Dadaku berdenyut pedih. Mengingat pakaian mereka yang teronggok di lantai kamar itu. Juga kerlingan manja Mas Baja untuk sang putri konglomerat. Bahkan, kami belum pernah melakukannya di sana. Satu malam pun, aku belum pernah menginap di rumah itu. Namun, perempuan dengan mulut bar-bar, yang katanya Bos Besar bisa dengan nyaman bersama Mas Baja mengembangkan layar cinta. Apa jangan-jangan semua ada hubungannya dengan ibu mertua? Apa beliau yang mengaturnya? Kuhela napas sejenak untuk menghalau sesak. Jika dipikirkan lebih dalam memang tampak ada keterkaitan. Terlebih di momen itu tidak ada ibu dan juga Akila. Apa mungkin pertemuan keluarga besar baru dilakukan? Membahas hubungan mereka yang akan berlanjut ke pernikahan? “Kamu baik-baik saja, Amira?” Bos Teo sudah berada di belakangku.