Hanania bergabung ke dapur bersama Andara. Mengamati dengan baik aktivitas adik perempuannya itu. Tinggal di daerah pedesaan membuat Andara bisa melakukan pekerjaan rumah dengan sangat baik. Bahkan di meja makan sudah tersaji dua gelas teh hangat, satu gelas kopi dan tiga potong roti selai. “Sarapan, Mbak.” “Ya, Ra. Makasih.” Hanania mengenyakkan diri di kursi pantry itu. Menyeruput teh dan menikmatinya. “Pas. Kaya buatan ibu,” gumamnya. “Masih ingat? Udah lama banget, ‘kan?” “Terakhir SMA kelas tiga.” “Iya. Gak pernah mau pulang. Banyakan ibu sama aku yang datang.” Andara sudah hapal kebiasaan kakaknya. Jika sudah pergi pantang untuk kembali. “Makasih, Ra.” “Sama-sama, Mbak. Gak perlu sungkan.” Arafan sudah mengenakan kemeja kerjanya. Berdandan lebih rapi dibanding tadi. Tak ket