Bab 3

981 Kata
Kayla berangkat ke sekolah di antar oleh supir pribadinya. Dia memang tak bisa mengendarai motor atau pun mobil. Karena itu, sekolah pun dia selalu di antar jemput. Saat di parkiran tadi, Kayla sempat bersitatap dengan Raffa. Namun, dia langsung memutuskan kontak mata. Merasa tak nyaman saja jika harus bertatapan terlalu lama dengan Raffa. Mengetahui kalau ternyata Raffa lah laki-laki yang di maksud orangtuanya, membuat Kayla tak bisa tidur semalaman. Dia selalu kepikiran. Bukan memikirkan Raffa, tapi memikirkan nasibnya kelak. Karena... "Hey! Ngapain melamun terus?" Kayla terlonjak kaget saat Davina, sahabatnya datang dan mengejutkannya. Membuatnya mengelus d**a. "Ish. Lo kebiasaan deh buat jantung gue penyakitan," gerutu Kayla kesal. Davina yang mendengar itu nyengir lebar. "Eh, si Gea mana? Dari tadi gue belum ketemu sama dia." Davina mempertanyakan keberadaan sahabat mereka yang satu lagi yang memang belum terlihat batang hidungnya. "Mana gue tahu. Gue juga baru nyampe," balas Kayla cuek. Jantungnya mendadak berdetak kencang mendengar Davina menyebut nama Gea. "Si Gea kan terkenal karena selalu datang ke kelas paling utama. Kalau jam segini dia gak keliatan, gue yakin sekarang dia lagi sembunyi di balik tembok sambil merhatiin anak-anak Angkasa," ucap Davina lagi dengan yakin. Kayla yang mendengar itu hanya terdiam. Entah kenapa, perasaan bersalah langsung muncul di hatinya. "Kay, emangnya lo gak tertarik apa sama anak-anak Angkasa? Mereka populer loh. Si Gea aja tergila-gila sama Raffa," celetuk Davina. "Sebenarnya, gue juga suka sih sama Denis. Tapi, gue rasanya malu mau bertindak bodoh kayak si Gea," lanjut Davina seraya menatap keluar kelas. Sedangkan Kayla terdiam karena bingung harus berbicara apa. "Kalo menurut gue, lo cocok deh sama Sebastian. Dia itu, keren dan kalem. Cocok deh pokoknya sama lo," ucap Davina lagi. Kayla tak menanggapi dan memilih diam sambil mengeluarkan buku-bukunya. "Elo kenapa sih, Kay? Lagi ada masalah? Cerita dong sama gue," ucap Davina seraya mengguncangkan tubuh Kayla dengan kuat. Kayla mendengus kesal karenanya. Bagaimana dia mau bercerita pada Davina tentang dia dan Raffa? Bisa-bisa nanti Davina malah menjauhinya. Kayla takut itu terjadi. Sebab, sudah dari dulu Gea mengincar Raffa. Gea memang sangat menyukai Raffa. Namun, Gea bukan tipe orang pemberani yang bisa menembak cowok duluan. "Gue hanya pusing dengerin semua omongan elo yang gak berfaedah," balas Kayla datar. Davina langsung cemberut mendengarnya. Mendorong bahu Kayla kuat karena merasa kesal. "Lo gak asyik banget kalau di ajak ngomong masalah cowok. Ya udah. Gue mau susul si Gea aja. Setidaknya, dia masih normal karena suka sama cowok," desis Davina. Kayla mendelik kesal mendengar ucapan Davina yang seolah-olah dia tak normal dan menyukai sesama jenis. Setelah Davina pergi, Kayla pun sibuk membaca pelajaran. Walaupun begitu, tetap saja hati dan pikirannya tak bisa tenang. *** Di sekolah, secara diam-diam Raffa mencari keberadaan Kayla. Selama diam di parkiran dengan teman-temannya, Raffa hanya melihat Kayla sekali saja. Saat gadis itu datang dan memasuki area sekolah. Raffa menatapnya, cukup lama hingga mereka bertatapan sebentar. Raffa lihat, Kayla langsung memutuskan kontak mata. Sepertinya. Kayla enggan untuk bertatapan dengannya. "Raf, elo ngeliatin