Jimmy meludah, lalu mendengus kesal. Raut wajahnya menunjukkan ketidak sukaannya terhadap tempat yang baru saja ia masuki. Sebuah ruangan luas yang berisi banyak penjara yang di huni oleh ratusan orang. Ratusan orang itu adalah mereka, para peminjam hutang namun tak mampu membayarnya karena bunga yang di berikan sangat besar. Mereka berada di ruangan yang di sebut penjara bawah tanah, atau banyak yang mengatakan ini adalah neraka dunia. Mereka di sini di siksa, sembari menunggu seseorang datang untuk melunasi hutang mereka. Seseorang siapa? Seseorang biasanya berasal dari anggota keluarga mereka yang rela di jadikan tumbal, bukan tumbal pesugihan. Tumbal di sini hanyalah sebuah makna, anggota keluarga mereka yang berjenis kelamin perempuan akan di paksa menjadi wanita bayaran di club' selama sekian tahun. Dan saat di kira uang yang di hasilkan wanita tersebut sudah cukup melunasi hutang, maka wanita beserta anggota keluarganya yang di tahan tersebut akan bebas. Sedangkan yang memiliki anggota keluarga pria, maka pria itu akan di jadikan pelayan atau preman seperti mereka. Begitulah cara bekerja dalam bawah naungan Erlangga. Satu hal yang di junjung tinggi oleh Erlangga, ia tidak akan mengingkari janji. Saat ia sudah berjanji akan membebaskan seorang tahanan tatkala seseorang yang menjadi jaminan sudah usai melakukan tugasnya untuk melunasi hutang, maka ia akan membebaskan ke duanya tanpa syarat yang lain.
Kembali pada Jimmy, ia berjalan di jalan sempit di antara penjara tersebut. Netranya kadang menoleh ke samping kanan atau kiri tatkala ia mendengar suara isakan minta tolong dari orang-orang tersebut. Hingga akhirnya, langkah kakinya terhenti tatkala berada di depan sebuah penjara. Netranya menatap kosong ke arah dalam, di lihatnya seorang wanita berambut pendek sebahu tengah duduk sembari memeluk erat ke dua kakinya yang di tekuk. Tatapan mata Jimmy langsung berubah seketika, namun ia pandai menyembunyikannya lalu beranjak pergi dari sana. Seseorang datang kepadanya lalu bertanya.
"Apa yang kamu cari?" Tanya pria tersebut dengan sopan. Di sini, Jimmy lumayan sangat di hormati karena dia sangat dekat dengan Alvaro dan juga orang kepercayaan Erlangga.
"Seorang pria yang baru saja di tahan, namanya Anton." Jawab Jimmy dengan santai.
"Dia ada di tahanan paling ujung." Balas pria tersebut sembari mengarahkan Jimmy agar menuju tempat seseorang yang ia maksut.
Jimmy berhenti di depan tahanan, di lihatnya seorang pria paruh baya tengah menangis tersedu di dalam dengan luka di seluruh wajahnya yang membengkak akibat di pukuli.
Ting.
Jimmy mengetuk pagar besi dengan senjata api yang baru saja ia keluarkan dari dalam saku celananya. Pria bernama Anton-ayah kandung Atala mendongak, menatap Jimmy dengan takut.
"Apa kamu Anton?" Tanya Jimmy dengan serius, dengan penuh rasa takut, Anton mengangguk pelan sebagai jawabannya. Membuka mulutnya hanya untuk mengucapkan sepatah kata sepertinya sangat sulit baginya, mengingat seluruh wajahnya membengkak.
"Apa kamu, memiliki seorang putri bernama Atala?" Tanya Jimmy. Dan seketika, ekspresi wajah Anton menjadi berubah, tubuh lemahnya sekuat tenaga ia gerakan untuk mendekat ke arah Jimmy. Kini, ia berhadapan dengan Jimmy, jarak ke duanya hanya terpaut pagar besi.
"Jj-jangan ss-sakiti dia." Ucap Anton dengan susah payah sekaligus menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya.
"Dia datang untuk menjamin dirimu." Terang Jimmy yang semakin membuat Anton menjadi panik. Ke dua tangan Anton terulur, menyentuh salah satu tangan Jimmy yang berada di ambang jeruji besi lalu menggenggamnya dengan sangat erat.
"Ku mohon, jangan sakiti dia. Biarkan dia pergi, bunuh saja aku. Dan biarkan dia hidup tenang dengan keluargaku." Kata Anton dengan berlumuran air mata. Ia benar-benar tidak rela dan tidak ikhlas lahir batin jika putri sulungnya menjadi jaminan hutangnya. Putri cantik serta kebanggaannya tersebut tak boleh kehilangan kehormatannya sebagai seorang wanita dengan cara menjadi wanita bayaran di club' malam.
"Ku mohon, jangan bawa putriku mengenai masalah ini." Mohon Anton lagi.
