Di dalam ruangan yang mewah dilengkapi berbagai jenis minuman beralkohol dengan lebel terkenal dan harga yang fantastis, terdapat dua orang laki-laki yang menantikan pelayannya datang hanya sekedar untuk menuangkan minuman mereka.
Dengan langkah tenang dan gemulai, Alexa masuk ke dalam ruangan yang dihiasi berbagai warna lampu hingga mampu menyilaukan pandangan yang tidak biasa.
Ketika kaki jenjang milik Alexa memasuki ruangan, mata kedua laki-laki tersebut langsung tertuju pada kemolekan perempuan tersebut yang konon katanya belum pernah tersentuh, oleh laki-laki yang lalu lalang di diskotik kenamaan ini.
Tidak ingin membuang-buang waktu, Alexa menarik Martini glass (Martini saucer) dari dalam etalase di sudut ruangan. Volume gelas ini rata-rata 250 ml/8.8 oz. Beberapa orang menggunakan gelas ini untuk margarita.
Sebenarnya, minuman apa pun akan tampak cantik dalam gelas ini. Tapi karena bentuknya, minuman bisa tumpah dengan mudah jika penggunanya tidak hati-hati. Namun bagi Alexa, menggunakan gelas ini bukanlah hal yang sulit.
"Apa Anda ingin saya yang menuangkannya, Tuan?"
"Bagaimana? Apa kita akan tetap menunggunya tiba?" tanya salah satu laki-laki bertubuh kurus tinggi dengan janggut tebal yang mengelilingi dagunya.
'Siapa? Apa mereka akan menambahkan jumlah b******n di dalam ruangan ini?' Tanya Alexa di dalam hatinya, sambil terus menjalankan pekerjaannya.
"Terserah padamu saja karena seharusnya dia sudah tiba. Tapi seperti biasa, mungkin saat ini dia tengah bersenang-senang dengan wanita mana saja yang ia sukai."
"Yes, begitulah kalau bos besar."
"Kita juga bos, Bro."
"Ya. Kita memang bos, tapi nggak pake besar."
"Ha ha ha ha ha. Kalau menunggu, sudah pasti dia akan terlambat."
"Yak."
"Dan kita pun akan terlambat untuk bersenang-senang."
"Kalau begitu, kita duluan aja."
"Yes."
"Oke. Pour the drink, Baby!" perintah pria berpostur tubuh tinggi besar sambil tersenyum menatap tubuh muda milik Alexa yang memesona.
"Ya," sahut Alexa sambil tersenyum dan menundukkan tubuhnya sehingga para laki-laki tersebut dapat menikmati sebagian buah d**a milik Alexa yang terlihat menyembul dan sintal.
"Wow wow wow, ini yang dimaksud keindahan, Bro. Ha ha ha ha ha ha, bersulang!"
"Ha ha ha ha ha ha, bersulang! Ciersh ... ."
Kedua tamu Alexa menikmati minuman mereka dengan tawa khas kepuasan. Saat itu Alexa tidak punya pilihan, selain menunggu kedua pria tersebut selesai atau memintanya untuk pergi.
Bagi Alexa, mampu tidak tersentuh di tempat seperti ini saja, adalah hal yang luar biasa dan cukup menenangkan.
"Kamu seperti bom, Baby. Lain waktu, kami akan menukar tubuhmu itu dengan tumpukan lembaran kertas merah atau selembar kertas putih dengan jumlah nominal yang banyak (cek)."
Setelah 120 menit, mereka berdua berkata sambil terus tersenyum dan tertawa. Sepertinya alkohol sudah mulai merasuki jiwa muda mereka.
"Boleh minta fotonya?!"
"Silahkan." Lalu kilauan cahaya dari camera handphone tersebut mengakhiri sesi kebersamaan mereka.
Di tempat yang lain, Arion yang disebut-sebut sebagai bos besar dan sangat dinantikan kehadirannya, sedang asik membakar api asmara dengan cumbu rayu yang luar biasa dasyat.
Bagi para gadis yang bersama dengan dirinya, walau hanya satu kali saja, sudah sangat memuaskan.
Arion adalah monster bagi para wanita dan mereka selalu mencapai titik kenikmatannya, bahkan hingga lemas. Namun sayang bagi Arion, hal sebaliknya lah yang terjadi, ia tidak terpuaskan sedikit pun.
Perasaan seperti ini sangat menyakitkan untuk dirinya. Jangankan terpuaskan, mencapai titiknya saja, Arion merasa sulit. Walaupun ia sudah selalu berusaha untuk mencobanya.
Satu-satunya wanita yang bisa membuat Arion bahagia dan mencapai titik puncaknya hingga lemas, hanya cinta pertamanya.
Ia adalah wanita yang Arion buang dan sia-siakan hanya untuk sebuah taruhan, ketika ia masih muda.
