Masih segar dalam ingatan Arafan bagaimana seorang gadis cantik dengan rambut mengombak tertunduk lesu keluar dari restoran tempatnya melakukan makan malam. Ia juga melihat dengan jelas seperti apa ekspresi kemarahan pemilik restoran yang mengacungkan pisau kepadanya. Tanpa sadar hatinya tergerak. Ia pernah berada dalam posisi sama. Arafan mencoba mengabaikan kejadian itu membiarkan gadis berparas cantik yang tak sengaja mengelapkan tisu ke perutnya pergi begitu saja. Namun, siapa sangka saat ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan pelan di tengah malam kota Jakarta yang tak benar-benar sepi, ia melihat gadis itu lagi. Segera Arafan menepikan mobil, melangkah turun seraya mendekat pada gadis itu. “Kamu gadis yang tadi bukan?” Meski di bawah lampu yang tidak begitu terang, Arafan bisa m