"Aku gak mau! Itu namanya pemaksaan. Gak adil!" Protes Atala pada Jimmy usai mereka keluar dari dalam kamar Alvaro. Awalnya tadi, hanya Jimmy yang keluar dari dalam kamar usai meminta Atala untuk mengobati luka pukulan di wajah tampan Alvaro. Tapi gadis itu justru berjalan mengikutinya dari belakang lalu menghadang langkah kaki pria tua tersebut.
"Dari awal sudah ku beritahu, tidak ada yang gratis di dunia ini. Kamu, harus membayarnya dengan mengorbankan hidupmu." Terang Jimmy yang sukses membuat air mata Atala membendung di pelupuk mata. "Jangan coba-coba menangis di hadapanku. Aku benci wanita cengeng, ingin rasanya aku menembak kepala para wanita cengeng." Ancam Jimmy pada Atala.
Atala dengan sekuat tenaga menahan air matanya agar tak menetes, ia tidak mau kepalanya berlubang sebelum ia membawa ayahnya keluar dari tempat neraka dunia ini.
"Ada beberapa hal yang harus kamu ketahui sebelum menolak rencana ini."
"Aku akan melakukannya, demi menolak rencana licikmu." Ucap Atala menyela ucapan Jimmy yang belum di rampungkan.
"Cara membayar semua utang keluargamu ada tiga cara. Pertama, Ayahmu mati. Ke dua, bunga pinjaman naik 5 kali lipat dan cicilan harus di bayar tepat waktu setiap bulan. Jika terlambat, maka tidak ada jalan lain kecuali kekerasan fisik. Dan yang terakhir adalah, Kamu." Jelas Jimmy.
"Kamu? Maksutnya aku?" Tanya Atala sembari menunjuk dirinya sendiri dengan jarinya.
Jimmy mengangguk mantap. "Iya,"
"Aku yang harus menikah dengan pria barusan? Dan ngelahirin anak laki-laki buat dia?" Tanya Atala dengan raut wajah yang syok. Sungguh, semua ini tak masuk akal. Mana ada cara membayar hutang dengan tiga cara yang di sebutkan barusan, terlalu kejam dan tak punya hati.
"Iya. Sebenarnya, aku hanya menawari pernikahan ini hanya padamu. Sebelumnya, belum ada seorang gadis yang berani masuk ke sini. Kamu adalah gadis muda pertama. Biasanya yang datang untuk mencari anggota keluarganya yang di tahan adalah, bapak-bapak, om-om, dan ibu-ibu. Okelah, paling mentok, tante-tante yang cari suami atau anaknya. Kamu adalah gadis pertama yang berani menginjakkan kaki di sini."
"Hah?"
"Kamu ke sini atas ijin siapa anggota keluargamu? Sepertinya mereka tidak tahu dampak buruk apa yang terjadi jika ada seorang wanita berani masuk ke sini untuk mencari keluarganya yang di tahan."
Atala hanya diam, belum paham dengan apa yang di katakan oleh Jimmy.
"Wanita yang masuk ke sini dengan harapan anggota keluarganya yang di tahan lepas, dia harus rela menjadi wanita bayaran di bar milik Ketua kami. Kamu masih ingat pria berkaca mata yang menyapamu beberapa saat lalu?" Atala mengangguk pelan, ia ingat pria itu. Erlangga.
"Kamu mau jadi wanita bayaran di club'?" Tanya Jimmy dan Atala secara reflek menggeleng dengan kuat.
"Enggak! Aku gak serendah itu."
"Maka dari itu, aku menawarimu hal yang menarik. Menikah dengan Tuan muda, lahirkan seorang bayi laki-laki lalu kamu bebas. Kamu tak perlu berada di tempat neraka ini selamanya. Usai kamu melahirkan bayi laki-laki untuk keluarga ini, kamu dengan bebas pergi sejauh mungkin. Tinggal bersama dengan ayahmu serta keluarga besarmu dan hidup bahagia. Kami tidak akan mengganggumu lagi sampai kapanpun."
Atala diam, pilihan ini bukanlah yang terbaik. Ia tidak mungkin menjual dirinya pada keluarga mafia kejam ini hanya untuk membebaskan ayahnya dari tahanan dan juga lilitan hutang.
"Enggak mau," gumam Atala dengan pelan. Jimmy menatapnya dengan penuh harap, berharap jawaban yang ingin ia dengar terucap dari mulut gadis manis tersebut.
Tapi di sisi lain, Atala juga berpikir, bagaimana cara membebaskan ayahnya kalau tidak dengan cara ini. Tidak mungkin ia membiarkan ayahnya meninggal saat ini. Celia-adik perempuannya masih terlalu kecil untuk kehilangan sosok seorang ayah, ia juga bahkan masih belum siap kehilangan pria yang selalu menyayanginya tersebut. Apalagi kepergiannya bukanlah sesuatu yang wajar, dengan cara di bunuh. Membayangkannya saja membuat Atala gila rasanya. Bagaimana mungkin seorang anak tega ayahnya di bunuh hanya karena hutang?