"Kemarilah!" perintah Arion kepada wanitanya.
Kemudian dengan gaya genit dan menggoda, wanita berkulit putih yang memiliki lekuk tubuh sempurna tersebut mendekati Arion dengan senyum manja. Kemudian mereka melakukan hubungan percintaan yang diidam-idamkan oleh para wanita.
Rintihan dan desahan terdengar memenuhi kamar hotel bintang lima di sudut Kota. Arion menjelajahi setiap lekuk tubuh sekertaris pribadinya yang memang selalu siap menjadi santapan sekaligus makan malam seorang Arion yang selalu tampil perkasa.
Entah berapa lama waktu yang mereka butuhkan hingga mencapai akhir permainan bagi sang wanita.
Namun tidak bagi Arion karena ketika ia menatap seorang wanita, maka yang terbayang di wajahnya hanyalah sang mantan yang selalu ia cari selama beberapa tahun terakhir ini, hanya untuk mendapatkan satu kata maaf.
Di rumah megah milik orangtua Arion, juga berkumpul tiga orang laki-laki paruh baya. Tampaknya mereka adalah teman seperjuangan tuan Tanjung.
Saat itu, suara tawa dan wajah bahagia terekam jelas diantara mereka semua, termasuk para istri.
Bagaiaman tidak, mereka mengatakan tentang kesuksesan dari kerjakeras mereka. Sementara para istri sedang sibuk saling memamerkan harta benda yang mereka kenakan. Mulai dari emas, berlian, dan batu-batu perhiasan lainnya yang memiliki harga fantastis.
"Seno, kemari!"
"Ya, Bos."
"Kesuksesan kita kali ini juga berkat usahamu untuk menyingkirkan Dermawan. Dia terlalu banyak tahu dan otaknya itu selalu mampu membawa dia pada pujian dari tuan besar."
"Sama-sama, Pak Johan . Lagipula di dalam kerja sama ini kita sama-sama diuntungkan. Baik secara posisi di kantor maupun finansial."
"Hanya saja, saya merasa iba pada keluarganya. Semua itu terjadi karena saya pernah makan dan tidur di dalam rumah mereka, saat pertama kali menginjakkan kaki di kota ini."
"Saya tidak perduli dan tidak ingin tahu soal itu. Bagi saya, bisnis itu tidak mengenal rasa iba dan simpatik, sekali pun mereka dari keluarga baik-baik dan jujur."
"Ya, itulah etika bisnis yang memang selalu kejam."
"Yap, dia terlalu banyak tahu dan terlalu pintar. Kita jadi tidak bisa bergerak bebas."
"Sekarang, kita penguasanya," ucapnya sambil melirik penuh rahasia. Sepertinya ada sesuatu yang ia rencanakan untuk sahabat yang selalu bekerjasama dalam hal apa pun tersebut (Seno).
'Pandangan dan lirikan itu sangat menakutkan. Apa yang sedang ia rencanakan untukku saat ini?' Tanya Seno yang merupakan menejer pabrik di perusahaan.
***
Pukul 03.30 WIB, Alexa mulai tersenyum karena sebentar lagi waktunya untuk pulang. Hari ini sangat melelahkan dan ia berharap bisa merebahkan tubuh di atas tempat tidur busa tipis miliknya.
Bagi rekan-rekan kerjanya, Alexa hampir seperti robot karena empat malam dalam seminggu, ia harus bekerja hingga pagi. Sedangkan siang harinya ia juga harus bekerja sebagai kasir.
"Alexa, pulang barengan nggak?" tanya Mia sambil mengganti pakaiannya.
"Memangnya kamu mau kemana? Bukannya arah rumah kita berlainan?"
"Iya, tapi saya ingin pulang ke rumah ibu."
"Asiiik. Ya sudah, kalau gitu saya numpang ya?"
"Sip. Saya tunggu di luar ya, Alexa."
"Baiklah," sahut Alexa yang sedang merapikan dirinya.
Pada saat yang bersamaan, Arion tiba di diskotik karena diminta untuk menjemput kedua rekannya yang sudah kehilangan kesadaran.
'Mereka sungguh menyusahkan,' Kata Arion tanpa suara karena kesal, akibat ulah rekan-rekan sekaligus sepupunya tersebut.
"Alexa, ayo cepat!"
"Baiklah, dasar bawel."
Pada saat yang bersamaan, Arion mendengar suara perempuan yang tidak ia kenali sedang berteriak dan memanggil nama yang sangat ia hafal.
Seketika, kepala Arion berputar dan langsung mencari sumber suara untuk melihat apakah wanita tersebut adalah mantan kekasih yang sudah lama ia cari atau bukan.
"Alexa?" gumam Arion sambil memanjangkan lehernya untuk mencari sosok wanita yang sangat ia cintai dan inginkan.
Bersambung.