wong dia keliling-keliling dari tadi deket-deket cewek-cewek. Trus juga ada juga yang sampe teriak manggil dedi dedi gitu,"
Hanin tertawa melihat wajah lugu Ola.
"Yang mengherankan itu ... kok sama menantuku juga akrab lo. Tadi sempat aku perhatikan dari jauh. Trus gendong Hera lagi. Terkenal ya, Mbak?"
Hanin masih saja tertawa melihat wajah polos Ola. "Iya. Suka manjain yang muda-muda," ucapnya sambil tersenyum simpul.
Tak lama kemudian, Akhyar kembali lagi ke posisi duduk Hanin Ola sambil membawa satu wadah kecil berisi minuman segar.
"Ambil, Bu. Enak ini," tawarnya ke Ola. Hanin tampak senyum-senyum melihat Ola yang ragu mengambil minuman segar yang disodorkan Akhyar ke arahnya.
"Makasih, Pak. Jadi repot-repot," ucap Ola sambil meraih wadah kecil itu dari tangan Akhyar. Dia sepertinya sudah melupakan kekesalannya barusan.
"Boleh?" tanya Akhyar sopan. Dia ingin duduk di samping Ola.
"Oh. Ya. Silakan, Pak. Duduk saja," tanggap Ola.
Akhyar lega dengan sikap Bu Ola yang seperti sudah memaafkannya.
***
Beberapa saat sebelumnya,
"Lha. Kalo kamu suka sama besanku, ngomong saja langsung ke dia," ujar Hanin ke Akhyar.
Sebelum Hanin memanggil Ola, Akhyar curhat kepadanya mengenai perasaannya. Hanin malah semangat mendengar curhatan Akhyar. Menurutnya, Ola masih cukup muda untuk menjalin hubungan dengan lawan jenis. Apalagi sekarang Ola disukai seseorang yang bernama Akhyar, pria kaya raya yang terkenal sangat ramah. Meski Hanin tidak betul-betul mengetahui latar belakang hidup Akhyar yang sebenarnya, hanya sebatas pecinta gadis-gadis muda, tapi Hanin meyakini bahwa Akhyar adalah pria yang sangat baik jika serius menjalin hubungan dengan seorang perempuan yang dia sukai.
"Tadi aku sudah tanya sedikit ke Paris, Nin. Katanya agak susah dekat-dekat mertuanya itu," ujar Akhyar pesimis.
"Emang. Besanku itu banyak yang suka. Sekarang dia itu sudah kayak aku, Yar. Sudah merasa nyaman. Aku tawarin hidup enak, dia nggak mau. Katanya udah sempurna hidupnya. Nggak salah lho coba deket-deket. Tapi jangan kecewa kalo sikapnya nggak sesuai harapanmu,"
Mendengar penjelasan Hanin, Akhyar bertambah kagum dengan sosok Ola. Dia toleh sebentar ke Ola yang asyik berbincang dengan para asisten rumah tangga Hanin dan asisten rumah tangga tetangga. Ola memang sosok yang menyenangkan dan apa adanya.
"Mau tak panggilkan?" usul Hanin.
Akhyar mengangguk kecil. Lalu Hanin memanggil Keni, ajudan sekaligus supir setia Akhyar yang berada di dekat Akhyar.
***
Akhyar melirik Ola yang sudah mendaratkan sesendok koktail buah pemberiannya. Lalu dia kedipkan matanya ke Hanin. Hanin tersenyum simpul dibuatnya.
"Enak, Ola?" tanya Akhyar berusaha mengakrabkan diri.
Ola sedikit mendelik. Dia lirik Akhyar dengan tatapan tajam tak percaya sedikit sinis.
"Enak, Bu?" ulang Akhyar. Dia merasa ada yang salah di ucapannya sebelumnya.
"Oh. Iya, Pak Akhyar. Enak minumannya. Pas juga ukuran wadahnya, pas porsinya untuk saya. Terima kasih, Pak," balas Ola sejelas-jelasnya.
Akhyar menghela lega. Ola masih segan dipanggil nama.
"Lho, Mbak. Kok Saya malah makan sendiri ini," gumam Ola. Tiba-tiba dia menyadari bahwa hanya dia yang menikmati minuman segar saat ini. Mungkin saking enak rasanya, Ola tidak sadar dengan sekitarnya.
"Udah, Ola. Habiskan. Aku sudah minum yang lain,"
Ola menoleh ke Akhyar yang senyum-senyum. Dia hentikan sejenak suapan koktailnya.
"Maaf, Pak Akhyar. Ngomong-ngomong, kok kenal sama menantu saya?" tanya Ola tanpa ada rasa sungkan.
Akhyar sedikit mendelik. Lalu berdehem sejenak. Dia seakan mendapat angin segar bisa melanjutkan pembicaraan dengan Ola.
"Oh. Dia itu anak dari teman bisnis saya, Corrin. Besan Ibu kan?"
Ola mengangguk-anggukkan kepalanya. Cepat menebak bahwa orang ini pergaulannya sangat luas. Tapi sepintas Ola kurang mempercayainya.
"Cucu Ibu Ola lucu banget. Beberapa hari lalu dia main sama cucu-cucu saya. Waktu itu Ibu nggak datang ke rumah adik saya. Padahal saya mengundang semuanya loh," Akhyar tampak melirik ke arah Hanin. Ingin mendapat dukungan. Hanin kedipkan matanya tanda menyuruh Akhyar meneruskan percakapannya.
"Oh. Maaf, Pak Akhyar. Saya kan kerja. Kebetulan hari itu bos saya kebanjiran orderan. Kasian kalo saya nggak kerja, Pak. Bisa kewalahan bos saya. Takutnya pelanggan malah lari ke tempat usaha lain. Begitu, Pak," jelas Ola.
Akhyar terkesima mendengar penjelasan lugas Ola.
"Nanti deh, saya kapan-kapan main ke rumah Bapak. Ya, Mbak Hanin ya?"
"Aku sudah, Ola. Kamu yang urung," ujar Hanin dengan senyum terkulum.
Ola tampak heran melihat senyum usil Hanin.
Tiba-tiba dia mengingat sesuatu.
"Punya cucu berapa, Pak Akhyar?" tanyanya ingin tahu. Masalahnya sebelumnya besannya mengatakan bahwa status Akhyar itu single dan tidak pernah menikah. Lalu kenapa dia bilang memiliki cucu-cucu?
"Dua. Perempuan semua ... hm ... kembar, Bu. Empat tahun lebih usianya," jawab Akhyar semangat.
"Ooo. Kembar. Duh. Pasti lucu banget, ya," gumam Bu Ola kagum. "Hm. Maaf, Pak. Neneknya ke mana ya?" lanjutnya bertanya.
Akhyar terlihat tidak nyaman dengan pertanyaan Ola. Begitu pula dengan Hanin. Pertanyaan itu menurut Bu Hanin sangat privasi bagi orang-orang berkelas seperti Akhyar.
"Saya nggak menikah," tegas Akhyar. Wajahnya tampak murung.
Bersambung