Arafan tak mau kehilangan kesempatan. Begitu Pak Rajandra, Pak Sutopo serta Abbas meninggalkan ruangan, ia menahan Daisha. “Kamu tahu aku punya istri dan anak, ‘kan? Kamu sadar akan hal itu?” Dulu mereka teman akrab. Bicara sesukanya bisa ia lakukan. Sekarang, ia sedikit memberi jarak. Daisha mengangguk. “Baru tahu.” “Baru tahu? Selama ini tidak tahu?” “Soal istri aku udah tahu lama. Kalau anak baru minggu ini tahunya. Gak tahu kalau istri kamu udah lahiran. Selamat, ya. Tapi, aku gak masalah sama sekali.” Perempuan itu memegangi ujung rambutnya yang menjuntai ke depan. Merasa gugup bisa berdekatan dengan Arafan seperti ini. “Terus kamu mau ikutin arahan bapak kamu gitu, aja? Gak ada penolakan sama sekali?” “Kenapa? Lebih cepat lebih baik, bukan? Aku terhitung hari ini stay di Jaka