Dengan kasar Jimmy mendorong tubuh Anton hingga jatuh terbaring di lantai yang dingin. Ia menepuk kasar lengannya bekas di sentuh oleh Anton untuk menghilangkan bekas sentuhan pria tersebut.
"Sayangnya, putrimu sudah masuk ke rumah ini. Dan itu artinya, dia sudah menjadi hak milik kami."
Ke dua mata Anton melotot dengan lebar, tak di sangka bahwa Atala datang ke sini untuk menemuinya. Kali ini, ia menyalahkan Atala atas kejadian ini. Tak seharusnya gadis itu datang ke sini, datang ke sini sama saja dengan masuk ke dalam sumur yang cukup dalam. Sangat sulit untuk keluar dan mustahil untuk di jalani selama bertahun-tahun.
"Jangan!"
"Kamu tenang saja, jika kamu berpikir dia akan menjadi wanita bayaran. Kamu salah, dia akan menjadi salah satu wanita terhormat yang akan mendampingi tuan muda. Dalam hitungan hari, pernikahan besar akan segera di gelar, putrimu akan menikah dengan Tuan Muda Alvaro. Dan jaga dirimu baik-baik di sini. Beberapa hari lagi kamu akan bebas usai pernikahan sah di gelar." Jelas Jimmy dengan dingin lalu menatap seorang pria yang tadi memberi tahu keberadaan Anton berada.
"Jaga dia baik-baik, jangan kamu pukul dia lagi. Dan berikan dia makanan yang layak. Dia akan menjadi besan Bos besarmu." Peringat Jimmy pada pria tersebut. Pria tersebut mengangguk mengerti. Usai itu, Jimmy langsung meninggalkan tempat neraka tersebut. Berada di sana terlalu lama membuat dadanya terasa terhimpit. Sakit dan sesak sekali, sangat menyakitkan saat ia melihat ratusan orang di siksa dan bergumam meminta tolong. Untuk berteriak saja, mereka tak mampu karena sudah terlalu lemah. Terlebih lagi, ada seseorang yang teramat ia cintai berada di antara ratusan orang menyedihkan tersebut.
Di sisi lain, Alvaro tengah duduk di pinggir ranjang, netranya sedari tadi menatap intens ke arah Atala yang masih menutup ke dua matanya dengan rapat. Hari sudah malam, dan gadis itu masih belum bangun dari pingsannya.
"Dia mati atau pingsan?" Tanya Alvaro pada dirinya sendiri lalu mengacak rambutnya dengan frustrasi. Entah kenapa, ia ingin melihat lagi indahnya bola mata jernih gadis manis tersebut. Salah satu tangannya terulur, menyentuh pipi lembut Atala lalu membelainya dengan perlahan.
"Cantik natural," gumamnya sembari tersenyum simpul. Gerakan tangannya turun, kali ini ia menyentuh bibir bawah gadis itu yang beberapa saat lalu ia kecup. Ciuman pertamanya. Alvaro tersenyum geli saat kembali teringat akan hal itu, sebuah ciuman pertama yang sangat konyol. Ia tidak berbohong soal ciuman pertamanya yang ia berikan pada Atala, memang begitu kenyataannya. Ia mungkin terlambat melakukannya, saat usianya sudah 28 tahun, ia baru berciuman. Tapi ia tidak menyesalinya, dari pada ia memberikan ciuman pertamanya dengan w************n yang berada di club' malam milik ayahnya, ia beruntung memberikannya pada sosok Atala yang polos dan juga manis.
Alvaro mulai mendekatkan wajahnya ke wajah Atala, bibirnya sudah tidak sanggup lagi melihat bibir merah Atala untuk tidak ia cium, tapi tinggal beberapa senti saja bibir mereka hendak bersentuhan, tiba-tiba suara getaran dari sebuah ponsel membuat niatnya harus ia urungkan. Di rogohnya saku celana jeans yang di gunakan oleh Atala untuk mengambil benda pipih yang bergetar tersebut. Di layar ponsel tersebut, terpampang nama yang cukup besar, MY LOVELY GALANG.
Nama yang sukses membuat Alvaro ingin membanting ponsel ini sekarang juga. Alvaro mengangkat panggilan tersebut dengan emosi.
"Sayang, kamu di mana? Kok gak ngabarin? Dari tadi lho aku kirimin kamu chat tapi gak di read sama kamu. Di telpon juga baru angkat sekarang. Kamu di mana? Sibuk apa, sih?" Celoteh Galang dari seberang telepon.
"Sibuk sama gue," balas Alvaro dengan nada suara khasnya yang tegas dan juga keras.
Galang terdiam sejenak. "Siapa, ya?"
"Gue suaminya, dan mulai sekarang jangan pernah ganggu dia lagi. NGERTI?!"
BRAK.
Usai mengatakan sederetan kalimat di atas, dengan marah Alvaro membanting ponsel pintar tersebut di tembok hingga hancur tak berbentuk lagi.
"You're mine, baby."