Pilihan ke dua, membayar hutang 5 kali lipat? Yang benar saja. Dua kali lipat saja keluarganya tidak mampu, bagaimana mereka akan membayar 5 kali lipat. Dan lagi, jaminan untuk pilihan ke dua ini juga masih berhubungan dengan nyawa. Jika mereka tak mampu bayar cicilan setiap bulan, mereka akan di pukuli. Ia tidak mau keluarganya di sakiti.
Pilihan ke tiga. Ia menjadi wanita bayaran? Yang benar saja! Sampai matipun ia tidak akan mau melakukannya. Seorang wanita bisa di hargai karena dia bisa menjaga harga dirinya. Jika dia menjadi wanita bayaran, itu sama saja ia merusak dirinya dan juga nama baik keluarganya. Dan jangan lupakan ke dua orang tuanya yang akan terluka perasaannya karena hal ini. Ke dua orang tuanya membesarkannya bahkan rela sampai meminjam hutang pada rentenir demi kesuksesan nya. Bukan untuk di rusak oleh para p****************g yang hanya bermodal tumpukan uang yang di lemparkan padanya dengan imbalan tubuhnya.
Dan pilihan spesialnya adalah, ia harus menikah dengan Tuan muda dari rentenir ini? Lalu bagaimana dengan kekasihnya? Menjadi wanita bayaran dan istri sah dari rentenir baginya memiliki inti yang sama. Hanya saja, menjadi istri seorang pria setingkat lebih berharga karena mereka telah mengikat janji suci pernikahan walau di ucapkan secara tidak serius.
Ke dua mata Atala mulai meredup, ini adalah beban pikiran terberat yang pernah ia lalui. Memikirkan skripsi yang belum usai saja tak serumit dan sesulit ini.
Salah satu tangan Atala terulur, menyentuh dadanya yang terasa terhimpit. Tubuhnya mulai melemah dan ke dua kakinya mundur beberapa langkah. Jimmy hanya diam, tanpa ada niatan untuk membantu Atala sama sekali. Ia mengerti, bahwa gadis itu tengah di Landa kebingungan dan juga syok yang berlebih akibat kejadian ini. Tapi mau bagaimana lagi, dia tak punya pilihan lain selain memilih salah satu dari opsinya tersebut.
Bugh. Tubuh Atala limbung, ia jatuh tak sadarkan diri di lantai yang keras. Beberapa pelayan yang berada di sana menyadarinya, tapi tidak ada yang berani beranjak, ia takut pada sosok Jimmy. Mereka hanya bisa menatap Atala dengan iba. Sedangkan Jimmy, hanya menatap Atala yang tak bergerak sama sekali dengan raut wajahnya yang datar.
"Tak ku sangka dia pingsan," sebuah suara masuk ke gendang telinga Jimmy, ia menoleh dan mendapati Alvaro tengah berdiri menyenderkan salah satu bahunya di ambang pintu kamar.
"Apa dia baru saja menolakku?" Tanya Alvaro dengan senyuman devil serta nada suara yang bercanda.
"Tidak," jawab Jimmy dengan enteng. "Mana mungkin dia menolak pria setampan dirimu?"
"Jangan membuatku merasa kesal, dia menerimaku karena terpaksa."
"Sama sepertimu, andai dia mau menikah denganmu. Kamu juga terpaksa menikahinya karena tak mau bermasalah dengan ayahmu. Jadi impas, kan?" Sahut Jimmy dan Alvaro hanya mampu bungkam mendengar ucapannya.
"Bawa dia ke kamarku!" Perintah Alvaro pada sosok pelayan yang berada tak jauh darinya.
Seorang pelayan pria beranjak, lalu mendekat ke arah Atala.
"Mau apa kamu?!" Bentak Alvaro dengan lantang, membuat beberapa orang di sana tersentak kaget. Pelayan pria yang hendak membopong tubuh Atala diam lalu mengernyit.
"Jangan berani kamu sentuh dia sedikitpun." Ucap Alvaro dengan dingin.
Semuanya diam, tidak tahu harus berbuat apa. Kalau mereka tidak boleh menyentuh Atala sedikitpun, bagaimana cara mereka memindahkan tubuh gadis ini ke dalam kamar Tuan muda?
Alvaro mendengus, ia lalu beranjak dari tempatnya berdiri dan berjalan mendekat ke arah Atala. Ia membopong tubuh Atala ala bridal style lalu membawanya ke dalam kamar.
Di baringkannya tubuh mungil Atala di atas ranjang yang empuk, sesaat Alvaro menatap wajah damai Atala lalu mulai tersenyum simpul. Senyuman simpul tetapi memiliki banyak arti.