apa sih?" tanya Fery. Raffa tersadar dan langsung menatap teman-temannya lagi. "Gak ada," jawabnya pendek. Kemudian turun dari motornya dan berjalan meninggalkan parkiran dengan yang lain. Mereka berjalan di lorong sekolah menuju kelas masing-masing. Kebetulan, mereka bertujuh memang tidak satu kelas. Fery, Kenan dan Sebastian dari kelas C. Alvin dan Zio dari kelas B. Sedangkan Raffa dan Denis dari kelas A. Namun, karena jam pelajaran belum di mulai, semuanya mengikuti Raffa ke kelas A. Mereka akan berkumpul di sana dan menjadi tatapan para siswi yang mengagumi mereka. "Raf, ada surat di meja elo," ucap Denis yang sudah duduk duluan. Raffa melihatnya sesaat dan membukanya. Membaca tulisannya yang berisi ungkapan kekaguman seseorang terhadap Raffa. Raffa sudah tak merasa aneh dengan itu. Dia pun kembali menyimpannya. Tak sedikit pun dia penasaran dan ingin mencari tahu inisial 'G' di ujung surat itu. "Enak banget hidup lo, Raf. Dikelilingi banyak cewek," celetuk Zio. Raffa terkekeh pelan mendengarnya. "Gak enak juga karena terus di ikuti. Gue berasa sedang di teror aja," balasnya santai. Zio dan Fery tertawa mendengarnya. "Bener juga apa kata elo," ucap Kenan membenarkan apa kata Raffa. Seperti biasa, mereka pun kembali membicarakan banyak hal. Tanpa mempedulikan para siswi yang memperhatikan mereka. Salah satu siswi yang berdiri di balik tembok memperhatikan mereka dengan wajah kecewa. Surat yang dia tulis semalaman hanya di baca lalu di abaikan begitu saja oleh Raffa. Wajah Gea memperlihatkan kekecewaan yang dalam. Dengan langkah gontai, dia pun pergi dari sana menuju kelasnya sendiri. Kebetulan, di koridor dia bertemu dengan Davina yang sedang mencarinya. "Elo kenapa lagi Ge? Surat lo gak di baca lagi sama Raffa?" tanya Davina. Tangannya bergerak merangkul bahu Gea. "Nanti di kelas gue cerita," jawab Gea murung. Davina hanya mengangguk. Yakin kalau perasaan Gea tidak baik karena Raffa. Beberapa saat kemudian, mereka sampai di kelas. Gea dan Davina langsung duduk di bangku mereka masing-masing. Kebetulan, Davina duduk sebangku dengan Kayla. Sedangkan Gea, di depan mereka dan satu bangku dengan ketua murid. "Jadi, ada apa?" tanya Davina langsung. Mendengar itu, Kayla langsung menatap mereka. Terutama pada Gea yang wajahnya murung. "Surat yang gue buat di baca doang sama Raffa," keluhnya sedih. Davina dan Kayla mendengarkan. "Padahal, gue udah sertain inisial nama gue di surat itu. Kenapa ya dia gak penasaran gitu sama yang buat surat," keluhnya lagi. Mendengar itu, Kayla hanya diam. Tak tahu harus bicara apa. Takutnya malah salah dan keceplosan nantinya. "Ya, elo harus sabar. Mungkin, hati Raffa belum tergerak untuk mencari tahu siapa yang buat surat," ucap Davina menyemangati. Kayla tersenyum berusaha menyemangati Gea juga. Walaupun hatinya terasa resah. "Sabar aja, Ge. Kalau jodoh, nanti jadi milik elo juga," ucap Kayla. Gea menghembuskan nafas kasar mendengarnya. Merasa frustasi dengan perasaannya yang tak terbalas. Cinta yang bertepuk sebelah tangan. Sementara Gea merasa sedih, Kayla malah kebingungan. Bagaimana persahabatannya dengan Gea nanti setelah dia menikah dengan Raffa? Kalau Gea tahu itu, apa Gea akan membencinya dan menjauhinya? Kayla menggeleng pelan. Berharap semua itu tidak akan pernah terjadi.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN